Chapter 454 - Bukan Perintah, Melainkan Permintaan

Mereka semua segera terhubung bersama dengan Alisya ketika Alisya akan menjelaskan mengenai rencananya kepada mereka semua, sehingga Alisya tak perlu menjelaskan lagi apa yang harus mereka lakukan terhadap rencana tersebut.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Alisya, mereka saling pandang dan menunjukkan ekspresi ketertarikan untuk ikut dalam rencana yang sudah dikatakan Alisya sebab Alisya juga sudah sengaja memberika mereka cuti untuk sementara waktu dalam misi.

"Tentu saja, hitung-hitung buat kami belajar juga untuk bisa berkomunikasi dengan baik terhadap perempuan nantinya." Ucap Elvian dengan penuh semangat dengan sunggingan senyum yang menawan.

"Sepertinya akan seru, tapi kalian harus paham jika kami bersikap kaku nantinya." Lanjut Rafli juga tak kalah semangat namun memberikan mereka peringatan sebelumnya.

"Hummm… tidak masalah! Selama kalian bisa mengikuti arahanku, aku bisa jamin kalian akan baik-baik saja." Seru Aurelia cepat untuk meningkatkan rasa percaya diri Rafli.

"Bagaimana dengan kalian?" tanya Elvian kepada Jati dan Rendy.

"Aku akan mengikut apa yang sudah diperintahkan oleh kapten!" Jawab Rendy dengan kaku.

"Apa kau benar-benar tidak bisa membedakan mana sebuah perintah dan sebuah permintaan?" tanya Rafli melihat Rendy yang sangat kaku dalam bersikap kepada Alisya.

"Tidak masalah apa yang kalian anggap, tapi bagiku apa yang dikatakan oleh kapten adalah Perintah Mutlak bagiku." Ucap Rendy tak peduli dengan tanggapan Rafli atas sikapnya.

"Terimakasih Rendy, tapi kali ini kau tak perlu bersikap kaku. Bersenang-senanglah bersama mereka dan nikmati liburanmu. Ini bukan perintah, melainkan permintaan dari seorang teman." Ucap Alisya dengan lembut yang langsung membuat Rendy mengangguk pelan.

"Jati?" Elvian menantikan jawaban dari Jati.

"Bagiku tidak masalah, aku juga bisa latihan dan anggap saja ini sebagai kencan buta." Seru Jati berusaha untuk bersikap tidak kaku.

"Tidak buruk!" ucap Elvian dan Rafli cepat yang langsung membuat mereka semua tertawa mengingat sifat kaku Rendy sebelumnya.

Saat mereka masih berbincang-bincang sembari memikirkan apa yang harus mereka lakukan nantinya begitu sampai ke Jakarta, sebuah ketukan keras terdengar dari luar.

"Ada apa?" tanya Aurelia yang membuka pintu tersebut dan melihat Riyan berdiri dihadapan pintu itu.

"Keluarlah, Kalian harus melihat ini." Panggil Riyan yang diarahkan kepada Alisya dan Karin kemudia ia berlalu pergi ke tempat lain.

"Apa yang terjadi?" tanya Adora bingung mentap mereka secara bergantian.

"Sepertinya sedang terjadi sesuatu di luar." Ucap Alisya merapikan bajunya lalu berjalan keluar mengikuti Riyan.

Begitu ia keluar, Adith dan yang lainnya juga sudah menuju ke arah mereka dengan tatapan bingung yang kemudian secara kompak mereka keluar menuju bagian depan kapal.

Dari kejauhan, Alisya melihat para Angkatan laut itu sedang mengangkat sebuah kapsul selam yang tampak sedikit mengalami kerusakan dan tampak penyok di sana-sini.

"Kami sudah mencoba membukanya dengan berbagai cara, tapi tidak berhasil. Mungkin kalian mengetahui sesuatu mengenai alat ini sebab kami sama sekali tidak kesulitan pada ratusan kapsul lainnya sebelum ini." Ucap salah seorang yang tampak memiliki pangkat di atas Riyan.

"Aku tak yakin siapa di dalam dan apakah ia masih hidup atau tidak, tapi sepertinya kita perlu membuka kapsul ini terlebih dahulu untuk memastikan kondisi di dalam kapsul ini" ucap Riyan menatap kepada Adith dan yang lainnya.

