Chapter 438 - Kembalilah Dengan Selamat

Bersama dengan Akiko, Karan masuk langsung menghadap kepada Ayah Adith dan Ayahnya yang sedang menatap layar monitor yang sangat besar yang menunjukan lokasi kapal tersebut yang terhubung langsung dengan server yang sedang diretas oleh Vindra. "Semuanya sudah siap, kami berhasil mendapatkan 2 kapal kargo, 2 helipad dan 5 kapal penyelamatan yang akan segera menuju ke tempat kejadian. Kami akan berangkat sekarang juga." Terang Karan melaporkan semuanya kepada mereka berdua. "Bagus, kita tidak bisa menunda lebih banyak waktu. Dengan ini kita bisa meminimalisir korban yang ada, namun kalian harus tetap berjaga-jaga akan kemungkinan besar yang dapat terjadi." Ayah Adith mencoba mengingatkan mereka berdua. "Bawalah ini, aku sudah menyiapkan beberapa barang dan obat-obatan yang dapat kalian butuhkan selama disana." Ayah Karan memberikan sebuah koper yang berisi peralatan kedokteran yang cukup lengkap. "Aku akan ikut bersama kalian, bagaimanapun juga aku rasa dengan berada disini tidak akan membuatku tenang." Aurelia segera mendekati mereka dan menawarkan diri. Melihat Aurelia yang tampak bersikeras ingin pergi, Adora serta Beni pun mendekat dan menatap penuh keyakinan kepada mereka berdua. "Ku rasa semakin banyak yang membantu akan semakin baik." Terang Beni untuk diberikan kesempatan. "Aku mungkin tak bisa membantu banyak, tapi aku bisa menjadi asisten yang baik bagimu." Karan yang pergi sendirian membuat Adora menawarkan diri untuk membantunya.  Selama bersama dengan Karin ia sudah melihat banyak hal dasar yang bisa ia lakukan dalam pertolongan pertama sehingga ia cukup yakin untuk bisa memberikan sedikit bantuan kepada Karan. "Tidak, ini cukup berbahaya bagi kalian. Kalian bahkan belum tentu dapat melindungi diri dengan baik." Karan menolak ketiganya karena tak ingin mereka berada dalam bahaya. "Kami sudah cukup banyak mengalami hal yang jauh lebih berbahaya dari ini. Apakah kak Karan pikir hanya karena hal ini bisa membuat kami takut?" Aurelia mengingatkan Karan akan banyak hal yang sudah mereka lalui. "Kami tidak akan terlibat dalam pertempuran, kami hanya akan membantumu." Jelas Beni terus berusaha meyakinkan Karan akan mengikutsertakan dirinya dalam misi penyelamatan. "Azura, analisis ketiganya seberapa berguna mereka jika ikut bersama dengan Karan." Pinta Yani yang langsung di tanggapi cepat oleh Azura. "40% melihat dari pengalaman tubuh serta daya analisis otak mereka serta ketenangan mereka." Jawab Azura dengan sangat rinci saat memindai ketiganya. "Setidaknya itu masih di atas nol persen bukan?" Adora menatap yakin kepada Karan. "Okeh,, aku masih tidak terbiasa dengan Azura yang selalu tiba-tiba muncul seperti itu dengan tampilan yang sangat nyata." Aurelia berjalan menembus Azura yang berupa hologram. "Ouh nona, kau bisa membuat hatiku sakit." Ucap Azura merajuk sedang Aurelia hanya menaikkan jari tengahnya. "Wanita itu semakin arogan saja. Oke baiklah, sepertinya tak ada yang bisa menahan kalian untuk ikut." Karan pasrah dengan apa yang dilakukan oleh Aurelia. "Sepertinya aku akan jatuh cinta dengan tampilan Azura yang setampan itu." Bisik Feby kepada Gina menatap Azura takjub. "Meski dia hanyalah hologram tapi tampilannya yang sangat nyata membuatku tak mengira kalau dia hanyalah sebua AI ciptaan Alisya yang dimodifikasi oleh Adith." Ucap Emi masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Hapus liur kalian. Apa jadinya para laki-laki seperti kami jika pada hologram kalian sudah bisa tertarik?" Gani terlihat