Chapter 403 - Gagal Lagi

"Kau sudah siap?" Adith yang sudah berpakaian rapi tiba-tiba kembali ke kamar saat Alisya baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuknya yang pendek. Body Alisya yang terlihat putih bersinar dan mulus membuat Adith mengeraskan rahangnya. Menatap body S line milik Alisya yang begitu mempesona membuat hati dan pikirannya kosleting dengan sangat kuat. "Tu.. Tunggu sebentar, aku akan segera bersiap-siap." Alisya melempar handuk dan mengibas rambutnya yang basah. Percikan air dari rambut Alisya mengenai wajah Adith yang membuat Adith langsung mendidih panas. Terlebih aroma Alisya yang sangat khas membuat Adith langsung menghentikan Alisya dan menguncinya di dinding. "Kau sangat serius untuk menggodaku?" Adith menghirup aroma tubuh Alisya dengan bau sampo yang sangat wangi segera merasuk masuk kedalam hidungnya. "Adith, pagi ini kita ada jadwal keberangkatan. Ingatkan liburan yang sudah kamu janjikan pada semuanya?" Alisya berusaha untuk mengingatkan Adith. "Aku tau, tapi kita masih punya waktu setengah jam. Dan itu cukup untuk 1 ronde awal." Ucap Adith langsung mengangkat Alisya dan menempatkannya di atas tempat tidur. "Kita akan terlambat Dith." Bukannya tidak ingin melakukannya dengan Adith, namun rasa malu masih menyelimuti dirinya dengan sempurna. "Kita akan naik pada penerbangan selanjutnya." Adith tak peduli lagi dan mulai mencium bibir Alisya dengan lembut.  Semakin lama ciuman itu semakin panas dengan nafas keduanya yang semakin memburu. "Apa kali ini kau siap untuk menjadi milikku seutuhnya?" Adith bertanya kepada Alisya sebagai permohonan izinnnya. Alisya hanya mengangguk pelan dan memalingkan wajahnya karena merasa sangat malu, namun melihat leher jenjang Alisya, Adith semakin tak bisa menahan dirinya. Dengan sangat lembut dia memperlakukan Alisya bagai seorang putri yang harus ia layani dengan sepenuh hati. "Bzzttt bzzzttt… bzzztt bzzzt.." handphone milik Adith segera bergetar kuat dengan deringan yang tak kalah nyaring. Adith mengangkat handphone nya tak peduli dan hanya kembali mematikannya seolah tak terjadi apapun. Adith kembali melakukan kegiatannya dengan melepas jas miliknya dengan cepat lalu secara perlahan kembali mendekati Alisya. "Tingtong… tingtong… tingtong!!!" Suara bel yang ditekan dengan sangat ribut dan tanpa henti. "Bajingan dari mana yang sedang menganggangu harimau lagi bercinta?" Ketus Adith kesal dan penuh amarah. Alisya yang masih dengan balutan handuknya yang belum lepas karena Adith tak ingin terburu-buru melakukannya membuatnya hanya bisa tertawa pelan. "Buka pintunya, aku akan bersiap-siap terlebih dahulu." Alisya bangkit dari tempat tidurnya dengan senyuman manis. "Tidak, abaikan saja! Ayo kita lanjutkan kembali." Adith kembali menarik tangan Alisya dan menindihnya. "Tingtong tingtong tingtong!!!" Suara bel tersebut tak berhenti berbunyi dengan keras membuat Adith jadi tak bisa menikmati kegiatannya dengan tenang. "Tidak baik membuat seseorang tamu menunggu lama di depan pintu." Alisya mengelus pipi Adith lembut agar ia terpaksa harus bersabar. Mungkin memang saat itu bukanlah waktu yang tepat bagi mereka untuk bersatu. Alisya bangkit merapikan baju Adith serta memasang kembali jasnya. Adith melirik ke leher Alisya yang nampak ciuman kepemilikannya pada leher Alisya yang nampak merah di sana sini. "Apa kau tau cara menghilangkan bekas ini?" Adith mengingatkan Alisya mengenai lehernya sebelum keluar. "Tenang saja, aku bisa mengatasinya. Sekarang keluarlah dan lihat siapa yang datang. Yani