Chapter 414 - Suami Idiot

Alisya yang berjalan sempoyongan dengan nafas tercekat dan tubuh yang panas melihat punggung Adith dari kejauhan. Melihat Adith yang berjalan sedikit lebih lambat membuatnya melempar haknya dengan kasar agar bisa berjalan dengan benar dan terus mengejar Adith. Alisya tau betul kalau saat ini kondisinya dalam keadaan kurang baik yang mana ia lebih membutuhkan Adith dibandingkan semua obat yang ada di dunia ini. "Sial,,, huh huh huh… aku bisa menghilangkan sifat racunnya, tapi tak ku sangka dosisnya bisa mempengaruhiku sampai seperti ini." Alisya masih terus berusaha bernafas dengan baik. Alat komunikasi nya sengaja ia putuskan karena ia merasa malu dengan desahannya sendiri yang terdengar sedikit aneh.  "Maaf, apa yang sedang anda lakukan?" Adith terperanjat kaget saat melihat seorang wanita sudah menempelkannya pada pintu kamarnya yang baru saja ia buka. Alisya yang kesulitan untuk bernafas tertunduk dengan dahi yang menempel di dada Adith. "Lakukan sesuatu, aku tidak bisa menahannya lagi." Suara Alisya yang serak dan parau membuat Adith tak mengenalinya. Rambut yang menutupi tubuh Alisya membuatnya tak bisa melihat wajah Alisya dengan baik terlebih karena bau parfum yang menyengat dari tubuhnya. Alisya memang sengaja memakai parfum yang beraroma cukup kuat untuk menyesuaikan diri dengan tempat yang sedang mereka datangi sehingga hal ini semakin membuat Adith tak mengenalinya. Adith yang takut akan salah orang untuk yang kesekian kalinya membuat dia dengan kuat mendorong tubuh Alisya. Alisya yang sudah tak kuasa menahan gejolak hatinya dengan seketika mencium bibir Adith dengan ganas. "Brakkkk!!!" Adith mendorongnya dengan kuat hingga terjatuh ke bawah dan rambut Alisya yang terurai membuat wajahnya tak terlihat oleh Adith. Adith yang panik mendapatkan ciuman dari wanita yang tak dikenalinya segera berlari pergi tanpa menghiraukan Alisya. Rasa marahnya membuatnya tak menoleh sekalipun kepada Alisya. "Arggghh sial!!! Bagaimana mungkin aku bisa mendapatkan kejadian seperti ini." Adith pergi dengan marah dan kesal merasa sedang mendapatkan ciuman mendadak dari wanita yang sedang mabuk. "Suami Idiot! Bagaimana bisa suami seperti dia banyak yang menganggap Jenius sih!" Alisya menarik nafas tersengal-sengal. Ia tidak bisa masuk kedalam kamarnya karena ruangan itu akan berubah lagi sewaktu-waktu sehingga hal yang paling utama dia lakukan saat ini adalah mengembalikan fokusnya terlebih dahulu. "Liat saja, begitu ini selesai aku takkan memberimu jatah sampai 7 tahun kemudian biar tau rasa!" Alisya terus berjalan menyusuri lorong kapal mengikuti petunjuk dari alat yang sudah diberikan oleh Elvian kepadanya. Alat yang diberikan oleh Elvian terdapat cetakan biru denah kapal tersebut yang ketika labirin itu mulai berubah-ubah sewaktu-waktu, Alisya masih bisa menemukan tempat yang di inginkannya. Panas tubuhnya membuatnya terus berjalan dengan susah payah. Ruangan yang berubah dengan begitu lembutnya sampai orang tak menyadarinya tersebut cukup membantu Alisya untuk tak bertemu dengan orang lain. "Alat ini cukup membantuku juga untuk menghindari orang-orang. Air, aku butuh air saat ini." Pikiran Alisya tertuju pada kolam renang yang berada pada bagian depan buritan kapal. Dengan perasaan terbakar yang membara dan wajah yang memerah padam membuat pikiran Alisya semakin tak terkendali lagi. Meski begitu, energi nano yang berada dalam tubuhnya masih membantunya dalam mengendalikan dirinya dengan sangat baik. "Bagaimana? Apa