Chapter 458 - Serangan Berikutnya

Sejam lebih kemudian, mereka semua keluar dari ruang bioskop tersebut dengan tertawa riuh. Mereka menertawakan reaksi mereka masing-masing yang terbilang heboh dan konyol setiap kali adegan klimaks yang membuat mereka merinding dan ketakutan setengah mati.

"puhahahaha.. apa kau melihat ekpresi Karin tadi? Tak ku sangka dia bisa sampai setakut itu." Aurelia benar-benar tertawa riuh karena ekspresi Karin yang sangat ketakutan.

"Dia bahkan hampir membunuh Rendy yang berada di sebelahnya karena ketakutan." Yogi juga tak mengira kalau Karin bisa takut menonton filem horor.

Reaksi Karin saat menonton filem memang benar-benar reaksi alaminya, bukan karena sengaja untuk dapat dilihat oleh Yogi sehingga hal itu membuat Yogi tak merasa perlu mencurigai sikap dari Karin. Namun Rendy hampir merasa kewalahan dengan cengkraman dan hantaman setiap kali adegan klimaks muncul secara tiba-tiba.

"Sial, aku benar-benar sangat takut. Sudah lama aku tidak menonton filem yang memacu adrenalin tersebut." Ucap Karin sembari terus berjalan keluar dari bioskop tersebut.

"Seseorang juga masih sangat takut, tapi dia terus mengeram dan menahan diri untuk tidak berteriak dan mengenggem erat tanganku." Jati menaikkan pergelangan tangannya yang masih di genggam erat oleh Adora.

"Ah.. Maaf" ucap Adora yang dengan cepat segera melepaskan tangan Jati dan tertawa pelan.

"Tidak masalah, kau gigit sekalipun jika itu bisa membuat rasa takutmu berkurang aku tak masalah!" tegas Jati yang langsung membuat Adora bersemu malu.

"Jika seseorang mendengar ini, aku yakin ada pertempuaran darah di tempat ini sekarang!" bisik Yogi kepada Aurelia.

"Seseorang? Zein maksudmu? Aku tidak yakin dia akan marah dengan Adora saat ini, dia mungkin sedang melakukan pertemuan untuk membahas perjodohan mereka." Ucap Aurelia dengan nada suara kesal.

"Jadi kali ini Zein dijodohkan lagi? Sampai kapan dia terus menggantungkan Adora dengan tidak memperkenalkan Adora kepada Ibunya saja agar dia tidak terus-terusan membuat ibunya mencarikan wanita untuknya. Mungkin memang lebih baik jika Adora membuka hati untuk orang lain saat ini." Tegas Yogi merasa kesal dengan sikap Zein terhadap Adora.

"Ada bagusnya kamu mengajak Adora keluar hari ini, dengan begitu dia bisa sedikit melupakan masalahnya dengan Zein dan mungkin membuatnya benar-benar lupa akan perasaanya terhadap Zein dan membuka kesempatan untuk Jati." Lanjut Yogi lagi yang langsung membuat Aurelia tersenyum senang karena sudah menduga akan reaksi Yogi tersebut.

"Ehem.. sepertinya kau sedang mendukung mereka sekarang!" ucap Aurelia memacing Yogi.

"Bukan hanya mendukung, tapi aku sudah membuat Zein dan Ryu melihat sebuah kesalahan karena sudah mendiamkan dua wanita cantik tersebut." Ucap Yogi dengan tersenyum licik.

"Bersiaplah untuk serangan berikutnya!" suara Rafli kembali memberikan mereka semua peringatan.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Rafli, mereka semua terlihat bingung namun tetap bersikap tenang. Karin sudah berjalan terlebih dahulu di depan yang detik berikutnya sebuah teriakan terdengar dari lantai di atas.

"Awas!!!" sebuah neon box tampak goyah dan terlepas jatuh.

Dengan begitu sigap Rendy berlari menyelamatkan Karin dan memeluknya dengan sangat erat agar tidak terkena percikan kaca akibat dari neon box yang terjatuh tersebut. Keduanya sampai terjatuh ke lantai karena berusaha menghindar.

"Karin!!!" teriak Adora dan Aurelia secara bersamaan. Mereka terlihat sangat panik melihat kejadian tersebut, dan tak mengira kalau serangan berikutnya yang dimaksudkan oleh Rafli adalah jatuhnya neon box tersebut.

