Chapter 461 - Ucapan dan Tindakan

Dihari pernikahan Yogi dan Aurelia, setelah Ijab Kabul yang penuh dengan drama melow karena Yogi berhasil mengatakan Ijab dengan lancar dan tanpa halangan, semua tamu undangan mulai memenuhi hotel berkualitas Internasional yang sengaja diadakan dengan sederhana. Bukan karena tidak memiliki cukup uang, tapi Yogi dan Aurelia memang memutuskan untuk mengadakan pesta sederhana dengan maksud untuk tidak menyia-nyiakan moment tersebut dengan pesta megah yang menguras. Meski dilaksanakan di hotel mewah, Yogi dan Aurelia tak hanya mengundang saudara dan kerabat dekat serta beberapa kolega mereka. "Kau sangat cantik hari ini, setelah sekian lama akhirnya kalian menikah juga." Karin datang bersama Rendy sebagai pasangannya di pesta pernikahan Yogi dan Aurelia. Yogi sempat bingung melihat hal tersebut meski dia sudah menduganya, hanya saja ia tetap merasa sedikit pahit untuk Ryu. "Apa kalian sudah benar-benar menjalani hubungan sekarang? Aku jadi semakin sering melihat kalian bersama." Yogi memancing keduanya dengan pertanyaan bodoh. Karin tersenyum lalu menoleh ke arah Rendy. "Hmmm… mungkin lebih tepatnya aku sedang berusaha untuk mendapatkan hatinya. Meski dia sangat keras kepala, tapi itu menjadi daya tarik spesial miliknya." Rendy menatap Karin dengan penuh kasih yang langsung membuat Karin tertawa hangat. "Hubungan yah? Mungkin sudah saatnya aku menjalani hubungan yang benar-benar serius, bukan dengan terus-terusan di gantung oleh seseorang." Karin melirik ke arah seseorang yang menatapnya dengan tajam dari kejauhan. Ryu tampak penuh amarah saat Karin malah datang bersama orang lain saat dirinya dengan penuh semangat menghampirinya namun ia tetap saja tak bisa menemui Karin sebab Karin sudah lebih dahulu pergi. "Apa kau sudah memutuskannya?" Tanya Yogi ragu-ragu. Yogi hanya berpikir bahwa apa yang akan dikatakan oleh Karin mungkin saja akan menghasilkan dua hal, Ryu yang akan menyerah secara teratur atau malah membuatnya semakin nekat dengan menarik tangan Karin dan mengklaimnya sebagai miliknya. "Awalnya mungkin tidak, tapi hari ini mungkin saja." Karin tersenyum licik sembari mengecup Aurelia kemudian turun setelah sebelumnya mereka berfoto terlebih dahulu. Yogi akhirnya berpikir bahwa tidak ada cara lain untuk bisa meyakinkan Karin atau Adora selain dengan melakukan rencana yang sudah mereka siapkan sebelumnya. Di tempat yang sama dengan yang lainnya, Zein juga terlihat panas saat melihat Adora sedang tertawa riuh bersama dengan Jati. Disana mereka berkumpul dengan Feby serta yang lainnya. "Jadi kalian sudah jadian? Sejak kapan? Kalian keterlaluan sekali, kenapa hal ini tidak diberitahukan kepada kami?" Tanya Adora dengan mata terbelalak melihat ke arah Beni dan Emi. "Bisakah kau kecilkan suaramu? Hal ini tidak diketahui oleh banyak orang, kau ingat posisi Beni sebagai apa kan?" Emi dengan cepat menghentikan kehebohan Adora yang membelalak tak percaya. "Apa kau sudah siap dengan resikonya? Beni itu milik semua orang, dia itu publik figure yang di cintai oleh semua orang. Kamu mungkin saja akan kena hujat karena hal ini." Adora merasa khawatir terhadap keselamatan Emi mengingat ada beberapa orang yang kadang bersikap sangat nekat dan overprotektif terhadap Artis kesukaanya. "Aku juga sudah membicarakan hal tersebut dengannya, tapi Beni sudah membuatnya jatuh cinta dan meyakinkannya kalau dia akan menjaga Emi dengan sekuat tenaga. Dia bahkan rela