"Tuan, ada tanda-tanda kehidupan di dalam kapsul tersebut." Azura tiba-tiba keluar dari hologram yang terpancar pada Jam tangan milik Adith.

Mereka semua segera terkejut mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Azura, sehingga dengan penuh antusias mereka mencoba sekali lagi untuk membuka kapsul selam milik Adith tersebut.

"Apakah kau bisa melakukan analisis apa yang terjadi pada kapsul tersebut?" tanya Adith kepada Azura dengan mendekat kepada kapsul dan mengamatinya dari luar.

"Tentu saja, aku juga dapat melakukan control pembukaan paksa dari dalam pada kapsul tersebut dalam waktu 5 menit." Ucap Azura yang langsung membuat Adith mengangguk paham.

"Lakukan dalam 1 menit, aku tak ingin kita menghabiskan waktu terlalu banyak." Tegas Adith mengingat Azura mengatakan bahwa ada tanda-tanda kehidupan di dalam kapsul tersebut.

Tanpa berkata lagi, Azura langsung melakukan pemindaian menyeluruh pada kapsul tersebut dan menganalisis apa yang sudah terjadi pada kapsul tersebut.

"Bukankah waktu 5 menit itu sudah sangat cepat?" terang Karin memandang ke arah Alisya dengan kerutan kening.

"Untunglah orang yang dia perintahkan adalah sebuah hologram, andai itu seorang manusia, dia tentu akan langsung muntah darah mendegar perintah Adith." Ucap Aurelia menatap tak percaya dengan sikap penuh percaya diri Adith yang tak pernah berubah.

"Bhuussshhhhh" Kapsul tersebut terbuka lebar dengan sedikit asap yang keluar dari kapsul tersebut, pintunya jatuh dengan begitu keras. Yang sedetik kemudian terdengar sedikit percikan yang membuat Adith langsung waspada.

"Mundur!" ucap Adith cepat untuk memperingatkan semua orang namun alat itu segera meledak dengan kuat melemparkan beberapa kepingan kapsul.

Kepingan yang terhempas segera menuju ke arah Karin dan Adora yang dengan cepat dan sangat tanggap, Rendy melindungi Karin dan Jati langsung melindungi Adora. Zein dan Ryu yang berada cukup jauh dengan mereka tak bisa berbuat apa-apa meski mereka juga sudah melayang untuk melindungi keduanya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Rendy dengan tatapan khawatir yang dijawab dengan gelengan kepala Karin yang masih belum bisa menyesuaikan dengan sikap Rendy.

"Terimakasih!" ucap Adora kepada Jati dengan menunduk penuh hormat.

"Syukurlah jika kamu tidak terluka." Ucap Jati dengan senuman penuh syukurnya.

"Apa ini tidak kelihatan terlalu jelas?" bisik Adora kepada Alisya dengan sangat kaku.

"Mereka tahu moment yang pas untuk memulai rencanaku!" jawa Alisya acuh tak acuh dan tetap memandang kearah kapsul yang aasapnya terlihat mulai menghilang.

"Profesor!!!" teriak Elvian begitu melihat sosok yang berada di dalam kapsul tersebut adalah Profesor Ahmad. Alisya dan yang lainnyapun terkejut tak percaya kalau ternyata professor selamat dalam ledakkan sebelumnya.

"Cepat, bantu aku keluarkan dia!" tegas Adith cepat mengeluarkan professor Ahmad dari dalam kapsul tersebut.

Para Angkatan Laut yang berada disana dengan sigap membawa tandu dan datang bersama dengan Karan. Karan juga datang membawa semua alat-alat medis yang sudah disiapkan sebelumnya.

"Kapsul ini ternyata diaktifkan secara paksa karena mendeteksi adanya bahaya sehingga begitu ledakkan besar terjadi, professor Ahmad sudah berada dalam kapsul, namun karena ledakkan itu cukup dahsyat, kapsul ini terlontar sangat jauh dan memberikan sedikit kerusakan pada sistemnya." Azura menjelaskan analisisnya dengan menampilkan gambar video yang sempat ditangkap oleh kapsul tersebut.

Setelah mendengar penjelasan dari Azura, mereka dengan segera membawa professor Ahmad kedalam ruangan untuk memberikannya perawatan terhadap luka-lukanya yang tampak parah.