Chapter 402 - Aku Yang Akan Melindungimu!

Diperjalanan pulang, Alisya yang merasa kelelahan setelah menyembunyikan air mata nya seharian penuh tersentuh dan terharu atas segala persiapan yang diberikan oleh Adith, Alisya hanya bisa menatap keluar tanpa mengeluarkan sepatah katapun. "Sayang, kau baik-baik saja?" Adith menggenggam erat tangan Alisya untuk memastikan keadaannya. Alisya mengangguk pelan yang membuat Adith sedikit lega sehingga dia bisa terus fokus untuk mengendarai mobilnya. Begitu sampai di apartemen nya, tanpa diketahui Adith Alisya sudah sedikit terlelap dalam tidur. Adith mengangkat tubuh Alisya namun Alisya terbangun dengan cepat karena sadar Adith memegangi tubuhnya. "Tidurlah, aku akan mengangkat mu hingga ke atas agar kau tetap bisa tertidur." Seru Adith lalu dengan santai di masuk ke dalam lift secara perlahan dan lembut agar tidak membuat Alisya terbentur. "Adith…" panggil Alisya dengan wajah yang tenggelam di dada Adith. "Hummm?" Adith melihat kepada Alisya dengan tatapan penuh antisipasi ingin mendengar apa yang akan dikatakan oleh Alisya. "Terimakasih banyak, hari ini adalah hari yang paling bahagia bagiku. Meski aku sedikit takut, tapi aku tidak ingin terus-terusan menyembunyikan keberadaan ku kepada mereka." Alisya berkata dengan suaranya yang serak karena sakit pada lehernya yang terus berusaha tegar dengan semua ke haruan yang ia tahan seharian. "Aku tau. Aku tak ingin kau terus terbebani dengan terus menjaga dan melindungi kami. Aku tidak ingin kau menanggung semuanya sendiri. Mereka semua mendukungmu sepenuh hati dan tak perlu mengkhawatirkan mereka lagi." Ucap Adith sembari berjalan keluar dari lift. Ia berajalan dengan sangat pelan agar tetap membuat Alisya semakin merasa nyaman. "Tapi dengan mereka mengetahui keberadaan ku, maka mereka bisa saja berada dalam bahaya sekali lagi. Aku sudah kehilanhan banyak orang yang aku cintai, jadi aku tidak ingin kehilangan banyak orang lain lagi." Air mata Alisya perlahan jatuh mengingat ibu, kakek serta neneknya yang sangat ia cintai dan sudah pergi meninggalkan dia sendirian "Mereka tau apa yang harus mereka lakukan. Mereka bukanlah anak SMA lagi. Selain itu mereka semua sudah bertekad untuk melindungimu. Sekarang adalah giliran kami semua untuk melindungimu." Seru Adith masuk kedalam rumahnya masih dengan posisi menggendong Alisya. "Aku tau seberapa peduli mereka terhadapku, karena aku juga bisa merasakan hal tersebut. Tapi BF bukanlah hal yang mudah bagi mereka, mereka takkan bisa mengatasi BF hanya dengan sebuah tekad saja." Alisya ingin mengingatkan Adith bagaimana BF bertindak tanpa pandang bulu. "Sayang, siapa yang bilang kalau mereka akan berhadapan langsung dengan BF?" Adith mendudukkan Alisya di atas ranjang sedang dirinya duduk di hadapannya. Alisya mengerutkan keningnya mendengar perkataan Adith, ia cukup paham akan apa yang dimaksudkan oleh Adith namun ia tak yakin akan kebenarannya. "Mereka tak perlu berhadapan langsung dengan BF. Yang perlu perlu mereka lakukan adalah dengan tetap berpikir bahwa kau sudah benar-benar meninggal dan terus mencoba menahan diri untuk bertemu denganmu meskipun mereka sangat ingin." Adith menyisir rambut Alisya ke belakang telinganya. "Tapi hal ini hanya berlaku untuk mereka saja dan tidak pada diriku. Aku takkan pernah membiarkanmu menghilang dari hadapanku lagi hanya karena alasan untuk melindungiku. Karena saat ini aku juga bisa melindungimu!" Tegas Adith mengecup kening Alisya dengan sangat lama. "Aku mungkin bisa bertahan jika tak bertemu dengan mereka semua termasuk Ayahku jika aku tahu dia baik-baik saja. Tapi denganmu, aku tak bisa." Air mata Alisya mengalir perlahan mengingat setiap moment saat ia tak bisa berada di dekat Alisya. Adith duduk disamping Alisya dan memeluknya dengan sangat erat. Ia bisa merasakan sedalam apa kepedihan hatinya saat Alisya terpisah dengannya, karena sebesar ia tak sanggup dari Alisya maka sebesar itu pula Alisya tak sanggup terpisah darinya.  