Chapter 442 - Ledakkan Besar

"Meski kurang nyaman, tapi sepertinya ini bisa memudahkan kita." Zein membuka matanya bersamaan dengan Ryu dan juga Rinto.  Satu persatu dari mereka berhasil melakukannya meski penglihatan mereka tidak sekuat dan setajam Adith dan Alisya, namun mereka bisa melihat lingkungan sekitar mereka dengan jelas. Persis seperti yang sudah dikatakan oleh Adith, apa yang mereka lihat tervisualisasikan dengan warna abu-abu. "ARgggghhh" Karin yang berteriak mendadak saat Ryu masih menyesuaikan matanya dengan cahaya disekitarnya membuat Ryu terlonjak kaget dan waspada. Bukan hanya Ryu saja yang kaget, tapi Zein dan yang lainnya pun tak kalah kagetnya. Bahkan Ayah Alisya yang berada tak jauh dari Karin segera memegang dadanya yang berdebar dengan sangat kencang akibat terlonjak kaget karena teriakan Karin. "Apa yang sedang terjadi?" tanya Ayah Alisya yang berada tak jauh dari mereka. Ia sangat khawatir mengingat keadaan mereka yang sangat gelap gulita dengan hanya dirinya saja yang saat ini tak bisa melihat apapun. Ayah Alisya yang tak bisa melihat apapun cukup kesulitan untuk memahami apa yang sedang terjadi namun detik berikutnya ia mendengar sebuah tamparan keras yang melontarkan seseorang di hadapannya. Angin berhembus yang melewati dirinya membuat Ayah Alisya sedikit memundurkan langkahnya dengan penuh waspada. "Tuan, tetap ditempatmu. Kita kedatangan musuh." Seru Ryu cepat mengingatkan Ayah Alisya agar tidak melangkah jauh darinya. Karin berteriak dengan sangat kencang karena ketika membuka matanya, wajah jelek yang berliur-liur menatap Karin dengan penuh nafsu terpampang jelas dihadapannya. Yang karena terkejut dia langsung melayangkan tamparan sekuat tenaga yang langsung menghempaskan sosok tersebut dengan cepat. Dihadapan mereka yang tanpa mereka sadari, beberapa orang organisasi yang tampaknya terlihat sedikit aneh dengan ciri-ciri yang diluar kewajaran membuat mereka dengan cepat bersikap waspada. Meski tidak begitu jelas, apa yang sedang mereka lihat saat ini bukanlah bisa dikatakan sebagai manusia, melainkan mutan yang menjadi gabungan antara manusia dan hewan dengan prilaku agresif. "Kau baik-baik saja?" tanya Ryu kepada Karin dengan sigap beridiri dihadapannya dan membentangkan tangan kanannya untuk melindungi Karin. "Aku tidak apa… !!" Suara Karin tercekat dan tak bisa melanjutkan kata-katanya. "Ada apa? Apa ada yang terluka?" Ryu segera menoleh menatap kepada Karin yang setengah tertunduk dengan wajah menggelap. Tanpa disadari oleh Ryu, ternyata dia tidak sengaja menempatkan tangannya pada bagian dada Karin. Meski tak menyentuhnya dengan begitu erat, namun sentuhannya pada salah satu buah hangat itu sangat terasa di tubuh Karin terlebih karena tangan Ryu masuk menembus belahan dada seksinya. Entah bagaimana hal itu terjadi, karena sedang berhadapan dengan sesuatu yang mengerikan Ryu tak sadar kalau tangannya sudah masuk kedalam dimensi yang seharusnya belum disentuhnya saat itu. Hal itu sebenarnya dapat terjadi karena Karin memakai gaun yang sedikit longgar dengan belahan dada yang sedikit lebar serta posisinya yang sedikit miring dan terburu-buru membuat mereka tak sadar hal tersebut dapat terjadi. "Plakkk Plakkkk Plakkkk!!!" Tamparan bertubi-tubi membuat pipi Ryu memerah dan hidungnya mengeluarkan darah segar. "Oke, sekarang apa yang sedang terjadi? Bisakah kalian menjelaskan apa yang sedang terjadi?" tanya Ayah Alisya kebingungan karena tak bisa melihat apapun dan hanya mendengar suara tamparan sedari tadi. "Ehem… tidak apa-apa tuan. Hanya sedikit gangguan saja!" Ryu berusaha membersihkan