untuk melepas kariernya jika itu perlu." Ucap Feby dengan helaan nafas merasakan kekhawatiran yang sama dengan Adora. "Laki-laki memang harus berani mengambil keputusan jika tidak ingin menyesal dan kehilangan segalanya. Apa yang dilakukan oleh Beni patut dihargai." Jati memberikan kepalan tangan kepada Beni dan mendukungnya. Mendengar hal tersebut membuat Ryu dan Zein merasakan tamparan yang sangat kuat. Menyadari akan sikap mereka yang terlalu percaya diri bahwa orang yang mereka cintai akan tetap menunggu selama apapun itu dan takkan mampu berpaling kepada yang lain. "Apa yang sudah aku lewatkan?" Tanya Karin mencoba bersikap seolah tak ada Ryu disana. "Emi sudah berpacaran dengan Beni?" Gani dan Gina ikut datang tak jauh dari Karin dan Rendy. Meski tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, namun melihat ekspresi terkejut dari Adora, Gina dan Gani bisa mengetahui apa yang sedang menjadi topik hangat mereka. "Benarkah? Wah.. itu hebat! Aku akan membunuhmu jika kau hanya ingin bermain-main dengan Emi." Karin menaikkan tinjunya kepada Beni dengan kata-kata yang dia arahkan kepada Ryu. "Wow, wow.. jangan khawatir, aku sudah memperkenalkan Emi pada orang tuaku, aku benar-benar serius kepadanya. Jika ini akan menghancurkan karierku sekalipun juga aku tak peduli. Aku masih punya banyak hal yang juga yang bisa aku kerjakan." Ucap Beni langsung mengangkat tangan menyerah. Kata-kata Beni kembali menikam kuat ke jantung Ryu dan Zein. "Lagi pula, jika terjadi sesuatu denganku aku masih punya kalian yang akan membantuku untuk keluar dari masalah." Beni tersenyum dengan licik. Benar apa yang dikatakan oleh Beni, mereka semua memang tidak akan pernah membiarkan teman-temannya dalam masalah terlebih jika apa yang dilakukannya adalah suatu kebenaran. "Sepertinya hanya aku yang menjadi jomblo sekarang. Apa kau mau menjadi pacarku?" Tatap Gani kepada Feby. "Mati saja kau!" Maki Feby dengan sangat keras yang langsung membuat mereka semua tertawa. Hanya Zein dan Ryu yang tak bisa larut dalam suasana tersebut. "Lihatkan? Kalau semua perempuan yang ingin diajak serius seperti ini malah menolak sampai kapanpun juga yang ada aku tak bisa menjalani hubungan serius dengan seseorang." Ucap Gani merajuk dengan ucapan Feby. "Itu karena mulutmu hanya asal berkata, kau tidak menujukkan dengan sikapmu kepada Feby jika kau benar-benar ingin menjalani hubungan dengannya." Terang Gina menahan tawanya. "Perempuan itu tidak hanya butuh kata-kata saja, tapi butuh tindakan pasti. Orang yang berkata manis akan akan kalah pada orang yang berani mengambil tindakan menikahi, dan orang yang hanya menunjukkan tindakan akan kalah pada orang yang mengucapkan Ijab Kabul." Terang Feby memberikan penjelasan kepada Gani. "Benarkah? Tapi tetap saja ada dari mereka yang selalu percaya hanya dengan tindakan dan perkataan saja. Contohnya Adora yang mempercayai apa yang dikatakan oleh Zein dan Karin yang mempercayai perhatian dari Ryu. Bukankah seling percaya itu sudah cukup?" Ucap Gani dengan begitu polosnya. Zein dan Ryu kembali mendapatkan serangan tak terlihat bagaikan seribu panah dan tombak menghujam ke tubuh mereka.  Suara retakkan hati seseorang seolah bisa terdengar oleh semua orang yang dengan cepat membuat Gina menjitak kepala Gani. "Auh.. apa sih, apa aku salah mengatakan sesuatu?" Tanya Gani meringis kesakitan dengan jitakan Gina pada kepalanya. Melihat tatapan tajam Adora dan Karin, Gani akhirnya sadar.