Chapter 407 - Orang Bodoh Yang Mencintai Seorang Yang Hebat

"Baiklah semuanya, karena direktur yang lebih dahulu menyentuh tanah, maka pemenangnya adalah kelompok Merah!" Teriak Yogi dengan penuh semangat yang langsung disambut heboh oleh kelompok Rinto.

Melihat Adith yang tampak tak marah dan malah ekspresi wajahnya yang hidup membuat mereka semua jadi tak lagi khawatir dan semakin bersemangat. Terlebih saat melihat apa yang dijanjikan oleh Yogi kepada mereka semua mengenai satu set makanan mewah yang sangat menggugah selera.

Semuanya serempak makan dan menyantap makanan yang datang sedang sebagian lagi segera bermain-main di kolam renang dan berofoto-foto ria dengan patung-patung raksasa yang berjejeran sepanjang kolam renang yang berada di resort mulia.

Malam menjelang, mereka sudah kembali berkumpul diluar untuk mennikmati makan barbeqyu yang sudah disediakan oleh ibu Lian sebelumnya. Beberapa makanan lain juga sudah disediakan oleh para koki di atas meja dengan segala macam jenis makanan laut yang sangat mewah dan enak. Mereka yang sebelumnya hanya memakan nasi dan kerupuk karena kalah akhirnya bisa menikmati makan dengan sangat lahap.

"Sepertinya kalau kita hanya makan begitu saja akan kurang seru, bagaimana jika kita melakukan permainan yang menyenangkan?" Yogi yang kembali memberikan suatu ide segera membuat Rinto menggelap wajahnya.

"Bisakah kau hentikan segala tingkahmu yang ingin berbuat aneh tersebut?" Rinto segera menatapnya dengan sangat tajam, tapi Yogi tak peduli.

"Oh, Ayolah.. Kau jangan terlalu kaku seperti itu. Apa kau ingin semua moment ini berlalu begitu saja tanpa ada kenangan yang berarti?" pancing Yogi mengingat Lian lah yang sudah memberikan semua agenda itu kepadanya dengan sedikit modifikasi darinya.

"Aku tidak masalah, tapi sepertinya kau harus behati-hati mulai dari sekarang." Adith segera memberikannya peringatan akan apa yang dilakukan oleh Yogi.

"Huhhh.. Apa lagi yang kamu pikirkan sebenarnya?" Alisya mendesah dengan semua hal yang dipikirkan oleh Yogi.

"Tidak ada yang aneh, permainannya hanya dalam bentuk memberikan tantangan kepada orang lain dengan berkata aku menantangmu, katakana apa tujuanmu padanya, jika ia setuju maka dia akan memerikan syarat padamu. Namun jika dia tidak setuju maka dia harus mendapatkan hukuman. Dan bagi yang berhasil menjalakan syarat yang ditentukan oleh orang yang ditantang, tidak ada alasan baginya untuk tidak melakukan apa yang di minta oleh sang penantang." Seru Yogi menjelaskan aturan mainnya kepada mereka semua.

"Sepertinya seru, oke semuanya harus ikut dalam permainannya. Bagi yang tidak ikut akan mendapatkan hukuman, bagaimana?" seru Dira dengan penuh semangat.

"Oke aku tidak masalah. Kalian setuju bukan?" tanya Yayat kepada yang lainnya.

Yogi segera merlirik keseluruh orang dan Adith serta Alisya hanya terdiam pasarah begitupula pada Rinto, Yani dan Vindra. Mereka berpikir tidak ada salahnya untuk melakukan hal tersebut sebelum mereka kembali keperusahaan dengan semua kebisukan yang cukup padat.

"Sepertinya tidak ada masalah, itu artinya setiap orang berhak untuk ikut." Lian segera tersenyum cerah saat idenya tersebut tidak dipermasalahkan.

"Baiklah, seperti biasa orang pertama yang akan melakukannya dapat kita lakukan dengan cara Lot. Jadi aku persilahkan kepada para pria untuk melakukannya." Yogi segera menyerahkan Lot kepada mereka semua tidak terkecuali Adith dan Rinto.

Orang pertama yang mendapatkan kesempatan adalah Yayat sehingga dengan penuh semangat, Yayat langsung menunjuk orang yang ia inginkan.