kesal melihat ketiganya terpesona pada Azura. "Hologram AI semakin terdepan…" Feby menatap dengan pupil berbentuk love. "Laki-laki buaya darat gulung tikar…" Gina tersenyum licik kepada Gani kemudian berbalik menatap Azura lagi. "Sialan!!!" Maki Gani kesal. "Pergilah, serahkan urusan yang ada disini kepada kami. Kalian lebih cocok untuk membantu secara langsung disana. Dan kami juga takkan kalah disini, karena kami juga pasti akan berperan penting disini." Meski Emi sangat ingin ikut bersama dengan mereka, namun dia memilih untuk mendukung mereka dari kejauhan. "Benar, kami juga akan berusaha yang terbaik menghentikan siaran ini sebelum mencapai puncaknya." Tambah Feby dengan penuh keyakinan. "Meski aku tak tahu pasti akan apa yang kami lakukan nanti, tapi kami tentu takkan tinggal diam melihat semua ini." Gani memberikan dukungan penuh kepada mereka semua. "Kembalilah dengan selamat, jika tidak kalian tidak akan pernah aku maafkan." Gina terlihat sedikit kesal kepada mereka yang terlampau berani namun ia tidak bisa menyalahkan mereka. Gina sangat paham akan besarnya resiko yang akan mereka hadapi saat berhubungan dengan organisasi, namun dengan bersama-sama mereka justru bisa lebih kuat dibanding dengan sebelumnya. "Awalnya kami sudah berpikir bagaimana caranya agar kalian tidak perlu untuk ikut terjun dalam bahaya seperti ini, namun melihat kalian seperti ini sepertinya tak kan ada pilihan lain." Karan menatap mereka dengan desahan menyerah akan keyakinan kuat mereka. "Melihat semangat kalian seperti ini, tentu akan membuat mereka juga semakin ingin berjuang dengan keras." Akiko menatap Karan dengan tersenyum senang. "Pergilah, kami akan terus membantu kalian disini." Melihat tatapan sendu Akiko yang berusaha untuk tegar melepaskan kepergiannya membuat Karan tersenyum simpul. "Tunggu aku, aku pasti akan kembali secepat mungkin." Karan langsung mengecup kening Akiko dihadapan mereka semua. "Eheemm.. aku semakin merasa sakit karena menjadi seorang jomblo." Gani terbatuk kuat melihat kemesraan keduanya. Ayah Adith dan yang lainnya hanya bisa tersenyum menatap penuh bangga kepada mereka semua yang sudah menjadi lebih dewasa dibandingkan dengan sebelumnya. Tanpa berlama-lama lagi, mereka segera berangkat dengan kecepatan penuh menuju ke tempat dimana Kapal pesiar tersebut berada. "Aurelia, bukankah harusnya kau ada sidang yang sangat penting malam ini? Aku dengar kalian sudah melaksanakan sidang itu sejak pagi tadi dan harus menyelesaikannya malam ini. Tapi kenapa kau malah berada disini sekarang?" Beni teringat dengan kasus besar yang sedang dihadapi oleh Aurelia. "Itu tidak penting, bukannya aku melalaikan pekerjaanku. Tapi tak ada yang lebih penting dibandingkan dengan itu,  Lagi pula sepertinya orang itu sudah menggantikanku dengan baik saat ini." Aurelia hanya tersenyum simpul sembari terus melangkah mengikuti Karan. "Tapi dengan ini kau sudah menyia-nyiakan satu kesempatan besar dalam hidupmu. Apa kau yakin tidak masalah dengan hal tersebut?" Tanya Beni sekali lagi memastikan keputusan Aurelia. "Tentu saja tidak, karena aku punya kemampuan untuk bisa menciptakan kesempatan itu sendiri. Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku, tapi untuk saat ini marilah kita berjuang bersama-sama menyelamatkan orang-orang yang sangat berharga bagi kita." Terang Aurelia dengan menepuk pundak Beni. Beni menatap penuh kagum kepada Aurelia, meski wanita itu cukup bermulut tajam, namun terkadang kata-kata yang Aurelia ucapkan terdengar sangat dewasa dan menyentuh hatinya.