Chapter 428 - Karin Belum Sadarkan Diri

Zein terus melakukan analisis terhadap apa yang akan mereka lakukan dengan memperhatikan setiap inci dari cetak biru kapal tersebut. "Pertama, kita akan tetap pada peran kita masing-masing, sebab kita semua juga memiliki tujuan yang sama dalam acara Forthnight malam ini." Zein kembali menjelaskan rencananya. "Ya benar. Kita memiliki 3 orang CEO di dalam ruangan ini, Ayah Alisya, Adith dan dirimu Zein." Ucap Yogi menatap mereka bertiga. "Ya, beserta kalian yang sudah menjadi bagian dari asisten kami. Kita yang akan masuk kedalam pertempuran jarak dekat dengan terlebih dahulu mengamati mereka, sedang Ryu harus berperan ganda." Tatap Zein kepada Ryu yang sangat tajam jika dalam pertempuran jarak jauh maupun dekat. "Kami saja sudah cukup jika hanya untuk mengamati kalian dari jarak jauh, Ryu hanya cukup dengan menemani Ayah Kapten saja." Terang Elvian lebih mengkhawatirkan Ayah Alisya. "Kalian tentu memiliki keahlian dibidang masing-masing, namun Ryu bisa menyesuaikan terhadap keahlian apapun. Selain itu energi nano yang ada pada tubuhnya mampu meningkatkan kerja pupil matanya yang bisa melihat dengan kualitas yang sangat tinggi baik dari jarak terjauh, terdekat bahkan gelap sekalipun." Jelas Adith yang membuat Ryu takjub karena Adith bisa mengetahui kemampuannya sedang ia masih takjub dengan kemampuannya sendiri. "Bagaimana kau bisa mengetahuinya?" Tanya Ryu penasaran. "Saat aku tertembak lalu, kau mengatakan bahwa penglihatanmu menjadi lebih tajam dari biasanya bahkan sangat tajam hingga kau menentukan keberadaan musuh." Adith mengingatkannya akan apa yang pernah ia katakan sebelumnya. Ryu mengangguk mengingat apa yang dikatakannya sebelumnya begitu pula dengan yang lainya. "Selain itu, saat kau menatap cetak biru hologram tersebut, aku melihat pupil mu bergerak dengan begitu cepat membesar dan mengecil menyesuaikan dengan apa yang ingin kau lihat." Lanjut Adith lagi memberikan penjelasannya. Mereka akhirnya paham mengapa Zein ingin Ryu berperan ganda bagi mereka karena ketajaman mata Ryu bisa menggantikan alat yang canggih untuk mengamati seseorang dengan lebih detail. "Untuk itu, aku meminta Ryu untuk bisa berperan ganda!" Ucap Zein lagi dengan tenang. Apa yang dikatakan oleh Zein segera membuat mereka takjub dan tak percaya. Mereka tak mengira kalau Zein bahkan sudah mampu menganalisis kemampuan mereka masing-masing hanya dengan melihat volume otot, desahan nafas serta detakan jantung mereka. "Baiklah, aku paham sekarang. Itu berarti kami bisa mengarahkan dan mengamati kalian dari kejauhan sesuai dengan rencana kami sebelumnya." Ucap Jati mengangguk paham dengan apa yang di rencanakan oleh Zein. Sebelum mereka mulai bergerak, Zein lalu melanjutkan penjelasannya kembali dengan lebih sederhana mengenai apa yang harus mereka lakukan selama didalam ruangan tempat acara puncak Forthnight dilaksanakan. Untuk Elvian dan yang lainnya mereka yang sudah menyebarkan permen berwarna yang berupa bom nano ukuran kecil untuk pencegah kebakaran pun juga sudah mereka sebarkan.  