Chapter 462 - Papa Kamu Nakal

Melihat sikap mereka tiba-tiba menjadi canggung, Karin akhirnya tersenyum kecut dan mencoba untuk berbicara dengan tenang.

"Apa yang kamu katakan tidak salah, apa yang kamu katakan itu sangat benar sekali. Itulah kenapa sudah saatnya bagi kami untuk membuka diri kepada orang lain." Lirik Karin dengan tatapan tajam ke arah Ryu.

Ryu bisa melihat maksud dari tatapan Karin, ingin sekali rasanya Ryu membantahnya namun ia terpikir akan rencana mereka yang sudah mereka susun dengan sangat baik.

"Aku juga memang sudah bosan dengan kata-kata yang di ucapkan oleh sesorang selama hampir 8 tahun terakhir ini. Dia mungkin berpikir bahwa aku akan terus menunggunya hingga akhirnya bisa melihat dia bersama dengan orang lain." Adora juga menatap dengan tatapan yang sama tajam kepada Zein.

"Jadi kau benar-benar ingin membuka diri untuk Rendy?" tanya Elvian yang datang bersama dengan Rafli.

"Sepertinya kesempatanmu untuk bisa melaksanakan keinginan kedua orang tuamu untuk menikah akhirnya tercapai juga sekarang yah…" Rafli menyikut lengan Jati dengan nada suara memancing yang benar-benar membuat Zein dan Ryu di ambang batas.

"Aap kalian sedang tidak menyadari sesuatu?" tanya Feby menatap Karin dan Adora meminta sebuah pengakuan dari keduanya.

Memahami apa yang dimaksudkan oleh Feby, Emi dan yang lainnya juga menatap mereka dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.

"Menyadari apa? Apa ada yang aneh?" tanya Adora bingung dengan tatapan mereka semua. Untuk sesaat pikiran mereka segera teralihkan berkat pertanyaan Feby.

Jangankan Elvian dan Rafli yang baru datang, Rendy dan Jati yang sudah berada disana sejak awal tidak memahami maksud dari tatapan Feby kepada mereka semua.

"Apa sebelumnya kita sudah bertemu? Aku sejak tadi sangat penasaran dengan siapa mereka berdua yang sejak awal bersama kalian, tapi aku tidak berani bertanya karena teralihkan oleh hal lain."Feby menatap kearah Adora dan Karin, kemudian beralih kepada Rendy dan yang lainnya.

"Yup benar, aku memang tau kalau kau sudah mengatakan bahwa dia adalah Jati dan yang sebelah Karin adalah Rendy. Tapi aku tidak tahu siapa mereka dan dari mana mereka berasal hingga kalian bisa bersama." Emi juga membenarkan apa yang dikatakan oleh Feby.

"Melihat kalian yang bersikap begitu bersahabat dan akrab membuat kami sedikit bingung, apa yang sedang terjadi antara kalian?" tanya Gina juga mulai semakin penasaran dengan kehadiran Rendy dan Jati di tengah-tengah mereka.

"Selain itu, ada apa dengan aura berat yang sedang terjadi di antara kalian saat ini? Melihat kalian datang dengan pasangan yang berbeda sedikit memberikan rasa curiga yang sangat tinggi." Lanjut Beni juga tak ingin ketinggalan untuk berkomentar.

Mendengar keluhan mereka semua, Elvian akhirnya sadar kalau tentu saja Adora dan yang l

Mendengar apa yang dikatakan oleh Feby, Elvian akhirnya paham kalau saat ulang tahun Alisya, Rendy dan Jati tidak berada disana sehingga mereka belum pernah bertemu satu sama lainnya. Hanya ada Elvian dan Rafli yang berjaga disekitar mereka saat itu, dan mengenai Alisya yang merupakan satuan khusus hanya di ketahui oleh Adith dan yang lainnya serta Karin saja.

Adora dan yang lainnya tentu saja tidak akan mengetahui siapa Jati dan Rendy sebenarnya.

"Um… Rendy dan Jati adalah teman Alisya. Kami semua bertemu berkat Alisya dan merekalah yang selama ini bersama Alisya sebelum akhirnya kembali kepada kita." Adora menceritakannya dengan canggung yang membuat mereka semakin ragu dengan maksud keduanya.

