Chapter 416 - Malam Penyatuan

Adith terus berjalan menuju ruang kamar yang sudah Elvian buka sebelumnya. Adith yang sudah meninggalkan gelang elektriknya di toilet membuatnya tak memiliki kamar lagi seperti sebelumnya sehingga Elvian harus meng hack salah satu kamar agar Adith bisa membawa Alisya ke dalam.

"Terima kasih banyak!" ucap Adith sebelum masuk dan menutup pintunya.

Nafas Alisya yang tersengal-sengal menunjukkan bagaimana ia sangat tersiksa dengan pengaruh obat tersebut, sehingga untuk melancarkan peredaran darahnya Adith membawa Alisya ke dalam kamar mandi dan memandikan Alisya dengan air hangat.

"Aku tau kau malu, tapi aku adalah suamimu. Kau tak perlu khawatir." Adith tersenyum simpul mengetahui kenapa Alisya menahan tangannya saat ia sedang berusaha membuka bajunya untuk memandikannya.

Dengan penuh rasa malu, Alisya menunduk dalam dekapan Adith saat Adith mulai menurunkan resleting gaunnya dari hadapannya lalu dengan lembut mengguyurnya dengan air panas. Setiap sentuhan lembut Adith memberikan getaran aneh di tubuhnya dan bahkan Adithpun merasakan hal yang sama.

"Adith…" Panggil Alisya kepada Adith yang sedang membalutinya dengan handuk.

"Ada apa? Apa ada sesuatu yang kamu butuhkan? Katakana padaku." Ucap Adith cepat khawatir kepada Alisya.

"Bodoh, sampai kapan kamu akan membuatku tersiksa dan kau terus menahan dirimu?" tanya Alisya dengan wajah yang semakin memerah bukan hanya karena malu namun karena panas dari tubuh serta air yang sudah mengguyurnya tadi.

Mendengar ucapan Alisya, Adith langsung tanpa basa basi lagi menarik pinganggang Alisya, memeluknya erat serta memberikannya ciuman yang begitu panas di bibir Alisya. Alisya yang sudah berusaha menahan diri akhirnya membalas ciuman Adith. Apa yang selama ini terus mereka tahan akhirnya tumpah ruah saat itu juga.

Malam dimana akhirnya mereka Bersatu setelah sekian lama terpisah jarak dan waktu membuat hati mereka seolah menyatu dengan sangat erat. Adith segera menggendong tubuh Alisya dan membawanya ke atas ranjang.

"Apa kau sudah siap?" tanya Adith meminta izin kepada Alisya dengan membelainya lembut. Wajah Alisya yang terlihat lebih cantic dari selama ini yang pernah dilihat Adith membuat jantungnya tak bisa berdetak dengan pelan.

Alisya hanya mengangguk pelan menyetujui apa yang akan dilakukan olehnya. Hal yang selama ini sudah di nantikan oleh keduanya tak di sangka akan mereka lakukan pada tempat yang sudah pasti akan di jadikan tempat bulan madu impian di seluruh wanita di dunia.

Langit LED kamar mereka bisa mendeteksi perasaan mereka saat itu hingga menampilkan alunan music romantic serta langit berbintang yang semakin menambah indahnya penyatuan dua insan yang saling mencintai tersebut.

Meski karena keadaan dan pengaruh obat lah sehingga mereka bisa Bersatu, namun keduanya tetap bersyukur karena dipertemukan di saat yang tepat dimana keduanya saling melindungi dalam setiap masalah yang menghampiri.

Adith yang memperlakukan Alisya dengan lembut malam itu semakin yakin bahwa Adith sangat mencintainya sepenuh hati dan tidak mendahulukan rasa egois ataupun nafsunya. Alisya merasa dibuai oleh cinta Adith sehingga tanpa sadar ia menitikkan air mata penuh haru. Hatinya begitu Bahagia, ia takkan pernah melupakan malam indah itu dari pikirannya.

Yogi yang kembali ke aula kapal pesiar tersebut segera disambut oleh tatapan tajam Rinto yang merasa di tinggalkan oleh Adith dan Yogi ke suatu tempat.

