Chapter 460 - Tenangkan Dirimu

Adith tidak kembali ke ruang kerjanya, namun pergi ke suatu tempat dimana mereka ingin makan bersama dengan Zein yang memaksanya untuk bertemu.

"Apa ini ada hubungannya dengan foto yang kemarin kau kirimkan? Foto Jati yang sedang memegang kaki Adora?" tanya Rinto yang duduk di bagian depan sebelah Yogi yang sedang menyetir.

"Aku bukan hanya mengirimkan dia sebuah Foto, tetapi juga sebuah Video tentang perhatian Jati kepada Adora. Hal yang sama aku lakukan kepada Ryu." Terang Yogi sambil tertawa pelan dan terus memandang jalanan yang sedikit ramai.

Mereka berjanji untuk bertemu di sebuah restoran khusus yang sudah menjadi tempat mereka setiap kali akan makan dan mendiskusikan sesuatu sebab tempat itu menyediakan satu ruang khusus yang besifat private. Dan tempat itu popular dikalangan atas dengan mereka yang memiliki status social tinggi.

"Kau memang orang yang paling pas untuk di jadikan sebagai kompor meleduk. Meskipun tidak bergosip, tapi caramu bahkan mengalahkan media masa Dispacth yang sangat akurat dalam memberitakan sebuah informasi." Rinto memuji Yogi dalam artian yang cukup jauh berbeda.

"Aku akan anggap itu pujian sepenuh hati darimu." Yogi hanya tersenyum licik tidak menganggap hal tersebut sebagai sebuah hinaan.

"Zein yang sudah menjadi seorang gubernur dengan sikapnya yang kaku seperti itu bisa saja membuat Adora merasa kalau Zein tidak menunjukkan keseriusan terhadap hubungan mereka berdua." Adith memandang ke luar jendela saat mengatakan hal tersebut.

"Ya, kau benar. Untuk itu aku sengaja memperlihatkan sikap Jati terhadap Adora kepada Zein agar ia bisa sadar kalau jika ia terus bersikap seperti itu, Adora bisa saja membuka diri kepada Jati saat ini. Terlebih saat melihat Jati yang memperlakukan Adora dengan baik, aku berpikir kalau posisi Zein sekarang benar-benar terancam." Terang Yogi menjelaskan mengapa ia sengaja membakar Zein dengan gambar serta Video yang dikirimkannya kepada Zein.

"Kenapa kita tidak memberikan mereka sedikit dorongan? Bukankah yang kau lakukan juga seperti itu?" pancing Adith yang langsung membuat Yogi dan Rinto tersenyum dengan ide Adith.

Tidak butuh lama bagi mereka untuk sampai ke tempat restoran dimana Zein sudah duduk dengan ekspresi kelam yang membuat Adith tertawa dalam diam.

"Apa kau baik-baik saja? Wajahmu terlihat kelam dan mengerikan!" tanya Adith duduk di samping Zein yang terus memperhatikan handphonenya.

Melihat mereka bertiga sudah datang, Zein meminum air yang ada digelasnya hingga habis dengan satu tegukan yang penuh amarah kemudian membantingnya dengan keras lalu menoleh kepada Yogi dengan tatapan yang sangat tajam.

"Kau akan mengeluarkan sinar laser dengan tatapanmu seperti itu, jika ada yang ingin kamu katakan sebaiknya setelah kita makan dulu. Aku lapar." Ucap Yogi sengaja mengulur-ulur waktu agar membuat Zein semakin penasaran.

"Seberapa banyak yang sudah kau ketahui tentang mereka?" tanya Zein dengan nda suara berat mengeram dalam diam dengan gertakkan gigi yang terdengar kuat.

"Tenangkan dirimu, kau tidak akan bisa berpikir dengan baik jika masih dipenuhi dengan amarah seperti itu. Benar apa kata Yogi, kamu bisa membicarakan semuanya setelah kita makan dulu." Ucap Rinto menenangkan Zein yang terlihat belum bisa menenangkan diri.

