Chapter 401 - Berkumpul Kembali

Setelah melihat Yani dan Vindra mulai sedikit tenang, Alisya membeberkan siapa sebenarnya dia dengan sedikit bagian penting saja, namun nama yang ia gunakan tetaplah Ayumi agar keduanya terbiasa memanggilnya Ayumi. "Kalian semua sudah kumpul?" Ayah Alisya masuk bersama dengan Ayah dan ibu Adith serta Ayah dan Ibu Karan. Adith segera membukakan kursi untuk kedua orang tuanya, begitu pula Alisya serta Karin dan Karan.  "Kalian semua juga ikut datang? Apa yang sedang terjadi sebenarnya?" Alisya tak menyangka kalau mereka semua hadir disana. "Tentu saja kami akan datang!" Seru Ayah Adith memeluk istrinya dengan akrab. "Kami tidak akan ketinggalan tentunya!" Lanjut Ayah Karan. "Apa lagi hari ini hari special. Ya kan?" Tatap Ibu Karan kepada ibu Adith. "Iya dong, putri kita tercinta sampai kebingungan tuh." Ibu Adith tersenyum menatap wajah Alisya yang bingung. "Alisyaaaaa....." Tante Loly masuk dan langsung menghambur dan memeluk Alisya di dadanya dengan erat. Ia menangis tersedu-sedu tak menyangka kalau Alisya masih hidup. "Unmphhhh… puhaahhh! Kebiasaan!!!" Alisya mendorong tantenya yang selalu menenggelamkan kepalanya di kedua dadanya yang besar tersebut hingga Alisya kehilangan nafas. "Sayang, kau akan membunuhnya jika seperti itu." Seorang laki-laki mengingatkan tante loly dengan seorang bayi sehat dan tampan dalam gendongannya. "Paman…." Seorang anak laki-laki di belakang suami tante Loly, berlari menghampiri Ayah Alisya yang langsung di sambut hangat oleh Ayahnya. "Di perjalanan kamu nggak mabuk kan?" Tanya Ayah Alisya dengan lembut. "Nggak!" Jawabnya dengan suara yang nyaring. "Tunggu sebentar, jadi tante Loly sudah nikah?" Alisya menatap takjub. "Tentu saja! Kau pikir aku akan menjomblo seumur hidupku?" Tantenya memukul Alisya yang terlihat bengong sehingga membuat semua orang tertawa riuh. Mereka semua mulai berbincang-bincang satu sama lainnya dengan begitu heboh sedang Yani dan Vindra ditemani oleh Akiko dan Karin serta Rinto. "Apa yang harus aku lakukan jika kalian semua berkumpul disini?" Alisya mulai terlihat panik mengingat dirinya masih dalam mode penyamaran. "Jangan khawatir, aku sudah mengatur semuanya." Adith memeluk Alisya untuk menenangkannya. "Kami sudah menjalankan semuanya dengan sangat rapi." Elvian datang bersama dengan Rafli. Alisya membelalak kaget dengan kehadiran keduanya. "Tenang saja kapten, kami hadir sebagai seorang teman." Bisik Rafli dengan penuh hormat. Melihat mereka berada di sana, Alisya kemudian paham akan keamanan mereka semua saat itu karena tentu saja itu artinya tempat itu sudah tersamarkan dengan sangat baik dan rahasia. Tidak terlihat mecolok dengan pakaian serba hitam milik Yakuza, dari jendela riben cafe Alisya bisa melihat kalau setiap orang yang menjadi petugas parkir serta beberapa orang yang berada diluar cafe adalah anggotanya dibawah kepemimpinan Ryu. "Aku harap ini akan menurunkan sedikit kekhawatiran mu nona. Mereka semua berada dalam pengawasan ketat dan sangat rahasia sehingga takkan ada satu pun yang menyadarinya." Ryu yang sudah terbiasa bergerak secara tersembunyi juga membuat Alisya sedikit merasa tenang. "Kami belum ketinggalan kan?" Ibu Arni masuk bersama dengan ibu Vivian. Alisya membelalakkan matanya melihat mereka semua. Terus berdatangan satu-persatu, Alisya masih tidak bisa membayangkan apa yang sedang terjadi saat itu. "Baiklah, aku akan berusaha menahan diri sekarang. Bukankah ekspresi kami sangat meyakinkan?" Ibu Vivian berkata