Chapter 463 - Kartu Hitam

Dari kejauhan, Adith datang bersama kedua orang tuanya dengan menggandeng ibunya dan berjalan beriringan bersama Ayahnya. Alisya masih belum terlihat bersama dengan mereka, membuat Emi dan yang lainnya terus bertanya-tanya.

"Dia sangat tampan, melihatnya menggandeng ibunya seperti itu membuat ku berhayal kalau itu adalah aku!" seorang wanita sangat terpana dengan kedatangan Adith yang bersama dengan kedua orangtuanya.

"Sayangnya dia sangat dingin terhadap semua perempuan, sampai saat ini aku belum pernah mendengar kalau Adith menggandeng seorang wanita lain selain ibunya." Tambah salah seorang dari mereka lagi.

Semua orang yang berada diluar kantor Adith tentu tidak mengetahui mengenai Adith yang akhir-akhir ini dekat dengan Alisya yang lebih dikenal dengan Ayumi, dan apapun yang terjadi didalam perusahaan takkan pernah mereka berani bocorkan di luar perusahaan.

Oleh karena itu, tidak seorangpun diluar perusahaan yang mengetahui akan Adith yang sudah mulai bisa menyentuh wanita lain.

"Kenapa Adith datang bersama orang tuanya dan tak bersama dengan Alisya?" Feby dengan cepat bertanya sembari memandang ke arah Karin penuh tanya.

"Ummm dia mungkin datang bersama dengan ayahnya. Sebab Akiko bersama dengan Karan saat akan ke pesta ini." Terang Karin cepat memberikan penjelasan sekenanya kepada Feby.

"Lagi pula, kalian kan tau kalau sepengetahuan orang banyak Adith belum menikah karena kejadian dimasa lalu disembunyikan oleh semuanya. Dan hanya sebagian orang yang tahu mengenai pernikahan tersebut." Zein juga ikut memberikan penjelasan kepada mereka.

Karin mungkin tidak berbohong soal Karan yang akan datang bersama dengan Akiko, tapi ia tidak yakin akan Alisya yang datang bersama dengan Ayahnya, sehingga dia hanya menebak saja kemungkinan yang bisa terjadi.

"Apa itu artinya dia tidak akan datang ke pesta ini?" tanya Emi ingin memastikan sekali lagi.

"Dia mungkin akan datang sebagai Ayumi, bukan sebagai Alisya." Tebak Beni dengan cepat.

"Tebakan yang sangat bagus, kita tinggal membuktikannya saja nanti." Gani berlagak seperti seorang yang penuh wibawa.

"Apa yang dikatan oleh Beni mungkin benar, sebab Alisya yang kita ketahui berbeda dengan yang orang ketahui." Ucap Gina membenarkan apa yang dikatakan oleh temannya tersebut.

Beberapa saat kemudian, Karan benar-benar datang bersama dengan Akiko. Tampilan mereka berdua begitu terlihat indah bagaikan pangeran dan putri yang begitu menawan. Semua yang melihatnya juga terpana dengan kehadiran keduanya yang cukup mencuri perhatian, terlebih karena mereka mengetahui bahwa Karan adalah dokter muda yang sangat mereka kagumi.

"Jadi sekarang dia sudah memiliki pasangan?" ucap salah seorang tamu undangan yang memulai suara retakkan hati saat mereka melihat Karan dengan mesra menggandeng Akiko.

"Siapa wanita itu? Sejak kapan Dokter Karan memiliki seorang wanita?" salah satu dari mereka juga bertanya dengan sinisnya. Ia seolah tak rela jika Karan sudah memiliki seorang wanita yang tidak mereka ketahui asal usulnya.

"Meski aku tak rela, tapi melihat mereka berdua seperti itu dan wanita di sampingnya juga kelihatan sangat cantik dan berkelas, tak bisa ku pungkiri kalau mereka sangat cocok." Seru yang lain memuji chemistry dari Karan dan Akiko.

"Sepertinya aku pernah lihat wanita itu di suatu tempat, tapi aku tidak ingat dimana." Seseorang segera berusaha mengingat siapa wanita yang sedang bersama dengan Karan saat ini.