Selain itu beberapa permen dengan warna hijau berfungsi sebagai beberapa tempat yang bisa mereka jadikan penanda ruang labirin yang sudah mereka lewati juga sudah disebarkan. "Dimana Karin?" Tanya Alisya kepada mereka yang berada di ruang tengah. Alisya yang kaget tak melihat adanya Karin disana menjadi sangat khawatir. Waktu yang tersisa adalah lima belas menit lagi. "Dia masih belum sadarkan diri." Ryu menatap nanar ke arah ruang dimana Karin masih berjuang sekuat tenaga. Karin yang saat itu ditemani oleh Ayahnya dan profesor Ahmad masih tak membuat Alisya dapat bersikap tenang, sehingga dia dengan cepat masuk kedalam. "Bagaimana keadaannya?" Tanya Alisya begitu masuk kedalam ruangan dan melihat Ayahnya serta profesor yang terus memantau kesadarannya. "Kekuatan mentalnya masih kurang kuat sehingga saat ini dia sedang berjuang dengan keras." Jelas Ayahnya menepuk punggung Alisya lembut yang mendekati Karin. "Tuan..!" Panggil Ryu dengan ragu-ragu kepada ayah Alisya sebagai tanda kalau mereka juga harus mengisi meja mereka saat itu. "Jadi memang sudah saatnya yah.. aku serahkan Karin padamu, bawa dia padaku dan sadarkan dia." Ayah Alisya menatap penuh percaya kepada putrinya Alisya. Ayah Alisya percaya bahwa dengan ikatan kuat diantara mereka berdua, Alisya bisa saja membuat Karin sadar diri dan kembali menemaninya. Ikatan keduanya bukanlah hal yang dapat dianggap remeh. "Jangan khawatir, aku akan pastikan dia bangun secepatnya. Jika tidak aku akan menghantamnya hingga terbangun." Alisya memandang tajam kepada Karin yang masih mengeram berjuang untuk menyelesaikan tahap akhirnya. "Alisya, kau tau kan apa yang harus kau lakukan ketika membutuhkanku?" Adith lalu mencium kening Alisya sebelum pergi dari sana yang dijawab dengan anggukan pelan oleh Alisya. Adith dan yang lainnya menyerahkan urusan Karin kepada Alisya dengan mereka segera menuju tempat ruangan acara puncak yang sebentar lagi akan di mulai. "Kami juga akan ke posisi kami masing-masing, ku harap anda bisa menyelesaikannya se segera mungkin kapten." Seru Rendy mengingatkan Alisya yang memiliki peran penting saat ini. "Jangan lupakan orang itu, Elvian mungkin sudah membuat dia terus berputar-putar dalam labirin, tapi itu tidak akan membutuhkan waktu lagi baginya untuk segera menemukan mu." Tambah Jati mengingat orang yang sebelumnya itu sudah semakin dekat dengan posisi mereka saat itu. "Akan sangat berbahaya jika dia menemukan kalian dengan kondisi Karin seperti ini, aku sangat berharap dia bisa menyelesaikannya karena jika tidak dia juga akan mengalami kerusakan saraf dan mental." Elvian menatap Karin dengan tatapan khawatir. "Aku tau kalau kami pasti akan bertemu, tapi sebelum itu aku sudah mempersiapkan segalanya dengan cepat. Bereskan saja yang ada disini dan jangan tinggalkan jejak." Perintah Alisya kepada mereka cepat dengan suara yang tegas. Dibantu oleh Azura, segala rekam jejak mereka di dalam tempat itu segera di hapusnya dengan cepat termasuk dengan CCTV ataupun sistem yang mereka gunakan dengan gelang elektrik yang diberikan. "Siap Kapten!!!" Mereka memberi hormat serentak sebelum bergegas melaksana kan perintah Alisya dan pergi ke tempat yang sudah direncanakan. "Alisya, jika kau tidak menarik Karin sekarang, sepertinya akan sangat berbahaya baginya." Profesor Ahmad yang melihat belum ada tanda-tanda perubahan kesadaran dari Karin menjadi semakin khawatir. "Apa ini karena tubuhnya yang tidak terlatih lagi? Selama ini dia hanya terus mengurung diri menyesali kepergianku. Tapi sedikit bersyukur dia masih memiliki semangat untuk bisa mengambil gelar resminya sebagai seorang dokter ahli jantung." Terang Alisnya menggenggam tangan Karin dengan sangat erat. Alisya merasa bersalah karena dirinya saat ini Karin sedang berjuang dengan sangat keras, namun jika dia kembali menyalahkan dirinya sendiri maka Karin tentu akan sangat marah. Alisya hanya bisa percaya pada Karin kalau ia bisa melewatinya.