Chapter 435 - Jurus Tamparan Kaki

"Arggghhh… Kenapa ular-ular ini tak ada habisnya?" Karin mulai sedikit kelelahan karena ular-ular tersebut tak berhenti terus mendatanginya dengan sangat cepat. "Hewan-hewan ini sepertinya berasal dari Zoopark yang berada dalam kapal ini. Tak ku sangka kapal ini bisa membuat hewan-hewan ini berada di atas kapal dengan keadaan tetap segar meski berada di tengah lautan yang seharusnya  dapat membuat hewan-hewan ini mabuk lautan." Ayah Alisya juga terus saja menjauhkan ular-ular tersebut dari sekitar mereka. "Sepertinya karena hewan-hewan ini diberikan semacam sebuah obat khusus yang dapat membuat mereka bisa bertahan bahkan dalam cuaca ekstrim sekalipun. Dilihat dari pupil mata ular ini saja, ular berbisa biasanya memiliki mata yang berbentuk ellips atau lonjong seperti mata pada kucing." Karin mengangkat satu ular derik yang sudah setengah pingsan karena ia menggenggam kepala ular itu dengan kuat. "Tapi ular-ular ini memiliki pupil mata yang bulat." Terang Ayah Alisya setelah melihat lebih jelas pada ular ular tersebut. "Ular berbisa memiliki ciri-ciri,  bentuk kepala segitiga dan luas atau gemuk, Tubuh lebih berpola dan berwarna-warni, Ekor berderik, Ada lubang di antara hidung dan mata sebagai penginderaan panas pada moncongnya, Sisik-sisik di bawah ekor tidak terbagi dua polanya. Perilaku aneh, gerakan lambat dan tenang." Jelas Karin menunduk mengamati sejumlah ular yang berada disana. "Selain itu, Ular berbisa biasanya beraktivitas pada malam hari (nocturnal).  dengan taring bisa, racun mematikan. Membunuh mangsa dengan menyuntikkan bisa. Setelah selesai menggigit mereka masih tinggal di tempat. Tetapi ada juga beberapa ular yang memiliki pengecualian terhadap ciri-ciri yang sudah saya katakan." Tambah Karin sekali lagi. "Tetapi ular-ular ini memiliki sedikit ciri yang berbeda dengan  gerakan yang sangat cepat dan juga ganas serta tetap bergerak liar meski sudah menggigitku." Ayah Alisya mangkat satu ekor ular yang masih terus bergerak dengan ganas di tangannya. "Benar, sepertinya pemberian obat dengan dosis yang cukup banyak memiliki pengaruh pada tubuh mereka. Hal ini lah yang membuat ular-ular ini terlihat lebih ganas dan cepat." Jelas Karin yang sudah tidak bisa menyingkirkan ular-ular tersebut. Karin memilih untuk membunuh ular-ular tersebut agar bisa menghilangkan penderitaan mereka karena meski mereka bertahan hidup, pengaruh obat-obat tersebut  sudah cukup untuk membuat mereka mati secara perlahan-lahan. "Bahkan pada hewan sekalipun mereka dengan begitu mudahnya melakukan penelitian seperti ini." Ayah Alisya mengepalkan tangannya dengan marah melihat ratusan binatang melata yang tak bersalah dan langka tersebut mati sia-sia. "Dasar orang-orang yang tidak berprikebinatangan!!!" Teriak Karin kesal yang langsung membuat telinga Adith dan yang lainnya berdengung kuat. "Sepertinya kau tidak hanya marah pada orang-orang oerganisasi, dari tadi aku melihatmu tampak gusar dan penuh amarah." Tebak ayah Alisya yang langsung membuat Karin berhenti sejenak. Tebakan Ayah Alisya tepat pada sasarannya. Karin saat itu memang sedang marah besar kepada Ryu yang kembali tak mengatakan apa-apa setelah Ia sadarkan diri sebelumnya. Karin tidak suka dengan sikap diam Ryu yang terus saja menutupi perasaanya sehingga Karin tak tahu mana yang benar dengan mana yang hanya omong kosong belaka.  "Maaf Tuan saya terlambat untuk datang menghampiri anda." Ryu yang membuka pintu ruangan dengan satu tendangan kuat membuat keadaan semakin canggung. "Apa kau baik-baik saja? Kau tidak tergigit oleh ular-ular itu bukan?" tanya Ryu khawatir melihat semua uular-ular berbisa yang berada di ruangan itu. "Apa pedulimu?" Bentak Karin penuh amarah. Karin keluar dengan penuh amarah melupakan Ayah Alisya yang sebelumnya mengalami gigitan ular. "A.. Ada apa dengannya? Apa aku salah dalam bertanya? Apa karena aku datang sangat terlambat?" Gumam Ryu yang melihat punggung Karin sudah menghilang dari sana. "Wanita tidak hanya butuh perhatian, mereka juga butuh yang namanya kata-kata sebagai penguat atas tindakan yang kamu lakukan. Kamu harus banyak belajar dari Adith, meski apa yang dikatakannya kadang terlalu terbuka tapi apa yang dia katakan adalah apa yang juga ia rasakan." Ayah Alisya menepuk pundak Ryu untuk memberinya nasehat yang membuat Ryu menatap dengan bingung. Ia tak tahu seperti apa, namun pikirannya mengarah kepada dirinya yang selama ini selalu mendiamkan Karin namun tak bisa berhenti untuk tidak bersikap peduli kepadanya. Tepat setelah mereka keluar, Karin masih berhadapan dengan beberapa anggota organisasi yang tidak begitu kuat yang menghalanginya untuk menuju ke ruang berikutnya. "Dibelakangmu!" teriak Ryu cepat mengingatkan Karin. "Jurus tamparan kaki!!!" Karin berkata dengan keras dan penuh amarah dan menaikkan tendangan berputarnya yang langsung mengenai wajah penyerang itu dan membuat tubuhnya juga terbang melayang berputar menghantam dinding dengan keras. "Umph!" Ryu berpaling karena Karin melakukan tendangan saat ia masih menggunakan gaun hitam yang cukup seksi sehingga paha putih mulusnya terlihat dengan sangat jelas. Meski ia memakai celana pendek, Ryu tetap merasa tak sopan jika tetap melihatnya. "Jurus penghancur BIJI!" lanjut Karin lagi melakukan tendangan bawah yang sangat keras yang langsung mengenai dua bola masa depan si pria yang menyerangnya. "Euuuuuu!!!" Mereka semua berkata serempak dengan tubuh ngilu mendengar apa yang dikatakan oleh Karin serta teriakan seorang pria yang tertahan dengan sangat hebat. Adith dan yang lainnya bahkan sempat menyilangkan kaki mereka saat Karin meneriakkan kata-kata tersebut  sedang Ryu dan Ayah Alisya yang melihat secara langsung kejadian tersebut merasakan Aliran listrik yang ngilu di sekujur tubuh mereka. "Jangan pernah membuat seorang wanita marah jika kau tak ingin 2 bola kebanggaanmu itu menjadi lepes sepertinya." Ayah Alisya melangkah dengan goyah seolah merasakan rasa nyilu yang sama. Ryu menelan ludah dengan susah payah melihat sikap penuh amarah yang dikeluarkan oleh Karin dihadapannya. "Matilah aku!" "Allrrppph Allrepphh" Suara Yogi yang sedang berusaha untuk menghindari hiu-hiu yang ada di dalam air tersebut membuat Rinto semakin mempercepat gerakannya. "Satu orang bodoh yang akan kehilangan masa depannya dan satu orang bodoh lagi yang akan kehilangan nyawanya jika aku tak menemuinya secepatnya." Ucap Rinto sudah mendekati ruang dimana Yogi berada namun masih cukup sulit baginya untuk menembus semua penghalang yang ada. "Maaf butuh waktu lama untuk bisa kembali terhubung dengan kalian, Rinto cepatlah ke ruangan Yogi. Aku akan membukakan jalan untukmu karena sepertinya Yogi sudah mulai kelelahan dan tenggelam sekarang." Seru Elvian ketika alat komunikasi mereka sudah mulai terhubung. "Karin, belok kiri dan temukan beberapa serum yang bisa kau jadikan sebagai obat untuk mengobati Ayah Kapten yang sudah tergigit oleh ular tersebut sebelum terlambat." Lanjut Elvian lagi terus memberikan mereka arahan akan tempat yang harus dilewati.