dan yang lainnya juga pasti sudah mencari-cari diriku sekarang." Jelas Alisya segera mendorong tubuh Adith keluar dari kamarnya. Adith segera menuju ke depan pintu, dan menemukan Yogi serta Rinto sudah berada disana. "Brengsek!" Adith segera menghajar keduanya dengan kesal. "Hahaahhaha sepertinya dia sedang melakukan sesuatu yang asik namun terganggu oleh kedatangan kita." Yogi tertawa terbahak-bahak menghindari Adith. "Jadi ini kenapa kau memaksaku untuk datang kemari sepagi ini?" Rinto menatap kesal dan malu kepada Yogi. "Tentu saja, kalau bukan karena dia aku mungkin bisa menghabiskan waktu untuk mengurus pernikahanku." Seru Yogi kesal karena Adithlah yang membuat mereka harus ikut dalam kegiatan paket liburan perusahaan. Rinto yang ingin berbalik pergi segera ditarik masuk oleh Yogi kedalam apartemen Adith. "Apa yang kalian inginkan sebenarnya?" Tanya Adith kesal dengan kedatangan dua sahabat biadabnya itu. "Karena kau sudah berkata akan ikut, maka kau harus bertanggung jawab. Kami kemari untuk memastikan kau ikut dan bukannya bersenang-senang sendirian disini, kita akan berangkat sama-sama." Terang Yogi duduk di sofanya dengan santai Adith merasa geram dengan tingkah laku Yogi, namun memilih pasrah karena dia juga yang sudah mengacaukan acara yang harus dilakukan oleh Yogi kepada Aurelia. Alisya yang sudah berpakaian rapi kembali masuk kedalam kamar mandi untuk melihat secara lebih jelas pada bekas merah di lehernya.  Dengan memberikan sedikit pasta gigi pada bagian yang merah dan mendiamkan nya selama beberapa saat, Alisya lalu membilasnya dengan handuk yang sudah ia basahi dengan air hangat. "Kalian sudah berada disini rupanya?" Alisya tertawa pelan melihat ekspresi tajam Adith kepada Yogi dan Rinto. Mereka akhirnya berangkat bersama-sama. Alisya yang mungkin takkan ikut bersama Adith, namun dengan kehadiran Yogi dan Rinto, Alisya pada akhirnya ikut bersama dengan mereka. "Direktur benar-benar datang!" Bisik salah seorang pegawai dengan penuh semangat. "Liburan bersama 3 pilar itu rasanya seperti berlibur bersama 3 dewa tampan." Lanjut yang lainnya saat melihat ketiganya datang. "Tapi, kenapa Ayumi datang bersama mereka? Apa memang mereka datang bersamaan?" Yang lainnya terlihat sedikit cemburu melihat Alisya yang berada di belakang ketiganya. "Mana mungkin dia datang bersama direktur. Direktur paling tidak suka dengan wanita yang suka nempel seperti dia, dan kau tau sendiri bukan kalau direktur memiliki mysophobia terhadap wanita." Tegas yang lainnya tak ingin percaya. "Aku pikir kalian tidak akan datang, ibu Lian terlihat sangat khawatir dan kecewa tadi." Yani berbisik pelan kepada Alisya. "Mana mungkin Adith bermain-main dengan kata-katanya." Alisya tersenyum simpul. Dengan datangnya Adith dan yang lainnya, mereka segera masuk ke dalam pesawat terbang dan mencari tempat duduk masing-masing. Alisya berada di sebelah Yani dan Vindra sebab Lian mengira kalau ketiganya lebih suka duduk bersama-sama. Namun begitu akan duduk, Adith yang harusnya berada pada baris VVIP ternyata sudah mengambil tiket kursi dari Vindra dan duduk bersama dengan Alisya. "Sepertinya direktur ingin mencoba duduk di kursi kelas VIP, karena lebih ramai dibanding dengan VIP yang hanya mendapatkan satu kursi saja." Yani berkata-kata dengan canggung untuk tidak membuat orang lain salah paham. "Kau benar, direktur juga terlihat ingin lebih akrab dengan yang lainnya." Vindra tersenyum canggung dan membiarkan Adith dan Alisya duduk di kursi yang sama sedangkan keduanya segera menyingkir.