hidungnya yang tak berhenti mengeluarkan darah segar. Darah segar yang tak berhenti keluar bukan hanya karena tamparan Karin saja, namun karena gejolak jiwa mudanya yang kembali mengingat sentuhan hangat di tangannya tersebut. "Apa kalian baik-baik saja?" tanya Yogi juga sama bingungnya dengan Ayah Alisya yang mendnegar teriakan keras dari Karin dan mendengar ucapan Ryu yang mengatakan adanya musuh. "Tidak usaha khawatir, ada Ryu bersama mereka. Sebaiknya kita harus membereskan apa yang sedang ada dihadapan kita sekarang!" Rinto melihat beberapa mutan yang mungkin sama dengan apa yang sedang dihadapi oleh Karin dan yang lainnya. "Aku rasa kita sedang menghadapi situasi yang sama saat ini." Terang Zein menatap apa yang sedang mereka hadapi. "Kenapa mereka banyak sekali? Dari mana datangnya mereka ini?" tanya Riyan kaget dengan jumlah mereka yang cukup banyak. "Sepertinya ini adalah saat yang tepat untuk menguji kekuatan kita sudah sejauh mana kita berkembang!" ucap Zein sembari melemaskan tubuhnya bersiap untuk bertempur. "Rasanya kita sudah cukup banyak melakukan pemanasan dari tadi. Bagaimana kalau kita berlomba?" tantang Riyan kepada Zein untuk menghabisi mereka satu persatu. "Siapa takut!" ucap Rinto dan Yogi bersamaan untuk ikut dalam taruhan Zein dan Riyan. Mereka dengan penuh semangat dan dengan begitu mudahnya membereskan mutan-mutan tersebut seolah-olah bukanlah hal yang sulit dan bukanlah tandingan yang sesuai dengan kemampuan mereka yang sudah meningkat dengan pesat. "Puhhahahahahaha… Tak ku sangka kalian memiliki kekuatan yang setara dengan anggota organisasi kami. Kalian bahkan mampu mengacaukan seluruh rencana kami yang sudah kami susun selama beberapa tahun ini." Suara seseorang yang sudah mereka dengan sebelumnya kembali menggema dengan sangat keras. "Tapi harus aku akui, akulah yang telah kecolongan untuk mencari identitas kalian sebelumnya. Dan sepertinya kalian tidak bergerak sendiri, melainkan ada seseorang yang sudah membantu kalin hingga bisa sampai ke tahap itu." Lanjutnya lagi yang mulai mengetahui kemampuan mereka satu-persatu. "seseorang? Apa yang dimaksud olehnya adalah Alisya?" tatap Riyan yang berkomunikasi menggunakan telepatinya kepada Zein. Sedang Zein hanya mengangkat bahunya pelan.  Alat Adith sangat berguna dalam keadaan seperti itu saat mereka ingin berbicara satu sama lainnya tanpa menunjukkan gerak bibir mereka. "Jika yang dimaksudkan olehnya adalah kapten, maka tentu saja saat ini dia sedang berada dalam bahaya." Ucap Jati terhenti sejenak untuk mendengarkan. "Suara itu!" professor Ahmad terlonjak kaget begitu mendengar suara yang taka sing diteliganya. "Aku yakin dialah yang sudah mebuat kalian hingga sekuat itu. Melihat kekuatan kalian, sepertinya dia juga yang mungkin sudah menyuntikkan energi nano pada tubuh kalian serta mengajarkan kalian beberapa tekhnik pernafasan kepada kalian saat ini." Lanjutnya lagi dengan terus melakukan pelacakan untuk menemukan orang yang dimaksudkannya. "Profesor!!!" Jati dan Rendy bertatapan yang langsung melompat berlari sekuat tenaga menuju ke tempat professor berada. "Halo professor, butuh waktu juga untuk mengetahui keberadaanmu. Tak ku sangka kau benar-benar menghianati kami. Luar biasa sekali karena kamu berada ditempat ini tanpa terdeteksi, tapi sepertinya aku tidak ingin melakukan sedikit reuni denganmu." Serunya saat ia mengetahui kalau porfesor berada diruang penelitian mereka. "BOOOMMMM!!!" suara ledakkan yang langsung menggetarkan kapal serta menghancurkan sebagian badan kapal segera terdengar di segala penjuru kapal pesiar tersebut.