Chapter 443 - Lanjutkan Pekerjaanmu

Ledakkan itu mengguncangkan kapal yang membuat mereka sedikit terbentur di dinding kapal. Satu persatu dari mereka segera memasang wajah yang sangat serius dan tegang. "Ngiiinggg…" telinga Jati dan Rendy mendengung keras akibat dari ledakkan tersebut. Keduanya tinggal beberapa langkah lagi dengan ruangan dimana profesor Ahmad berada, namun dengan seketika terlempar jauh dan langsung membuat tubuh mereka menderita luka-luka yang hebat. "Rendy, Jati, apa kalian baik-baik saja?" Elvian segera berteriak kencang menanyakan keberadaan mereka. Alat yang dipasang oleh Vindra untuk mengetahui keberadan keduanya dan memastikan detak jantung keduanya tak terlihat sama sekali di monitornya. "Elvian, apa yang terjadi? Dimana ledakkan itu berasal?" Rafli segera menghampiri Elvian dengan kepala yang pening karena terbentur. "Lacak dari mana lokasi ledakkan tersebut!" Perintah Alisya yang sudah melangkah dengan penuh amarah. Ia tahu betul dari mana ledakkan itu berasal, namun Alisya memilih untuk Elvian memastikan terlebih dahulu dari mana ledakkan tersebut berasal. "Jati, Rendy? Kalian bisa mendengar ku? Apakah kalian baik-baik saja?" Tanya Elvian sekali lagi, namun karena tidak mendapat jawaban dari keduanya Elvian menatap tajam kepada Rafli. "Tidak ada pilihan lain, sebaiknya kita segera kesana." Rafli tidak bisa berada disana lebih lama lagi. Meski ia tahu kalau keduanya takkan mudah gugur begitu saja, Rafli tetap tidak bisa menyembunyikan rasa ke khawatirannya terhadap apa yang terjadi. "Azura, lanjutkan apa yang sudah aku programkan!" Pinta Elvian kepada hologram Azura di tablet miliknya. "Lanjutkan pekerjaanmu!" Suara Rendy memberikan Elvian perintah agar tetap melakukan pekerjaannya. Dia terbangun dari tumpukkan barang-barang yang hancur lebur disana. Begitu pula dengan Jati yang harus menyingkirkan satu lemari besar yang menimpa dirinya. "Kalian baik-baik saja?" Tanya Rafli kaget setelah mendengar suara Rendy. "Ya, kami baik-baik saja!" Tegas Jati setelah berhasil bangkit dari posisinya. "Bagaimana dengan profesor?" Tanya Elvian cepat memastikan keadaan Profesor Ahmad. Jati maupun Rendy tidak bisa menjawab apa yang menjadi pertanyaan Elvian. "Bagaimana dengan profesor? Kalian sampai pada waktunya bukan?" Tanya Rafli sekali lagi. "Maaf!" Jawab Rendy singkat yang langsung membuat Elvian dan Rafli jatuh terduduk. Mendengar apa yang dikatakan oleh Rendy, Alisya terhenti sejenak. Dia mengeraskan kepalan tangannya yang dengan seketika dia mengeluarkan energi yang sangat besar. "Alisya!" Tegur Adith cepat mengingatkan Alisya agar ia tetap bersikap tenang. "Maaf Dith, tapi aku tak bisa membiarkan mereka. Aku sudah berjanji kepada seseorang untuk tetap membawa profesor dalam keadaan sehat wal afiat." Seru Alisya tak bisa menekan amarahnya dengan baik. Ia teringat akan janjinya kepada Calleb sewaktu mereka akan menuju ke misi rahasia mereka, dan kali ini Alisya gagal melakukannya. "Ryu! Sebaiknya kau tahu apa yang harus kau lakukan sekarang, dan Karin! Bawa Ayahku keluar dari kapal ini." Ucap Alisya meminta pertolongan kepada keduanya agar ayahnya tidak terlibat dalam pertempuran kali ini. "Alisya, jangan remehkan aku. Meskipun aku sudah tua, aku masih memiliki pengalaman yang jauh lebih banyak dari pada dirimu." Ayah Alisya tidak suka diperlakukan sebagai orang tua yang tak bisa melakukan apa-apa. "Pertarungan ini sudah bukan lagi bagian dari pertarungan mu Pa, aku bukannya meremehkan bapak tapi ini.."  "Kau pikir aku tidak bisa melakukan apapun saat ini hanya karena kalian bisa melihat dalam gelap?" Ayahnya mulai semakin jengkel dengan sikap mereka. "Aku hanya tak ingin kehilangan siapa-siapa lagi!!!" Teriak Alisya dengan sangat lantang. "Hanya dirimu keluarga yang aku punya sekarang. Ku mohon Bapak, mengertilah! Aku ingin bapak tetap hidup untuk terus melihat cucumu nanti." Alisya kembali bersuara dengan lembut membujuk Ayahnya. Mendengar apa yang dikatakan oleh Alisya, Ayah Alisya akhirnya luluh dan terdiam cukup lama di tempatnya. "Bapak tidak usah khawatir, akan aku pastikan Alisya tidak tergores sedikitpun!" Terang Adith memberikan keyakinan kepada ayah Alisya. "Tuan, kami sudah bukan lagi orang-orang yang hanya akan berdiam diri melihat nona berjuang sendirian." Tambah Ryu meyakinkan Ayah Alisya agar ia mau keluar dari kapal tersebut. "Ayolah paman, tidak ada yang meremehkanmu saat ini. Tapi apa yang dikatakan oleh Alisya benar." Karin mendekati Ayah Alisya untuk membujuk nya. "Paman tidak usah khawatir, tidak hanya Alisya, kami juga akan berusaha untuk menghentikan kapal ini." Tegas Zein juga ikut meyakinkan Ayah Alisya. Mereka semua paham betul apa yang dirasakan oleh Alisya saat ini mengingat profesor Ahmad lah yang sudah menyelamatkan hidup Alisya. Dan Alisya adalah orang yang sangat menjunjung tinggi sebuah janji yang sudah ia ucapkan. "Serahkan Alisya pada kami paman." Seru Yogi memainkan matanya kepada Rinto. "Kami akan pastikan kedua Pasutri ini mendapatkan bantuan yang sangat kuat!" Tegas Rinto tersenyum melihat ke arah Yogi. "Dulu kami hanya bisa menjadi beban saja, tapi sekarang tidak lagi. Pasukanku akan datang bersama bantuan lainnya." Tambah Riyan ketika melihat lencana miliknya berkedip-kedip aktif. "Dan kami juga tidak akan tinggal diam!" Elvian juga tak ingin kalah, meski sangat berduka karena tidak bisa menyelamatkan profesor Ahmad, mereka tak punya waktu selain terus berusaha menghentikan kapal itu untuk menyelamatkan lebih banyak orang lagi. Ayah Alisya merasa sangat terharu dengan kekompakan mereka semua. Tidak ada lagi alasan baginya untuk tidak percaya pada mereka semua sehingga ia terpaksa menyerahkan semuanya kepada mereka semua. "Baiklah! Hentikan semua ini dan buktikan pada mereka semua, bahwa kita juga memiliki kekuatan untuk bisa menekan mereka. Hentikan semua kekacauan ini dan kembalilah dengan selamat." Ayah Alisya bukan memberikan permintaan, melainkan perintah yang harus dipatuhi oleh mereka semua. Mereka semua langsung mengambil peran masing masing dengan bekerja lebih cepat. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu  "Kau akan kemana?" Tanya Adith saat merasakan Alisya sudah melesat cepat menuju suatu ruangan. "Tuan Adith, Kapten sudah menganggap profesor sebagai orang tuanya juga. Meski tak bisa merasakan energi nano kapten, tapi aku tidak pernah merasakan amarah Kapten sebesar ini sebelumnya!" Rendy sedang mengingatkan Adith akan apa yang dilakukan oleh Alisya nantinya. "Maksud Rendy adalah saat ini hanyalah Tuan yang bisa menenangkan Kapten!" Tambah Jati yang mana keduanya sudah melangkah dengan tegar untuk terlebih dahulu memastikan kondisi tempat profesor berada. "Terimakasih banyak!" Ucap Adith langsung melesat cepat menuju ketampat yang sama dengan yang sedang dituju oleh Alisya. Tanpa perlu diingatkan oleh keduanya sebenarnya Adith sudah tahu akan bagaimana kondisi Alisya. Namun mendapatkan perhatian dari bawahan Alisya membuat Adith tetap ingin berterimakasih kepada keduanya. Adith juga merasakan emosi yang sangat besar sama seperti dengan apa yang dirasakan oleh Alisya.