dengan penuh keyakinan menahan kesedihannya. "Berita kematian mu kami tutupi selama ini, kami tak biarkan orang mengetahuinya karena kami tak menemukan jasadmu. Hanya orang terdekat saja yang mengetahuinya meski pada akhirnya kami hampir menyerah." Ibu Arni sudah mulai berlinang air mata. Alisya mengerutkan keningnya tak tahu mengenai hal tersebut. Namun mengingat dari awal keberadaannya hanya segelintir orang yang tahu, ia bisa memahami maksud keduanya. Alisya langsung memeluk mereka dengan sangat erat. "Kamu yakin ini tempatnya?" Aurelia masuk dengan sedikit khawatir. "Dari peta yang ditunjukkan oleh Zein sih benar! Jawab Adora terus melirik handphonenya. "Sudah lah masuk saja, kita akan tau setelah melihat kedalam." Beni segera mendorong mereka masuk. "Pelan-pelan tau, kita bisa jatuh nanti." Feby berkata dengan kesal. "Buruan panas di luar tau!" Gani juga ikut mendorong mereka meski dorongan nya lebih lembut dari pada Beni. "Teman-teman, lihat itu siapa?" Emi sudah kembali dengan wajah tercengang karena melihat Alisya saat teman-temannya sedang berdebat hebat. "Kenapa wajahmu ketakutan seperti itu?" Gina melirik ke arah yang ditunjuk oleh Emi. "Oh, ternyata benar itu mereka!" Aurelia melambai kepada Yogi tak menyadari Alisya yang sedang melihat ke arahnya. Adora dan Feby yang sudah melihat Alisya seketika terdiam tak bersuara dan hanya air mata yang terus jatuh mentes dengan deras. Sedangkan Beni dan Gani melangkah dengan kaki yang gemetar menghampiri Alisya. Begitu Aurelia melangkah ingin menghampiri Yogi, ia tak sengaja menoleh ke arah kirinya dan melihat Alisya di antara ibu Vivian dan ibu Arni. Mata Aurelia membelalak dan menutup mulutnya karena ingin berteriak. Alisya yang tersenyum kecut ke arahnya seketika membuat Aurelia shock dan berteriak hebat dalam diam dengan menutup mulutnya dengan sangat erat. Yani dan Vindra tak kuasa menahan air matanya melihat pertemuan yang mengharukan tersebut terlebih saat melihat ekspresi mereka yang begitu perih dan sakit saat melihat ke arah Alisya. Ibu Vivian dan Ibu Arni segera menyingkir memberikan tempat untuk mereka bisa melihat Alisya lebih jelas. Mereka melangkah perlahan-lahan mendekati Alisya. Adora dan Aurelia memegang tubuh Alisya, Feby mencubit pipinya dan bahkan Beni serta Gani saling tampar untuk membangun mereka dari khayalan atau mimpi. "Jadi ini benar kamu?" Tanya Adora dengan suara tercekat tak mampu keluar dari mulutnya. "Kamu Alisya kan?" Tanya Aurelia dengan suara serak. "Kamu… kamu…" Emi dan Feby serta Gina tak bisa mengatakan apapun lagi dan langsung memeluk Alisya dengan sangat erat. Mereka menangis dalam diam agar tak begitu menarik perhatian orang luar. Butuh beberapa saat agar situasi menjadi lebih tenang. Cafe yang sangat luas itu memiliki suasana yang bermacam-macam. Mulai dari sedih, haru, ceria, bahagia dan lain sebagainya menyatu menjadi satu. "Terimakasih semuanya, jujur Alisya masih tak tahu kalau kehadiran kita semua berkumpul disini adalah untuk merayakan acara ulangtahunnya yang ke 26." Adith mulai membuka suara dengan mereka mulai tersenyum bahagia karena biasanya mereka tak sengaja berkumpul dengan situasi berbeda. "Untuk itu, tak usaha basa basi lagi." Adith segera duduk di piano yang terdapat di dalam cafe tersebut melantunkan melodi ulang tahun yang ceria namun lembut. Bersamaan dengan keluarnya kue yang sangat besar dan bertingkat. "Selamat Ulang… Tahun…." Mereka semua serentak bernyanyi bersama-sama mengucapkan selamat kepada Alisya.