Chapter 445 - Super Hero

Melihat wajah serius Niel, Iyan merasa bahwa apa yang dikatakan asistennya mungkin saja benar. "Tidak mungkin Alpha masih hidup, jika memang benar dia Alpha maka bukankah seharusnya organisasi sudah mengetahuinya lebih dahulu dibanding dengan kita." Ucap Ian masih belum yakin bahwa Alisya adalah Alpha yang mereka maksud. "Benar apa yang kau katakan, tetapi energi nano sebesar ini bahkan tidak dimiliki oleh anggota kita yang ada sekarang sudah tidak ada lagi perempuan yang memiliki energi nano di dalam organisasi." Niel yang sebelumnya merasa tertarik dengan Alisya kini memasang ekspresi tajam penuh waspada. "Hal ini disebabkan karena beberapa tahun yang lalu data mengenai penelitian itu dibawa pergi oleh Profesor Ahmad dan tidak tersisa sama sekali. Sehingga Organisasi kembali mengembangkan energi nano yang bisa dimasukkan ke dalam tubuh seorang pria." Lanjut Niel memberikan penjelasan kepada Ian. Bagi Niel, hal tersebut bukanlah hal yang mustahil mengingat tak ada satupun perempuan lagi yang memiliki energi nano dalam organisasi, terlebih dengan kekuatan energi nano sebesar itu. "Jika benar demikian, hal ini harusnya segera dilaporkan ke organisasi." Ian memandang ke Asistennya untuk melakukan pelaporan, namun alatnya seketika rusak oleh pisau kecil yang berada di tungkai heels miliknya. "Sial!" Ucap si pria melihat tablet yang di pegangnya hancur berantakan. "Tak kusangka alat ini berguna juga." Alisya melepas tungkai heelsnya yang sebelah lagi. "Kalian sudah cukup tahu banyak, sepertinya sudah tidak ada lagi yang perlu aku ragukan untuk menghabisi kalian." Alisya berdiri dengan menatap tajam kepada mereka bertiga. "Cih, meski apa yang kami ketahui dari organisasi bahwa kau adalah orang yang sangat menakutkan, tapi penelitian yang sudah di kembangkan oleh organisasi kepada kami jauh melebihi datamu yang sebelumnya." Ian segera melepas dan siap untuk bertempur. Dengan satu hentakkan kuat, Ian melesat dengan sangat cepat dan langsung menyerang Alisya yang dapat dengan mudah di tangkisnya lalu dengan satu pukulan kuat, Ian terpukul jatuh. Niel yang semula terdiam langsung mengeram mengeluarkan otot-ototnya yang besar layaknya gorila dan menghantam Alisya. Begitu Alisya menghindar, dari arah berlawanan Asisten Ia sudah menerjang dengan sangat kuat pula memberikan tendangan kepada Alisya. "Akhhh…" Alisya membentur dinding dengan kuat karena dua serangan yang sangat cepat tersebut. Dengan tertatih dia bangkit dari posisinya. Berkat memperkuat otot tubuhnya, Alisya tidak mendapatkan dampak yang kuat dari serangan mematikan keduanya. Alisya kaget melihat perubahan drastis dari ketiga orang tersebut. Asistennya terlihat memiliki sisik yang cukup keras pada bagian kaki dan tangannya yang dapat dirasakan oleh Alisya seolah kulitnya mengalami penebalan yang sangat kuat. Sedang Niel tubuhnya terlihat biasa saja namun pukulannya sangat cepat dan kuat. Otot-otot yang memadat membuat satu lesatan pukulannya mampu menghacurkan dan meremukkan benda keras dengan sangat mudah. Berbeda dengan Ian, seluruh tubuhnya berubah drastis dengan sekujur tubuh berwarna hitam legam seperti baja yang berjalan. "Kau terlihat terkejut dengan perubahan kami." Seru Ian tersenyum puas melihat wajah kaget Alisya. "Penelitian seperti apa lagi yang sudah dikembangkan oleh Organisasi? Kenapa kalian terlihat seperti super hero?" Alisya menatap mereka takjub yang langsung membuat Niel tertawa terbahak-bahak. "Kau orang pertama yang menganggap kami sebagai