Chapter 465 - Mawar Jingga

Melihat tak ada lagi tamu yang berdatangan, Yogi segera mengambil mic ingin mengatakan sesuatu. "Terimakasih banyak atas kehadiran bapak, ibu dan rekan-rekan saya yang sudah menyempatkan hadir dalam acara resepsi pernikahan saya yang cukup sederhana ini." Yogi memulai perkataannya dengan terlebih dahulu mengucapkan terima kasih kepada seluruh tamu undangan. Adith dan Alisya segera berjalan menujun ke kursi dimana teman-temannya berada melewati puluhan tatapan mata yang sangat tajam seolah ingin mengoyak-ngoyak Alisya saat itu juga. "Sepertinya kau memiliki banyak Fans Garis keras yang siap untuk memakanku." Bisik Alisya yang langsung membuat Adith tersenyum pelan. "Dan mereka tidak tahu kalau mereka hanyalah mangsa yang bisa kau buru kapanpun kau mau jika mereka melakukan pergerakan yang salah." Balas Adith dengan penuh rasa bangga. Alisya hanya bisa tertawa pelan melihat Adith yang sama sekali tak peduli dengan apa pendapat orang lain terhadapnya. "Kurang adil rasanya jika hanya kami saja yang merasakan kebahagiaan ini, sebab dua orang sahabat kami juga ingin merasakan kebahagiaan yang sama bersama kita semua." Terang Yogi sekali lagi melirik ke arah Zein dan Ryu. Yogi segera memberikan tanda yang langsung membuat lampu di ruangan itu menjadi temaram. Kemudian satu buah Sinar terang tersorot kepada Karin yang membuat Karin jadi semakin bingung dan salah tingkah. "Ada apa ini?" Tanya Karin kebingungan tak memahami apa yang sedang terjadi. "Triinggg .." sebuah petikan gitar dari arah lain segera membuat semua orang menoleh, dan disana ada Ryu yang sudah berdiri memegang mic dengan begitu tampan dan menawan. "Ehem.. Terimakasih banyak kepada sahabat saya Yogi yang telah memberikan saya kesempatan untuk memanfaatkan moment yang bahagia ini untuk…" setelah menatap Yogi dengan penuh rasa terimakasih, Ryu akhirnya menoleh kembali kepada Karin yang tersinari oleh sorot lampu. "Melamar wanita yang paling ku cintai dalam hidupku!" Seru Ryu dengan begitu tegas yang langsung membuat ibu Karin berteriak dalam hati. Semua orang ikut heboh saat mendengar hal tersebut bahkan Karin membelalakkan matanya tak percaya dengan apa yang sedang ia dengar. "Pa, anak kita pa…" ibu Karin menatap dengan penuh haru kepada suaminya. Suaminya hanya mengangguk-angguk pelan sembari memukul lembut punggung tangan istrinya untuk membuatnya tenang. "Aku memang tak sempurna, dan bahkan mungkin tak pantas untuk menjadi seseorang yang mendampingimu hingga akhir hayatmu. Aku terlalu takut dan bahkan sangat pengecut setiap kali melihatmu." Setiap kali dia berkata, secara perlahan dia melangkah menghampiri Karin. "Harus ku sadari, aku memiliki banyak sekali kekurangan dan karena hal inilah aku juga tidak bisa memberanikan diri untuk mengatakan semuanya dengan jujur kepadamu." Kata-kata Ryu membuat Karin semakin bersalah karena sudah menekannya dengan sangat jahat. "Bagiku kau adalah segalanya. Kau bahkan terlalu berharga untuk aku miliki, tapi aku tetap tidak sanggup melihatmu bersama dengan pria lain meski aku tahu kalau saat ini kau sedang mengujiku." Lanjut Ryu lagi kembali melangkah beberapa langkah. Rendy tersenyum saat mendengar kalau Ryu mengetahui apa yang sudah mereka rencanakan. Insting dan analisa Ryu yang cukup tinggi tentu saja dapat membuatnya mengetahui semua itu. "Aku salut padanya, meski dia sudah mengetahui apa yang kita rencanakan tapi dia tetap tidak bisa menyembunyikan