Chapter 431 - Kupu-kupu Nakal

Merasa tak ada yang aneh dengan Alisya, pria itu tak memperlihatkan adanya aura permusuhan. Setidaknya untuk saat itu, sehingga dengan tersenyum manis dia datang menghampiri Alisya. "Tadinya aku berpikir bahwa kau adalah tikus kecil yang akan sedikit merepotkan. Tapi melihatmu seperti ini sepertinya hanyalah seperti kupu-kupu nakal yang sedang terperangkap dalam labirin ini." gumamnya mengira kalau Alisya mungkin takkan memahami apa yang baru saja ia katakan. Penampakan Alisya saat itu memang terlihat sangat menyedihkan dan sedikit kacau. Terlebih karena wajahnya yang terlihat bengkak pada bagian matanya serta make up nya yang luntur karena air matanya. Dia lalu menarik sebuah sapu tangan putih yang lembut dari kantongnya lalu menyodorkannya kepada Alisya. Dia terlihat sedang mencoba untuk bersikap sopan. "Pria ini cukup kuat, sikap tenang namun penuh waspadanya membuatku sedikit terbuai. Meski tak terlihat, namun cara dia mengendalikan energi nanonya tampak jauh berbeda dengan mereka yang pernah aku hadapi sebelumnya termasuk Artems!" Terang Alisya terus menatapnya dalam diam. Meski merasa aneh dengan sikap baik yang bahkan terlalu baik untuk seorang anggota organisasi tersebut, Alisya tak ingin mengambil resiko untuk mengacaukan rencana mereka jika dia harus berhadapan dengan orang ini. Tidak langsung mengambil sapu tangan yang ditawarkannya, untuk terlihat seolah sedang menjaga harga dirinya sebagai seorang wanita, sehingga Alisya bertanya dengan dingin. "Apa yang kau inginkan?" Alisya sengaja bertanya dengan waspada mengingat ia tidak bisa mempercayai setiap apa yang dilakukan oleh pria itu kepadanya.  Dengan sikapnya yang terlihat tenang dan santai, tetap saja Alisya bisa merasakan aura yang sangat hebat dari tubuh pria di hadapannya tersebut. "Untuk saat ini sepertinya aku akan melepaskanmu,  dan aku harap kita tidak bertemu lagi. Meski aku sedikit tertarik denganmu, tapi rasanya kau hanyalah kupu-kupu yang tak akan bisa bertahan lama." Ia memandang Alisya dengan penuh selidik. Meski masih belum merasakan adanya energi nano yang sekuat dengan sebelumnya pada tubuh Alisya. Namun ia masih tidak bisa menghilangkan pikirannya mengenai sebuah energi kuat yang ia rasakan sebelumnya. Energi nano memang hanya akan dimiliki oleh mereka yang menjadi anggota organisasi dan objek penelitian organisasi, sehingga ia merasa mustahil bagi orang lain untuk memilikinya. Akan tetapi berdasarkan data yang sudah mereka terima sebelumnya, beberapa objek penelitian yang sengaja mereka sebar ternyata mampu memberikan paparan gelombang energi pada orang lain namun dengan frekuensi yang kecil. Hal itulah yang membuat pria itu menganggap Alisya mengalami hal demikian tanpa disadarinya karena tanpa disengaja sudah berhubungan dengan salah satu anggota organisasi. "Seperti daur hidup kupu-kupu yang berkisar antara satu minggu hingga satu tahun, kau juga mungkin akan mengalami waktu hidup yang singkat. Tapi itu semua tergantung kau jenis kupu-kupu seperti apa." Ucapnya kembali memasukkan sapu tangan yang tidak diterima oleh Alisya. Melihat pria itu sedikit mewaspadai dirinya meski ia sudah menekan auranya dengan sangat baik, Alisya merasa kalau orang ini memiliki rencana lain.  