Chapter 437 - Bantuan Dari Jauh

Di suatu tempat di gedung kejaksaan tinggi Jakarta. "Tring… ting… ting… ting… ting…" Handphone transparan milik Aurelia terus saja berbunyi karena banyaknya chat yang masuk. Dia yang masih fokus dengan pekerjaannya tidak sempat membuka isi chat room grub mereka karena memilih mengutamakan pekerjaannya saat itu terlebih dahulu, sehingga dengan cepat dia mengambil Handphonenya dan mematikan nada deringnya. "Bzzztt,, Bzzzzttt,,, Bzzzttt" Terlihat sebuah panggilan dari Adora, namun saat ini ia tidak mengangkat panggilan tersebut karena harus segera menuju ke ruang sidang. "Apa yang kau lakukan disini? Apa kamu takut dan tidak berani untuk mengambil kasus ini?" Seorang pria berjas datang menghampiri Aurelia yang tengah sibuk mencari kelengkapan berkasnya. "Tckkk!" Aurelia memberikan respon dingin tak suka dengan kehadiran makhluk halus yang selalu saja mencari cara untuk menghantuinya tersebut. Kasus yang sedang dihadapi oleh Aurelia saat itu memang tergolong cukuplah berat dan susah sehingga banyak orang yang menghindari kasus tersebut namun beberapa dari mereka juga memperebutkan kasus tersebut sebagai batu loncatan untuk mereka. "Kau terlihat tidak siap, sudahlah kau tak perlu memaksakan dirimu. Kau masih terlalu muda dan baru untuk menghadapi kasus tersebut, bagaimana jika aku yang mengambil alih kasus ini?" Tanyanya dengan senyuman yang membuat perut Aurelia mual karenanya. Aurelia yang ingin menjawab apa yang dikatakan oleh pria itu tak bisa menahan lagi saat handphone nya terus bergetar. Setidaknya ia harus mengangkatnya untuk mengetahui mengapa mereka terus saja menelponnya secara bergantian. "Maaf, aku tak bisa menerima telpon seka…" belum selesai Aurelia berkata, suara Adora yang panik langsung menyuruh Aurelia untuk melihat siaran TV. Mendengar suara panik Adora, Aurelia memberikan sedikit waktu untuk mengikuti apa yang diarahkan oleh Adora yang langsung membuatnya tercengang dan kaget. "Jadi bagaimana apa kamu setuju untuk.. umphhhh, umpphh hummppph!!!" Dia berteriak marah kepada Aurelia yang sudah menyumpali mulutnya dengan berkas-berkas yang sebelumnya dibawah oleh Aurelia. "Kau ingin mengambil kasus ini bukan? Nih aku berikan padamu. Kamu harus bersyukur karena bertemu dengan orang sepertiku yang baik hati dan tidak sombong." Ucap Aurelia menepuk wajah pria itu dengan senyuman puas. Ia kemudian pergi meninggalkan pria itu disana yang mencak-mencak silat karena merasakan amarah yang sangat besar. "Dimana kalian sekarang? Bagaimana bisa hal itu terjadi?" Aurelia segera berlari keluar dari gedung untuk menemui mereka secepat mungkin. Berita mengenai teman-temannya yang sedang berada dalam bahaya dengan menghadapi Organisasi Black Falcon membuat mereka serentak ingin bertemu satu sama lainnya. "Gedung perusahaan Adith, Emi serta yang lainnya juga sudah berkumpul ditempat ini untuk membahas apa yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka dari jauh." Jawab Adora cepat sembari menatap teman-temannya yang lain yang sudah mulai terlihat sibuk menghubungi banyak orang. "Apa Akiko dan kak Karan juga berada disana? Kita pasti akan membutuhkan mereka berdua." Aurelia sudah memasuki mobilnya dan memacunya dengan sangat kencang menuju ke perusahaan Adith. "Ya, Akiko sedang terhubung dengan pak Yasashimura yang juga akan ikut dalam membantu kita. Karan dan Ayahnya serta kedua orang tua Adith juga semuanya berada disini untuk memberikan bantuan kepada mereka semua dari kejauhan." Jelas Adora lagi dengan cepat yang terpaksa