perasaan cemburunya setiap kali melihat Karin bersamaku." Gumam Rendy dengan senyuman kagum kepada Ryu. Elvian dan yang lainnya juga hanya bisa tertawa pelan. Meski mungkin bisa dibilang gagal karena ternyata mereka mengetahui rencana mereka, itu juga bisa dibilang berhasil karena pada akhirnya mereka mendapatkan keberanian untuk jujur seperti saat ini. Karin menunduk malu akan apa yang sudah ia lakukan kepada Ryu. "Untuk itu, pada hari ini di hadapan semua orang aku ingin memberanikan diri." Ryu sudah sampai tidak jauh dia berdiri dari hadapan Karin. Dengan setengah berlutut, dia menaikkan tangannya seolah meminta sesuatu. "Semoga berhasil." Adith memberinya satu buket bunga mawar berwarna Jingga yang sangat cantik. Mawar jingga memiliki arti pernyataan cinta sekaligus lamaran. Hati Karin menjadi semakin tersenyuh saat melihat Ryu memegang bunga mawar tersebut. Jantungnya tak bisa berdetak dengan tenang dan semakin membuatnya gusar tak menentu. "Karin…" Ryu mulai mengangkat bunga itu di hadapan Karin yang sudah mulai terlihat berkaca-kaca. "Ta.... Tante, Om, maukan kalian mempercayakan anak tante kepada saya?" Ryu yang tegang malah berbalik bertanya kepada kedua orang tua Karin dengan suara keras karena tak sanggup melihat mata Karin yang sangat indah. "Bukkk!!!" Sebuah pukulan keras mengenai pipinya yang membuat semua orang tertawa dengan keras. Ekspresi wajah Karin yang sangat kesal karena mengira bunga itu untuk dirinya membuat semua orang tertawa. Karin masih mengepalkan tinjunya dengan nafas yang terengah-engah menatap tajam ke arah Ryu. Setelah mengambil bunga yang diberikan oleh Ryu, ibu Karin memandang Ryu dengan penuh kasih sayang. "Apa kau benar-benar ingin menikahi Karin? Anak tante itu sangat Bar-bar, lihat saja sekarang apa yang sedang terjadi padamu!" Tanya ibu Karin kepada Ryu yang pipinya tampak lembam dan kebas. "Ibu? Kok ibu gitu sih sama anak sendiri?" Karin yang protes kembali membuat mereka tertawa dengan terbahak-bahak. "Kau hanya akan jadi samsak gratisnya jika kamu bersama dia. Selama ini tidak ada satupun laki-laki yang mau karena sifatnya itu." Tambah Ayahnya memperingatkan Ryu. "Ayah juga ngapain ikutan? Kalian ini orang tuaku atau bukan sih?" Karin semakin kesal dengan tingkah orang tuanya.  "Apa kau yakin?" Tanya ibu Karin lagi memastikan keputusan Ryu. "Kau tidak sedang mengigau kan? Aku sudah lama mengetahui kalau kau menyukainya, dan aku pikir kau adalah orang yang cukup bodoh menyukai anak manja seperti dia." Tegas Ayahnya lagi seolah sedang meminta Ryu untuk memikirkan kembali keputusannya. "Tring ting ting ting!" Karin KO mendengar komentar kejam dari kedua orang tuanya sendiri. Dia akhirnya menunduk pasrah dan berjalan membelakang. Ryu menoleh kepada Karin yang sudah menunjukkan punggungnya yang putus asa. Mendengar semua komentar kedua orang tua Karin, Ryu merasakan rasa syukur yang tak terhingga karena keduanya menujukkan reaksi yang tak diduga oleh Ryu. "Meski begitu, semua itulah yang membuat aku jatuh cinta padanya." Ryu berdiri dan berjalan meraih tangan Karin dengan cepat. "Maukah kau menikah denganku? Menjadi orang yang selalu berada disisi ku selamanya hingga akhir hayatku?" Sebuah kotak cicin telah terbuka dihadapannya. Karin langsung menangis dan jatuh kedalam pelukan Ryu, dia menanggangguk pelan dalam pelukannya. Yang langsung membuat Ryu memeluknya dengan erat dan mengangkat Karin lalu berputar dengan satu putaran penuh.