Elvian dan Rafli memang sengaja tidak memberitahukan serang apa saja yang akan mereka lakukan agar Adora dan Karin serta Jati dan Rendy dapat bersikap alami dan apa adanya. Semua itu sebenarnya sudah masuk dalam perhitungan Elvian sehingga dapat dipastikan kalau Karin takkan benar-benar terluka.

"Kalian berdua baik-baik saja?" tanya Yogi cepat menghampiri Karin dan Rendy.

"Apa kamu bisa berdiri?" Adora dan Aurelia dengan sigap membantu Karin untuk bangkit dari posisinya dan memastika keadaan Karin.

"Aku baik-baik saja, tapi tangan Rendy berdarah!" ucap Karin mengkhawatirkan Rendy yang tangannya sudah mengeluarkan darah segar.

"Ini hanya luka kecil, jadi tidak masalah. Aku bersyukur kau baik-baik saja." Rendy dengan segera menyembunyikan tangannya.

Meski Karin paham kalau itu adalah bagian dari rencana Elvian dan Rafli, Karin tetap merasa bersalah karena Rendy harus sampai terluka demi hanya untuk membantu mereka.

"Maaf sudah membuat kalian panik, tapi Target sudah ada di TKP sekarang!" ucap Rafli merasa tidak enak melihat ekspresi takut dan khawatir di wajah mereka.

"Keberhasilan misi 100 persen!" ucap Elvian tersenyum simpul saat melihat raut wajah kelam pada Zein dan Ryu saat itu. Terlebih karena Zein datang ke pusat keramaian dengan pakaian dinasnya sedang Ryu dengan pakaian kantornya.

"Mereka muncul di waktu yang tepat." Gumam Yogi saat melihat keduanya berjalan menghampiri mereka.

"Lepaskan tanganmu darinya." Ryu dengan begitu tajam menatap kepada Rendy.

"Kenapa kau bisa jalan bersamanya?" Zein menarik tangan Adora dengan begitu kuat. Dia tidak memikirkan dirinya yang seorang pemimpin di kota tersebut.

"Apa urusanmu dengan hal ini? Apa kau tidak bisa lihat tangannya yang terluka karena menyelamatkanku?" Karin kesal dengan Ryu yang sudah bersikap kasar kepada Rendy.

"Jaga sikapmu ini tempat umum. Lagi pula aku jalan dengan siapa itu juga bukan urusanmu." Adora menatap Zein dengan tatapan penuh rasa akan amarah.

"Jadi kau masih marah padaku?" tanya Ryu dan Zein hampir bersamaan.

"Bisakah kalian berdebat di tempat lain? Banyak anak-anak yang sedang melihat kita sekarang." Yogi dengan cepat mengingatkan mereka semua saat semakin banya orang-orang menatap kea rah mereka saat itu.

Tanpa memperdulikan Ryu, Karin segera menarik tangan Rendy dan pergi dari sana. Karin merasa harus bertanggung jawab terhadap luka Rendy yang membuat Ryu hanya bisa mengikut keduanya dari belakang dengan sabar.

Adora pun pergi tanpa sedikitpun menoleh kepada Zein. Zein yang ingin mengejar Adora segera terhenti sebab semua masyarakat yang berada disana segera mengelilingi Zein hingga Zein kerepotan untuk menghadapi mereka semua.

"Meski ini semua untuk membantuku, aku tetap tak suka jika kau harus sampai terluka seperti ini." Ketus Karin sambil terus memberikan pengobatan dan perban pada tangannya yang terluka.

Karin segera membawa Rendy ke dalam kliniknya untuk mengobati luka Rendy.

"Luka seperti ini adalah hal biasa bagi kami, kamu jangan khawatir. Yang paling penting adalah rencana kita berhasil." Ucap Rendy dengan santai.

Karin langsung mengikat perban tersebut dengan sangat keras membuat Rendy meringis kesakitan. Setelah selesai, Rendy akhirnya pamit pulang dan Karin mengantarkan dengan penuh rasa bersalah dan terimakasih.

Tepat saat berada dipintu keluar, Ryu ternyata menunggu disana namun Karin menutup pintunya kembali.