Chapter 430 - Gembor Terus

Alisya menjadi orang yang terlebih dahulu sadar dibandingkan dengan Karin. Melihat data statisti sinapsis Karin yang masih berjalan lambat dalam menghantarkan impulsnya membuat profeor Ahmad merasa sangat khawatir. "Lakukan sesuatu, jika dia masih seperti itu terus, maka akan sangat berbahaya terhadapnya. ia akan mengalami shock mental karena tekhnik yang ia gunakan saat ini berpusat pada tahap akhir dari pengendaliannya." seru Profesor Ahmad mengingatkan Alisya untuk kembali menarik kesadaran Karin. "Karin, bangunlah! Apa kau tidak mendengar apa yang aku katakana sebelunya?" Alisya berteriak dengan sangat kuat di dekat telinga Karin. Melihat sedikit ada perubahan pada statistik otak Karin, profesor sekali lagi menyuruh Alisya untuk lebih keras menarik alam bawah sadar Karin untuk segera bangkit. "Karin, apa kau akan membuatku sendirian lagi? Jika aku harus kehilanganmu lagi, apa yang akan aku lakukan? semua orang sudah meninggalkanku, aku tak sanggup jika harus kehilanganmu lagi. aku…" Alisya berkata dengan suara yang serak yang membuat kakinya jatuh melemas.  Alisya tak tahu apa lagi yang ia harus lakukan sehingga Ia hanya bisa memegang tangan Karin dan jatuh melemas. ia terduduk dibawah dengan hati yang sakit, Ia tak sanggup memikirkan jika terjadi sesuatu yang buruk kepada Karin. Pikiran Alisya kalut mengingat sekarang hawa keberadaan orang yang sebelumnya mencari dirinya semakin dengan dirinya. "Jika kamu tak sadarkan diri lagi, aku takkan pernah memafkan diriku sendiri." genggaman tangan Alisya pada tangan Karin terlepas dengan pasrah. Alisya tak mampu menahan kesedihannya ketika detector pada monitor milik profesor menandakan berakhirnya waktu yang ditempuh Alisya. Tepat saat itu, Ryu masuk kedalam ruangan itu dan langsung mencium bibir Karin dengan sangat erat. Karena takut terjadi sesuatu dengan Karin dan takut tak bisa menemuinya untuk selamanya, Ryu segera kembali menemui Karin. Namun begitu melihat Karin masih tak sadarkan diri, Ryu dengan seketika langsung mencium bibir Karin. "Maafkan aku, aku tak sempat mengatakan apapun padamu. aku hanya terlalu takut dan pengecut. Aku merasa tak pantas untukmu, selain karena asal usulku yang tidak jelas, kehidupan kelamku yang sebelumnya membuatku tak yakin kalau aku baik untuk bersamamu. Tetapi di atas semua itu, aku sangat mencintaimu." Ryu mengutarakan semua perasaanya kepada Karin yang sudah tak sadarkan diri. "Sekarang semuanya sudah terlambat! Aku bahkan tak bisa menjadi sahabat yang baik untukmu karena sudah memberikanmu banyak kenangan yang menyakitkan, aku…." Alisya semakin jatuh dalam kesedihan memikirkan kondisi Karin saat itu. Apa yang dikatakan oleh Alisya dan Ryu pada akhirnya tersampaikan. Perasaan kuat dari keduanya akhirnya sampai kepada Karin dengan begitu kuat yang membuat sinapsi miliknya bekerja dengan sangat kuat dan luar biasa sehingga Jantung dan syaraf-syaraf otaknya yang semula terhenti karena mengalami shock kuat kembali mendapatkan harapan yang lebih kuat dari sebelumnya. "Alisya…" suara Krin yang serak memanggil nama Alisya yang langsung membuat Alisya mengangkat wajahnya menatap Karin dengan tak percaya. "Dasar Rubah Licik, kau membuatku terlihat konyol saat ini." Alisya menyeka matanya yang basah dan sembab karena kesedihannya. "Kau terlihat seperti kuntilanak saat ini." Karin tertawa dengan lemah karena butuh waktu lama untuk bisa menyelesaikan tahap akhirnya. Ryu yang ingin melarikan diri dari sana membuat Karin dengan cepat menangkap tangan