"Dari mana saja dirimu? Apa kau takt ahu betapa pentingnya acara pembukaan ini? Jika Adith tak berada di tempat ini, bukan berarti kau juga harus melarika diri." Ketus Rinto kepada Yogi yang baru saja datang dengan wajah senyum mengerikannya.

"Ada apa dengan senyuman mengerikanmu itu?" tanya Zein yang datang menghampiri keduanya.

"Sepertinya dia habis memikirkan sesuatu yang kotor!" Riyan seolah paham betul akan cengiran kuda yang terukir jelas di wajah Yogi.

"Kalian anak muda yang tidak tahu apa-apa sebaiknya diam saja. Ini urusan orang tua yang sudah berpengalaman, jadi.. siuh siuuuh!" usir Yogi kepada mereka yang langsung membuat ketiganya menajdi kesal.

"Pengalaman? Seolah kau memiliki pengalaman itu. Justru aku bisa melihat betul arti dari ekspresi mengerikanmu itu." Ucap Riyan dengan kesal namun tidak di perdulikan oleh Yogi yang langsung pergi meninggalkan mereka yang sedang memaki-makinya.

Yogi tersenyum penuh Bahagia dan menghampiri ayah Alisya. Dia sengaja menyembunyikan apa yang mungkin sedang dilakukan oleh Adith dan Alisya kepada teman-temannya. Tujuannya adalah mengatakan kepada Ayah Alisya yang tentu saja akan sangat membuatnya Bahagia saat ini.

"Paman, ada yang ingin aku bicarakan denganmu." Ucap Yogi begitu sampai dihadapan Ayah Alisya. Yogi melirik kepada Ryu dan Karin yang berada disana untuk memberikannya waktu berbicara dengan ayah Alisya.

"Apa sampai sepenting itu sampai kau menjauhkan kami?" tatap Karin dengan penuh selidik kepada Yogi.

"Akan lebih baik jika kalian berdua tidak mendengarkan ini terlebih dahulu." Yogi sengaja karena tentu saja hal tersebut malah akan membuat keduanya canggung dan malu saat mendengarkan apa yang akan mereka bahas nantinya.

"Karin,," Ryu segera mengajak Karin untuk memberikan mereka waktu.

Karin melangkah pergi namun rasa penasarannya yang sangat tinggi membuatnya melemparkan sebuah alat tanpa sepengetahuan Yogi. Alat itu berupa serangga kecil seperti lalat yang digunakannya sebagai mata-mata yang ia cabut dari bros bajunya.

Alat yang dibawa oleh Karin adalah ciptaan ayahnya dan juga dirinya yang sengaja mereka buat untuk mendukung kerjaan ayah Alisya saat itu.

"Kau sudah mengusir mereka, jadi apa yang ingin kau bicarakan sampai mereka tak harus mendengarnya?" Ayah Alisya sedikit penasaran dengan apa yang akan dikatakan Yogi mengingat selama ini mereka tak pernah menyembunyikan sesuatu dengan teman-temannya yang lain.

Setelah membuat Ayah Alisya duduk dengan nyaman, Yogi mulai menceritakan awal mulanya kepada Ayah Alisya agar ia bisa memahami kondisinya terlebih dahulu sebelum akhirnya ia memberitahukan hal yang paling utama kepadanya.

"Jadi, sekarang mereka pasti sedang melakukan malam pertama mereka." Ucap Yogi dengan sangat antusias kepada Ayah Alisya.

"Apa???" Teriak mereka hampir bersamaan dari kejauhan. Bukan hanya Yogi, tapi beberapa tamu yang berada disekitar mereka juga sama terkejutnya.

"Kenapa aku lupa kalau kalian semua adalah raja dan ratunya kepo? Meski yang satu masih aku tinggalkan di daratan!" Yogi merujuk kepada Aurelia yang tidak berada bersama dengan mereka. Yogi menepok jidatnya saat melihat teman-temannya sudah datang menghampiri mereka dengan wajah penuh penasaran.

"Sialan!!! Kenapa hal seperti itu harus dia tutupi?" tanya Riyan dengan cengiran kuda mengutuk Yogi dari kejauhan.

Yogi tak perlu menjelaskan kepada mereka lagi mengingat mereka sudah mendengar semuanya. Wajah Karin yang sudah memerah membuat Yogi yakin kalau mereka sudah mendengarnya dari awal.