Begitu Alisya terlihat mulai sedikit tenang, ia dengan perlahan membaringkan tubuh Alisya untuk mengistirahatkan tubuh, mental dan hatinya yang benar-benar lelah. Mereka tidur sembari berpelukan dengan sangat erat seolah takut kalau salah satu dari mereka akan terbangun dengan kehilangan salah satu dari mereka lagi. "Adith…" Alisya menyebut nama Adith dengan begitu lembut dan penuh kasih sayang dalam dekapan Adith. "Ya?" Adith menaikkan wajah Alisya agar bisa melihat mata Alisya yang sedang berbicara dengannya. "Terimakasih banyak, karena mu aku bisa sejenak kembali menjadi seorang Alisya yang dulu. Seorang Alisya biasa dengan kehidupan yang normal, seorang Alisya yang memiliki sahabat, dan seorang Alisya yang mendapatkan cinta dari keluarganya dan orang-orang di sekitarnya. Termasuk dirimu!" Alisya mencium bibir Adith dengan lembut. Perasaan tulus Alisya mengalir masuk kedalam tubuh Adith melalui ciumannya yang lembut dan hangat tersebut. Menatap wajah Alisya, Adith kembali memeluknya dengan sangat erat hingga ia benar-benar tertidur dalam pelukannya. Mereka berdua sama-sama terlelap dalam pelukan erat dan hangat. Alisya yang biasanya selalu tidur dengan penuh waspada, kali itu adalah tidur paling lelap yang pernah ia rasakan selama ini. Tidur yang tanpa beban dan tanpa mimpi yang mengangganggu hingga ia tak sadarkan diri meski matahari sudah naik cukup tinggi. "Hmmm?" Alisya terbangun dari tidurnya dan tak menemukan Adith disebelahnya. Ia langsung bangkit dan duduk di atas kasurnya serta melirik sekitar, begitu akan turun dari ranjang Adith keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk pendek yang menutupi bagian bawahnya. Alisya sudah terbiasa melihat otot-otot yang kokoh selama ia menjadi seorang pasukan khusus yang mayoritas adalah laki-laki, namun otot Adith memiliki sensasi berbeda saat Alisya melihatnya. "Gulppp!" Alisya menelan liurnya dengan susaha payah. "Kau sudah bangun?  Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa sudah lebih baik?" Adith menanyakan kondisi Alisya yang semalam terus memijit kepalanya tanpa sadar karena sakit terus-menerus menangis. Matanya bahkan sampai bengkak di pagi hari karena terus menangis. Tubuh Adith yang basah bagaikan sebuah berlian-berlian kecil menghiasi tubuh Adith terlihat sangat bersinar dengan indah. Alisya tak bisa mengendalikan dirinya dan kepalanya memanas serta wajahnya menjadi semerah kepiting rebus. "Kau demam?" Adith segera menempelkan dahinya ke dahi Alisya untuk mengecek suhu tubuh Alisya. Tubuh Alisya semakin memanas dengan Aliran listrik berkekuatan tinggi membuat seluruh tubuhnya merinding sempurna. "A.. aku baik-baik saja! Aku,, aku… aku akan mandi sekarang!" Alisya dengan cepat mengalihkan pembicaraan dan menghindari Adith. Adith tersenyum-senyum dan dengan cepat menarik Alisya dan membantingnya ke atas kasur. Ia menghalangi Alisya dengan tubuhnya dan air yang menetes dari rambutnya yang berkilau membuat Adith tampak sangat tampan pagi itu. Tidak tahan melihat wajah Adith, Alisya segera meloloskan diri sekali lagi dan masuk kedalam kamar mandi.