Ryu untuk menghentikannya. "Woyyy,, kampret! Aku sudah mendengar semuanya dan sekarang kau mencoba untuk melarikan diri lagi?" Karin berusaha bangkit dari tidurnya agar bisa menatap wajah Ryu dengan lebih jelas. Ryu masih malu untuk menatap wajah Karin saat itu terus saja membelakangi Karin dan tak berani untuk mengatakan apapun. Meski apa yang dikatakannya semua itu adalah sebuah kebenaran, namun rasa takut masih saja menguasainya. "Apa kau ingin melihatku mati baru kau mau mengatakan hal itu lagi? Kau ingin menikahi arwah?" Karin sengaja menekan kata-katanya untuk membuat Ryu menoleh kepadanya dan ternyata hal itu berhasil. "Gembor terus!!!" bisik Alisya yang hamper saja membuat Karin tertawa karena mata Aliysa yang terlihat sangat mengerikan. Karin yang ingin tertawa terpaksa mengepalkan tagannya dengan erat. "Aku akan melakukan semuanya dengan benar nanti, untuk saat ini sebaiknya kita pergi dari sini." Ryu segera mengangkat tubuh Karin dari atas pembaringannya tanpa aba-aba. "Woooww, Kakkoiii.." Puji Alisya dalam bahasa Jepang yang berarti Keren. Profesor Ahmad hanya terbengong bingung dengan situasi yang sedang ia saksikan saat itu. Ia tak mengerti bagaimana mungkin mereka bisa bersikap dengan sangat santai saat sebelumnya jatuh dalam keputusasaanyang sangat dalam yang bahkan membuat keduanya terlihat sangat pasrah. "Apa anak-anak zaman sekarang semuanya memiliki sifat seperti ini?" profesor Ahmad merinding dengan sangat hebat menyaksikan para anak muda itu keluar dari sana. Karena tidak punya cukup waktu, mereka harus tetap focus dan kembali dalam  mode bertarung. Karin pun tak menginginkan mereka berdua untuk bersikap lebay karena masih ada hal penting yang harus mereka hadapi saat ini. "Akhirnya aku menemukanmu, butuh waktu juga untuk menemukan tikus kecil sepertimu." Alisya sengaja menunjukkan dirinya untuk mengulur waktu bagi Ryu dan Karin tidak diketahui mengingat orang itu sudah mengetahuinya dari awal. Berkat Alisya pula, profesor Ahmad bisa membereskan beberapa hal dengan memindahkan ruangan miliknya pada tempat yang sudah ditandai oleh Azura. hal itu tentu saja harus dengan sangat hati-hati agar tidak membuat apa yang dilakukan Alisya sia-sia. "Ah… sepertinya kau baru saja menangis, apa kau habis diputuskan dan dicampakkan oleh seseorang?" Alisya cukup terkejut mendengar apa yang dikatakannya. Pria yang terlihat cukup tampan dihadapannya ini tampaknya mampu membaca gelombang perasaan hatinya serta yang ia tampilkan dari ekspresi wajahnya. "Oke dia tidak salah karena perasaan ini mungkin akan terlihat seperti menangisi seorang kekasih." Batin Alisya mulai mewaspadai pria ini. "Siapa kau?" Alisya mengeluarkan suara yang serak dan terdengar mengerika.  "Duh sial…" batinnya merasa malu karena suaranya. "Itu tidak penting, tapi saat ini kau membuatku tertarik. apa yang membuat aku sulit menemukan tikus kecil sepertimu? siapa yang ada dibelakangmu? Dia yang semula sangat melindungimu apa sudah membuangmu saat ini?" ucapnya mulai mencari informasi dengan kemunculan Alisya di hadapannya. Merasa tertarik dengan Alisya, ia tidak ingin memberikan laoran terlebih dahulu. Ia penasaran kenapa sebelumnya ia cukup sulit untuk menemukan Alisya namun sekarang malah muncul dihadapannya dengan mudah.  Selain itu, Alisya yang terlihat berantakan dan rapuh itu masih terlihat menyimpan sebuah pesona mematikan yang membuatnya merasakan ada hal lain pada diri Alisya. Pesona Alisya membuatnya menjadi semakin penasaran untuk mengetahui  siapa sebenarnya dirinya.