Hawa keberadaan yang Alisya tunjukkan sedikit lebih lemah, namun pria itu seolah masih bisa merasakan hawa keberadaannya yang kuat. Akan tetapi berkat itulah dia bisa menyamarkan hawa keberadaan teman-temannya dan yang lainnya dengan sangat baik. "Meskipun kau sedikit meremehkan aku, tapi sepertinya kau masih tetap ingin mewaspadai ku." Batin Alisya berusaha untuk tetap bersikap dengan senatural mungkin. "Jika kita bertemu diwaktu yang salah, itu artinya kau mengalami ketidak beruntungan. Aku harap kau memanfaatkan kesempatan yang aku berikan dengan sebaik-baiknya." Ucapnya sembari berlalu pergi meninggalkan Alisya. Alisya sangat paham akan apa yang dimaksudkan oleh pria tersebut. Namun dengan membiarkannya pergi tentu memberikannya waktu yang cukup untuk bisa melakukan rencananya yang lain. "Oh iya, siapa namamu?" Pria itu kembali sudah berada di hadapannya yang sepersekian detik Alisya hampir lupa untuk bereaksi normal. "Se… sejak kapan kau sudah berada disini? Bukankah tadi kau sudah pergi?" Akting Alisya mengalahkan kemampuan Akting Karin yang begitu alay dan lebay yang dibuat seolah itu adalah hal normal. "Namaku Niel, siapa namamu?" Pria itu kembali karena ingin mengetahui nama Alisya sebelum ia benar-benar ingin pergi. "A.. Al.. Alina!" Jawab Alisya cepat hampir menyebut nama aslinya. "Nama yang bagus, akan aku ingat namamu." Ucapnya kembali berjalan meninggalkan Alisya. Setelah benar-benar melihat pria itu pergi, barulah Alisya bisa kembali menampilkan ekspresinya yang dingin dan penuh waspada. "Kalian sudah mendengarnya bukan? Meski dia merasa kalau aku bukanlah suatu ancaman, namun ia masih tetap ingin mewaspadai ku. Dalam waktu dekat dia akan menemukan nama itu tak ada dalam daftar penumpang kapal ini." Alisya menepuk alat komunikasi milik mereka dengan keempat anggotanya. Alisya ingin memperingatkan mereka untuk setidaknya menjaga jarak dari Niel mengingat pria itu mampu membaca niat seseorang dan mendeteksi kemampuan seseorang dengan sangat baik. Alisya memang sangat ahli dalam menyembunyikan kemampuannya, tapi tidak dengan teman-temannya yang belum mengetahui tekniknya karena hal tersebut adalah hasil penyesuaian tingkat tinggi milik Alisya. "Dari caranya berbicara kepada kapten kami paham bahwa dia bukanlah orang sembarangan, tapi mengingat dia melepaskan kapten sepertinya dia sengaja ingin mengamati siapa kapten sebenarnya." Terang Rendy dengan terus melakukan pengamatan di dalam ruangan acara puncak Forthnight yang sebentar lagi akan mulai. "Sepertinya demikian, tapi aku juga akan terus mengamatinya untuk mengetahui seberapa kuat dia akan memberikan kita tekanan nantinya." Ucap Alisya mematikan komunikasi mereka untuk sementara. "Apa dia melakukan sesuatu padamu? Menyentuhmu atau membelaimu?" Suara Adith mengagetkan Alisya. Ia tidak tahu sejak kapan percakapan mereka sudah terhubung sebelumnya, namun se ingat dia saat sedang berusaha mengembalikan kesadaran Karin dia masih tidak terhubung dengan alat komunikasinya. "Se.. sejak kapan kau sudah mendengarku?" Tanya Alisya dengan sedikit panik karena malu mengetahui apa yang sudah terjadi sebelumnya. "Cukup lama!" Adith mengingat saat dimana ia menempelkan alatnya ditelinga Alisya saat ia mencium dahinya. "Kenapa setiap gerakan yang kau lakukan padaku selalu membuatku tak menyadarinya?" Alisya selalu saja tertipu dengan setiap gerakan halus yang dilakukan oleh Adith. "Benarkah? Apa kau juga tidak merasakan gerakanku saat menyentuhmu dengan sepenuh hati?" Pertanyaan Adith langsung membuat semuanya memerah panas. Alisya bahkan sampai tersandung oleh kakinya sendiri sedang Yogi menyemburkan minumannya ke wajah Rinto bagaikan siraman rohani penyejuk kalbu. "Siapapun, buat ruang komunikasi khusus untuk mereka berdua." Pinta Zein yang langsung membuat semua orang menyetujuinya. Adith tak peduli jika semua orang mendengarnya termasuk profesor dan Ayah Alisya yang hanya bisa tertawa pelan.