"Kau melebih perkiraanku, aku pikir kau takkan mampu bertahan lebih dari sehari setelah melihat gambar dan rekaman tersebut. Awalnya aku mengira kau lebih memilih untuk mengikuti keinginan orang tuamu yang ingin menjodohkanmu, tapi melihat seperti ini membuatku yakin kalau kau serius terhadap Adora." Terang Adith tersenyum simpul memandang Zein yang tak mengira kalau Adith bisa berpikir seperti itu pada dirinya.

"Jadi ternyata memang kau juga berpikir seperti itu? Jika kalian semua berpikir bahwa aku akan meninggalkan Adora dengan tidak bersikap serius pada dirinya karena lebih memilih untuk menuruti keinginan kedua orangtuaku, maka Adora juga bisa berpikir demikian. Kenapa aku tak pernah memikirkannya?" Zein memegang kepalanya dengan frustasi.

"Sepertinya kita memang perlu mengintropeksi diri. Kita seolah membuat mereka harapan untuk tetap bersama kita tanpa sebuah kepastian." Ryu masuk dengan diikuti oleh pelayan yang sudah membawa gerobak makanan dibelakangnya.

"Tapi aku tak memiliki niat untuk meninggalkan Adora atau juga merelakan dia bersama dengan orang lain. Selama ini aku memang masih ragu, tapi aku sudah berniat melamar dia setelah pernikahan Yogi. Tapi aku terlalu pengecut untuk mengatakan semua rencanaku pada Adora." Jelas Zein dengan suara yang lebih tenang dan penuh rasa bersalah.

"Jika seperti itu, kau harusnya lebih tegas dengan sikapmu sendiri. Apa kau tidak sadar sudah menahannya selama beberapa tahun?" Tanya Yogi belajar dari dirinya yang menyadari akan sikapnya sebelumnya.

"Adora itu seorang anak perempuan yang mungkin saja kedua orang tuanya juga sudah mendesaknya menikah di saat usianya juga sudah cukup untuk itu, tapi dia tidak membicarakan hal itu denganmu karena tak ingin membuatmu terbebani." Tambah Adith juga mengingatkan akan posisi sulit yang mungkin saja sedang di jalani oleh Adora saat ini.

"Hal yang sama dengan Karin, posisinya juga tidak jauh berbeda." Ucap Rinto yang di tunjukan kepada Ryu yang duduk di sebelahnya.

"Aku memang merasa bersalah padanya, tuan sudah sering mengingatkanku untuk bersikap tegas dan lebih berani, tapi aku memiliki alasan yang cukup kompleks dalam hal ini." Jelas Ryu merasakan frustasi mendalam memikirkan Rendy yang memeluk erat Karin kemarin.

"Jika kalian terus seperti ini, kalian mungkin bisa menyesal dan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan mereka lagi." Adith mulai mengambil sesendok makanannya setelah berbicara.

"Yup dan dia sangat benar. Jati dan Rendy memperlihatkan rasa ketertarikan yang sangat tinggi pada Adora dan Karin, jika kalian masih terus saja mengabaikan mereka berdua maka hal tersebut mungkin saja untuk terjadi." Yogi segera membenarkan apa yang di katakan oleh Adith.

"Bisakah kalian memberikan sedikit bantuan agar kami bisa mengatasi permasalahan ini secepatnya? Aku sudah beberapa kali mencoba untuk berbicara dengannya, namun karena dia masih marah padaku, dia masih tak ingin bertemu denganku." Zein menatap Adith dan Rinto juga Yogi memohon bantuan ketiganya.

"Tidak masalah, tapia da hal yang harus kalian lakukan untuk itu. Tentu saja di dunia ini tidak ada yang gratis kan? Aku tak memintamu untuk membayarnya, tapi kau harus melakukan sesuatu nanti." Yogi tersenyum licik namun Zein tidak mempermasalahkan apa yang di inginkan oleh Yogi.

Tepat setelah itu, berita yang menyiarkan mengenai kejadian Forthnight beberapa waktu lalu kembali muncul di layar kaca televisi dengan Riyan yang tampak berdiri dalam konverensi pers untuk melakukan laporan. Hal itulah yang membuat Riyan tidak dapat berkumpul bersama mereka.