harus mematikan panggilannya dan meminta Aurelia untuk segera bersama mereka. Tidak butuh waktu lama bagi Aurelia untuk sampai di gedung perusahaan Adith dimana semua orang sudah sibuk memberikan konfirmasi sana sini untuk apa yang harus mereka lakukan. "Aurelia, kamu sudah datang? Mereka semua ada di bawah." Ayah Yogi yang tak sengaja berpapasan dengan Aurelia segera mengajaknya ke ruang bawah tanah dimana tempat itu menjadi tempat khusus bagi Adith untuk menciptakan semua alat-alatnya. "Om, apa tante baik-baik saja?" Aurelia mengkhawatirkan ibu Yogi yang mungkin saja dia tidak sanggup melihat anaknya hampir mati diterkam oleh ikan Hiu. "Tidak perlu khawatir, dia baik-baik saja. Dia sangat tahu kalau mereka tak sendirian disana. Meski bukan berarti dia tidak mengkhawatirkan anaknya, tapi ada Alisya dan Adith disana. Keduanya tidak akan pernah membiarkan hal buruk terjadi pada teman-temannya." Ucap Ayah Yogi dengan penuh keyakinan. Begitu masuk kedalam ruangan, Aurelia merasa takjub dengan semua monitor hologram yang bertebangan di sana sini. Dari kejauhan dapat dilihat olehnya kalua teman-temannya sudah berada di sekitar sana. "Apa yang sedang kalian lakukan? Apa kalian punya rencana?" Aurelia masih belum paham dengan apa yang sedang dikerjakan oleh teman-temannya. "Azura!" Yani menarik sebuah hologram yang langsung membuat Aurelia terlonjak kaget saat melihatnya. "Tuan Adith memberikanku perintah untuk meretas sistem yang ada di kapal pesiar Quantum Of The Sea yang berubah tujuan yang semula akan sandar pada pelabuhan Tokyo malah menabrakkan diri pada gunung Yamanagi." Aurelia tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh Azura, dia hanya melambai lambaikan tangannya menembus tubuh hologram Azura yang tampak sangat nyata. "Apa Adith yang menciptakan ini?" Tanya Aurelia masih menatap takjub dan tak percaya. "Namanya adalah Azura, namun kami menyebutnya Jin Milenial." Jawab Yani singkat yang dengan gesit memberikan sebuah chip ke telinga Aurelia. "Semuanya yang sudah direncanakan oleh Adith akan muncul secara otomatis ke otakmu karena chip ini bisa memberikan informasi langsung ke dalam sistem sarafmu." Adora membantu Yani untuk memberikan penjelasan kepada Aurelia. Hanya dalam 5 menit saja, semua informasi yang ada pada chip itu sudah nasuk kedalam otak Aurelia sehingga dengan mengangguk pelan ia paham akan apa yang harus ia lakukan. "Dengan meng hack sistem kapal tersebut, kemungkinan terbesar adalah kita dapat membuat kapal itu berbelok dengan kekuatan penuh untuk setidaknya bisa menghindari tubrukan atau malah dapat membuat kapal tersebut berhenti tepat waktu?" Aurelia ingin memastikan apa yang sudah ia pahami. "Bukan hanya itu, dengan bantuan tuan Yasashimura kita bisa mengirimkan 3 unit kapal Kargo kelas A dan juga beberapa helipad untuk melakukan evakuasi terhadap penumpang kapal." Tambah Akiko memperlihatkan sebuah gambar satelit yang di berikan Azura. "Apa ini? Kenapa terlihat sangat banyak sekali memenuhi permukaan laut?" Tanya Aurelia bingung. "Itu adalah kapsul ciptaan Adith yang dapat berubah menjadi alat selam. Alisya sudah berhasil mengevakuasi sebagian besar dari mereka, namun hal ini tidak bisa berhenti sampai di situ saja sebab kapsul ini masih dalam tahap pengembangan." Jelas Ayah Adith memperlihatkan satu sampel kapsul yang dilihat oleh Aurelia. Melihat kapsul tersebut, Aurelia paham kalau kapsul-kapsul yang bertebaran di atas permukaan laut tidak akan dapat bertahan lebih lama sehingga mereka harus segera melakukan penyelamatan.