"Ahhh! Aku ingat sekarang, dia adalah seorang desainer Jepang ternama. Namanya adalah Uehara Akiko yang sudah banyak memenangkan penghargaan bergensi internasional karena bakatnya tersebut." Seru salah seorang dari mereka yang lansung mengambil handphonenya untuk di tunjukkan kepada yang lain.

"Selain itu, dia adalah seorang putri dari bisnisman kaya di Jepang. Dia adalah putri tunggal yang akan mewarisi perusahaan besar di Jepang. Katanya saat ini sedang berada di Indonesia karena ingin merawat pamannya yang sedang sakit." Jelas yang lainnya lagi setelah menemukan artikel yang lainya.

"Tak ku sangka kalau dia bukanlah orang biasa, aku bahkan tidak pantas untuk merasa cemburu padanya." Terang tamu undangan yang lain dengan suara putus asa.

"Guys… sudah ikhlas. Kita harus ikhlas, Fans yang baik tentu ingin yang terbaik untuk pujaannya selama dia Bahagia." Temannya langsung merangkul temannya untuk mengikhlaskan karan.

"Benar, kita masih memiliki beberapa pujaan pria lain seperti Adtih, Zein dan juga Ryu. Semangatlah, kalian masih memiliki harapan yang tinggi untuk setidaknya sekali saja kita mungkin dapat  berkomunikasi dengan mereka." Seru yang lainnya mencoba untuk memberikan semangat satu sama lain.

Pandangan mereka pada akhirnya beralih kepada Zein dan Ryu yang sedang berkumpul dengan yang lainnya. Ada rasa iri saat melihat Emi dan yang laiinya bisa mendapatkan meja yang sama dengan Zein dan Ryu serta bisa berinteraksi bersama mereka dengan hangat.

Pesta Yogi dan Aurelia menjadi semakin meriah dengan banyaknya kehebohan yang terjadi disana. Ditambah dengan kehadiran Adith dan yang lainnya yang sudah di nantikan oleh mereka semua.

"Kau terlihat sedikit cemburu dengan mereka yang berhasil resepsi." Ucap Riyan menggoda Adith yang sedang menghampiri mereka.

"Apa kau ingin aku mengeluarkan sebuah kartu hitam lagi?" tatap Adith yang langsung membungkam Riyan yang kembali membuat teman-temannya tertawa pelan.

Tak lama setelah itu, Ayah Alisya hadir bersama dengan kedua orang Karan. Disampingnya tidak ada Alisya sama sekali. Melihat Ayah Alisya hanya datang sendiri, Adith sempat merasa kecewa. Akan tetapi dia dengan sopan menghampiri Ayah Alisya dan berjalan bersamanya hingga mengantarkannya kepada kedua orang tuanya.

Mereka yang tidak mengetahu arti dari tindakan Adith tersebut mengira kalau Adith sedang berikap sopan santun untuk bisa mendapatkan perhatian dari tuan Lesham yang merupakan seorang direktur salah satu perusahaan besar di Indonesia.

"Kenapa Alisya tidak bersamanya?" tanya Karin ketika Adith kembali ke kursi mereka.

"Alisya sedikit ada halangan sehingga ia tidak bisa bersama kita saat ini." Adith memperlihatkan eskpresi kecewanya.

"Melihatmu seperti ini sangat terlihat kalau kau sangat merindukannya." Ucap Adora selalu cemburu melihat Adith yang selalu saja memperlihatkan ekpresinya dengan jelas jika itu berhubungan dengan Alisya. Dia tidak pernah menahan diri dan selalu mengungkapkan perasaanya tak peduli dimanapun dia berada namun itu jika hanya dihadpan teman-temannya saja.

"Kenapa kau tidak mencoba untuk menghubunginya saja?" tanya Zein kepada Adith mencoba memberikan jalan keluar.

"Dia tidak mengaktifkan alat komunikasinya." Adith menyebutkan Alat komunikasi dibandingkan Handphone yang berarti bahwa ketika ia menghadap atasannya alat komunikasinya sengaja dimatikan.

Adith duduk di kursinya dan menyantap makanan yang ada dengan tidak berselera, namun beberapa saat kemudian dia tiba-tiba tesenyum begitu lebar dan terlihat begitu sibuk menoleh ke kiri dan ke kanan seolah sedang mencari seseorang.