"Soal aku bisa bersama Rendy adalah karena…" Karin mencoba untuk menjelaskan alasan mengapa mereka bisa datang ke pesta tersebut bersama-sama.

Feby dan yang lainnya tidak mengetahui rencana yang sedang mereka jalani sehingga tentu saja mereka akan merasa aneh dengan Adora dan Karin yang bukannya datang bersama Zein maupun Ryu. Zein dan Ryu yang terus terdiam membuat Emi dan yang lainnya semakin menjadi curiga.

Zein yang mengira kalau perhatian mereka terhadap apa yang terjadi sudah teralihkan membuat kepalanya semakin pening. Ryu bahkan tak bisa bertahan lebih lama lagi dengan situasi tersebut, ingin sekali rasanya dia menarik lengan Karin dan membawanya pergi.

"Sudah ku duga kalau kalian semua pasti akan berkumpul di satu tempat, tapi sepertinya ekspresi kalian sedang dalam pembahasan yang sangat serius." Riyan datang bersama dengan Kanya yang menggandengan di lengan Riyan.

"Tante Adola…" seorang anak perempuan yang memakai gaun kecil terlihat berlarian menghampiri Emi dengan begitu semangat.

Perhatian mereka kali ini benar-benar teralihkan dengan kedatangan Riyan dan Kanya bersama anaknya yang baru berusia 2 tahun lebih.

"Wah… Evelyn! Kamu sudah semakin besar sekarang!" teriak Adora dengan semangat saat melihat Evelyn memanggil Namanya dengan begitu ceria. Lidahnya yang cadel saat memanggil nama Adora semakin membuat Adora gemas dan moodnya kembali membaik.

"Kau datang di saat yang tepat!" bisik Zein kepada Riyan penuh rasa akan terimaksih kepada Riyan. Meski tak paham akan apa yang dimaksudkan oleh Zein, Riyan hanya tersenyum penuh bangga.

"Evelyn sangat merindukanmu, kau biasanya datang bersama dengan Zein tapi akhir-akhir ini kalian semakin tak pernah bertemu lagi." Terang Kanya menunduk kepada Adora memberitahukan perasaan Evelyn yang sangat menyukai Adora yang sangat perhatian kepadanya.

"Kami ada sedikit masalah, dia akan segera dijodohkan jadi aku memilih untuk mundur sekarang!" terang Adora denga sinis.

"Kau memang pria yang tak tegas dan tidak pernah bisa jujur pada diri sendiri." Ucap Riyan menghujat Zein dengan tatapannya yang membuat Zein akhirnya tak bisa menyembunyikan kekesalannya lagi.

"Kau bahkan tak pantas mengatakan hal itu kepadaku di saat kau selalu saja bersikap seperti seorang yang tak beristri dimanapun kau berada ketika Kanya tak bersamamu. Kau bahkan menganggap dirimu seorang jomblo." Zein langsung mengeluarkan kartu hitamnya kepada Riyan yang langsung membuat Riyan tertawa dengan kecut kepada Kanya.

"Sayang, malam ini kamu tidur di luar yah. Oke?" ucap Kanya dengan sinis yang langsung membuat Riyan menatap Zein penuh rasa kesal.

"Kenapa ma?" tanya Evelyn dengan polos.

"Papa kamu Nakal. Kamu nggak boleh nakal yah, kalau nggak kamu akan kena hukuman seperti Papa kamu." Ucap Kanya dengan sangat lembut kepada anaknya.

"Nggak, Elyn nggak mau jadi anak nakal." Ucapnya dengan sangat polos. Mereka semua tertawa dengan riuh melihat tingkah polos Evelyn yang menggemaskan serta Riyan yang akhirnya menjadi Harimau yang sangat jinak kepada Kanya.

"Apakah kita harus mati bersama saja?" tatap Riyan kepada Zein yang hanya dibalas oleh senyuman licik Zein.

Suasana mereka akhirnya menjadi lebih cair dibanding dengan sebelumnya berkat Riyan dan Kanya.