super hero!" Niel tak menyangka kalau respon Alisya akan se konyol itu. "Ya benar, super hero yang sedang membantai ribuan orang yang berada di atas kapal ini." Ia yang kesal mengeluarkan sesuatu dan melemparkan sesuatu ke atas tiang kapal pesiar. "Sepertinya kau sudah menyinggung orang yang salah. Sekarang akan sulit bagimu untuk keluar dalam situasi ini." Sang Asisten hanya menggeleng tak percaya kalau Ian akan mengeluarkan alat tersebut. "Apa yang sudah ia lakukan?" Tanya Alisya bingung. "Itu adalah Bom nuklir bertenaga nano yang dapat menghancurkan apapun yang diledakkannya. Bukan hanya menabrakkan kapal ini, dia bahkan berencana untuk membunuh semua orang yang ada disini termasuk mereka yang saat ini berada tak jauh dari sini." Jelas Niel yang langsung membuat mata Alisya membelalak tak percaya. "Kau tak bisa melakukan apapun lagi sekarang, karena hanya dengan membunuhku maka nuklir itu akan otomatis terhenti. Tapi itu tidak cukup karena kapal ini tetap pada tujuan awalnya." Ucap Ian dengan penuh percaya diri. "Kalau begitu aku hanya perlu menyingkirkan kalian bertiga dan menghentikan kapal ini dengan segera!" Seru Alisya mengepalkan tangannya dengan penuh amarah bersiap untuk menyerang. "Wussshhh… Brakkkkk!" Alisya yang baru saja ingin maju untuk menyerang tiba-tiba sudah terpental dengan sangat kuat menembus dinding ruangan. "Kau salah satu hal tentang dirinya, dia memiliki kekuatan lain yang tidak kau ketahui." Tambah Niel yang juga melakukan serangan yang sangat mematikan kepada Alisya. Meski berusaha untuk terus menghindar, detik berikutnya pukulan kuat dia dapatkan dari Asisten Ian yang kemudian di lanjutkan dengan tendangan yang sudah diperkirakan oleh Alisya akan mengarah di hadapannya namun malah menghantam keras belakangnya. "Uhuukkkkh" Alisya kembali terpental dengan sangat kuat namun ia masih bisa berdiri dengan tegap. "Bagaimana bisa pukulan kalian kembali datang dari arah yang berlawanan?" Tanya Alisya masih bingung dengan situasi yang sedang di hadapinya. "Sudah kubilang kau tidak mengetahui kekuatan lain dari Ian. Dengan kekuatannya, kau takkan mampu mengalahkan kami dan hanya akan berakhir dengan tragis." Terang Niel berjalan ke samping melihat kesempatan untuk menyerang. "Sial, jika hanya Asistennya itu, aku masih bisa menanganinya. Tapi orang yang bernama Niel ini sangat kuat, sulit bagiku menyerang mereka dengan kerjasama mereka yang sangat bagus." Alisya terpaksa menyobek gaunnya agar bisa bergerak lebih leluasa lagi. Untunglah dia memakai celana pendek sepaha berwarna hitam sehingga ia tidak perlu ragu-ragu untuk menyobek gaun panjangnya tersebut. "Tak ada waktu lagi, cepat habisi dia!" Seru Ia cepat. Tepat setelah itu, Niel dan si Asisten segera melesat dari arah yang berbeda yang kembali dengan satu pukulan dari Asisten dan satu tendangan dari Niel yang di rasa Alisya sudah di hindarinya, malah mengenai dada dan belakangnya dengan sangat keras. Kali itu Alisya benar-benar mendapatkan dampak yang besar dari serangan keduanya yang membuat ia kembali terpental dengan sangat kuat. "Kenapa lama sekali datangnya?" Merasakan tubuhnya tidak membentur dinding dengan keras melainkan membentur dada yang bidang dan hangat, Alisya merajuk dengan manja. "Maafkan aku, tadi ada sedikit halangan yang cukup merepotkan. Maaf karena sudah membuat mu menunggu lama sayang." Adith mengucir tinggi rambut Alisya dan mengecupnya lembut. Adith datang setelah selesai menyelamatkan banyak orang dan menyingkirkan banyak monster mutan.