"Lian, aku menatangmu." Seru Yayat tanpa memakai imbuhan ibu pada nama Lian yang sebelumnya menjadi manager mereka.

"A… aku?" Lian terkejut percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Jadilah pacarku! Dan akan aku terima semua tantanganmu." Tegas Yayat dengan penuh percaya diri.

Lian kaget saat dirinya menjadi objek yang ditantang oleh Yayat. Jika dia menolaknya maka permainan itu akan terkesan kurang menarik saat dirinyalah yang sudah sengaja menciptakan permainan tersebut. Ia tak percaya kalau dia akan terlibat dalam situsi tersebut.

"Oke Aku setuju, dengan syarat pergilah kelaut dan ceburkan dirimu setelah itu pergilah ke restoran Resort dan katakan isi hatimu dihadapan semua orang kalau kau mencintaiku." Tantang Lian kepada Yayat. Syarat yang diajukan Lian tergolong sangat susah mengingat malam itu angin berhembus cukup kencang dengan ombak lautan yang cukup kuat.

"Lian, apa kau yakin dengan syarat yang kau ajukan? Kau bisa membunuhnya hanya dengan sayaratmu itu." Seru Dira tak menyangka kalau Lian akan memberikan sebuah syarat seberat itu.

"Orang yang ditantang berhak memberikan syarat apapun, jika dia tidak ingin melaksanakannya maka semuanya bisa berakhir dengan mudah." Ucap Lian santai karena baginya Yayat bukanlah seseorang yang cukup masuk dalam kriteria laki-laki idamannya.

"Tidak masalah, aku akan melakukannya!" tegas Yayat bangkit dari kursinya menuju pantai.

"Dia serius? Apa itu artinya dia benar-benar menyukai ibu Lian?" Yani menoleh kepada Alisya yang juga sama terkejut karena keberanian Yayat.

Mereka segera mengikuti Yayat dari belakang untuk menyaksikan apa yang akan dilakukan oleh Yayat.

"Yayat, kau tak perlu melakukan ini. Masih banyak hal yang bisa kau lakukan tanpa harus memberikan nyawamu seperti ini. Ini konyol Namanya." Seru Dira mencoba untuk mengingatkan Yayat.

"Benar apa yang kau katakan, tapi aku hanya ingin membuktikan kepada Lian bahwa apa yang sedang dilakukannya untuk menantang orang lain seperti ini adalah cara yang salah. Jika ingin menguji ketulusan seorang laki-laki bukanlah dengan membuat sebuah tantangan konyol yang ia pikir tidak di dapat dilakukan oleh orang lain." Jelas Yayat dengan suara berat yang penuh wibawa.

"Lalu kenapa kau masih melakukannya meski kau sudah tau?" tanya Vindra memastikan pikiran dari Yayat.

"Karena aku adalah orang bodoh yang telah mencintai orang yang sangat hebat. Dan jika ini dapat membuatnya menjadi kekasihku, akan sangat mudah untuk membuatnya jatuh cinta padaku." Yayat tersenyum dengan penuh kebanggan lalu melangkah dengan penuh percaya diri kedalam laut.

Untuk beberapa kali ia terhempas oleh ombak namun ia tetap melangkah pasti hingga datang gelombang berikutnya, ia tertelan oleh gelombang tersebut. Beberapa dari mereka berteriak keras sedang Lian menutup mulutnya tak percaya.

Alisya langsung mengeluarkan energi nanonya untuk memastikan energi kehidupan dari Yayat, dan dapat diketahuinya kalau ia sedang berjuang keras untuk melawan gelombang tersebut.

"Ba… bagaimana ini?" Yani terlihat sangat khawatir.

"Apa kita harus membantunya?" tanya Rinto yang bisa mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh Alisya.

"Tidak perlu, kau tau seseorang yang jatuh cinta punya keberanian untuk menciptakan sebuah keajaiban. Selain itu Alisya masih belum bereaksi sehingga kau tak perlu khawatir." Adith bisa melihat sikap tenang dari Alisya yang menatap kearah laut dengan tersenyum takjub. Alisya bukanlah tipe yang hanya melihat orang lain kesulitan.