kita bisa pergi mencari Adith saat ini?" Tanya Yogi kepada Elvian yang nampak terus mengutak-atik sesuatu pada layar hologramnya. "Ya, waktu kita hanya tinggal 3 menit sebelum hologram mu menghilang. Aku harap kau bisa mengikutiku dan jangan tertinggal di belakangku." Seru Elvian dengan tatapan serius. Keadaan mereka yang genting dengan keamanan sistem yang sangat tinggi membuat Elvian ragu harus membawa Yogi bersamanya, namun dia tidak memiliki pilihan lain. "Tentu saja!" Ucap Yogi dengan penuh keyakinan. "Oke sekarang!" Elvian segera berlari dengan sangat cepat namun berusaha untuk menyesuaikan dengan kecepatan Yogi. Dia yang takut kalau Yogi akan berada di belakangnya, dia segera menoleh namun ia terkejut saat menemukan Yogi persis berada di belakangnya. "Siapa dia? Bagaimana dia bisa mengikuti ku dengan mudah? Ini seperti terlihat kalau dia yang sedang menyesuaikan dengan kecepatanku." Batin Elvian berhenti sejenak saat melihat ada robot penjaga tak jauh dari sana. Elvian memang belum memiliki data yang cukup mengenai Yogi dan yang lainnya meski mereka sudah bertemu beberapa kali, namun saat melihat Yogi yang berada di hadapannya sekarang dia menjadi sangat penasaran. "Kalau begitu, kenapa tidak aku uji saja sampai mana batas kemampuannya dalam mengikutiku." Batin Elvian yang langsung memberi tanda kepada Yogi untuk segera mengikutinya kembali. Mereka dengan cepat berlari dengan kecepatan yang sangat luar biasa yang bahkan membuat Elvian sampai mengeluarkan kekuatannya mencapai batas maksimal namun Yogi masih mengikutinya dengan mudah. "Apa yang terjadi disana?" Tanya Yogi menunjuk ruang dihadapan mereka yang mulai merubah posisinya lagi. "Lari!!!!" Teriak Elvian kepada Yogi dan melesat kencang yang ketika sedikit lagi ruang itu akan menutup, keduanya melompat secara bersamaan dan hampir saja terjepit oleh ruangan yang berubah tersebut. "Apa itu barusan? Bagaimana itu bisa terjadi? Kapal pesiar ini seperti sebuah labirin yang berubah posisi secara tiba-tiba!" Yogi berdiri dari tempat terbaring melihat pada ruangan yang kini malah mereka pada ujung koridor kapal. Elvian yang masih kaget dengan kecepatan Yogi yang bisa menyamainya hampir saja tak memperhatikan situasi mereka yang genting. "Siapa kamu sebenarnya? Kau bukanlah orang normal yang bisa memiliki kemampuan menyamai pasukan khusus seperti kami." Elvian menatap tajam kepada Yogi merasa curiga dengan kemampuannya. "Siapa? Kau sudah mengenalku bukan? Aku adalah teman dari Kaptenmu, Alisya!" Ucap Yogi santai masih menilik dinding yang sudah tertutup tersebut. "Brukkk!!! Jangan main-main denganku." Elvian yang melihat sikap santai Yogi langsung menekan Yogi pada dinding dengan keras. "Jika benar kau hanyalah teman, kenapa kau bisa memiliki energi yang sama dengan anggota BF?" Elvian menunjukkan sebuah alat pendeteksi nano kepada Yogi yang menandakan bahwa dia merasa curiga kalau Yogi adalah salah satu anggota BF. "Ukhhh,,, hentikan! Sepertinya Alisya menyembunyikan tentang kami pada kalian. Aku tak tahu apa alasanmu bisa sampai semarah ini, tapi kau sudah salah paham padaku." Ucap Yogi berusaha untuk menjelaskan situasinya kepada Elvian. Yogi dapat melihat dengan pasti raut mata penuh kebencian yang terpancar dari tatapan Elvian kepadanya setelah mengetahui kebenaran akan adanya energi nano yang ada dalam tubuhnya. Energi nano dalam tubuhnya tidak bisa dia aktifkan dengan sesuka hati karena ia tak tahu cara mengendalikannya, namun mucul jika dalam keadaan genting.