Chapter 467 - Syarat Untuk Meyakinkan Ibu

Melihat Zein terlihat begitu memperhatikan setiap langkah dari Adora membuat ibunya yakin kalau saat ini Zein benar-benar sedang dalam keadaan sangat serius terhadap apa yang dia lakukan. Belum pernah ibu Zein melihat anaknya begitu berkeinginan teguh terhadap seorang perempuan.

"Ibu, Ayah.. kalian pasti sudah pernah bertemu dengannya beberapa kali sebelumnya. Dan… Inilah wanita yang aku maksudkan." Zein memegang bagian belakang pinggang Adora sebagai bentuk dorongan untuk menunjukkan Adora kepada mereka berdua.

"Halo Tante, Om.. Namaku Adora Camelia. Aku teman sekelas Alisya dan yang lainnya." Ucap Adora dengan suara yang terdengar sedikit bergetar.

Cukup terlihat kalau ekpresi kedua orang tuanya sedikit ada rasa ragu setelah melihat siapa yang sedang di tunjukkan oleh Zein. Adora yang bukanlah dari kalangan atas segera membuat mereka ragu dan tak tahu harus bereaksi apa terhadapnya.

"Karena kau sudah melakukan ini, kau tau dampak dan resiko yang bisa kau dapatkan bukan?" tanya Ayah Zein ingin memastikan keyakinan Zein terhadap apa yang sedang dilakukannya sekarang.

"Aku sudah memikirkan semua ini, dan aku sudah siap untuk bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan. Aku tau apa yang akan menjadi dampak dari resiko dari apa yang aku lakukan, untuk itulah aku ingin meminta kalian untuk percaya padaku." Terang Zein melepas tangan Zein dan kembali tertunduk dihadapan ibunya.

"Aku tau kalau ibu inginkan yang terbaik untukku, tapi aku harap kalian berdua percaya padaku dan terhadap keputusan yang aku ambil. Dia mungkin bukan dari kalangan atas seperti yang ibu inginkan, tapi aku hanya ingin mecarikan menantu yang terbaik buat kalian. Bagiku Adora melebihi segala harapan dan keinginanku." Jelas Zein lagi sembari tersenyum dengan tatapan tegas dan penuh keyakinan.

"Kalau gitu ibu bertanya sekali lagi padamu, apa kau yakin dengan apa yang sedang kamu lakukan sekarang? Ibu belum akan menyetujui kalian berdua karena ibu belum mengetahui siapa dia dan seperti apa dia, apa kamu yakin dia yang terbaik untukmu?" tanya ibu Zein kepada Zein sekali lagi dengan tatapan serius.

Ibu Zein bukannya tak menyukai Adora, namun ibunya takut kalau karena cinta Zein tak bisa melihat siapa Adora sebenarnya. Ibu Zein yang seorang perempuan tahu betul dengan pengalaman hidup yang sudah dijalaninya, kalau banyak sekali wanita diluar sana yang hanya bersikap manis di hadapan laki-laki yang menjadi incaran mereka, namun bersikap sangat busuk pada orang lain.

Ibu Zein tak ingin dia salah dalam mendapatkan wanita yang akan dinikahinya, namun jika wanita itu adalah wanita yang memiliki kepribadian yang baik, maka ibu Zein akan mendukung keputusan anaknya terlepas dari siapa dia dan status social yang dimilikinya.

"AKu akan sering membawanya kerumah ibu, agar ibu bisa menilainya secara langsung. Aku yakin kalian akan cocok, selain itu sikap kalian juga tidak jauh berbeda. Aku yakin ibu takkan percaya jika aku sendiri yang mengatakan bagaimana Adora dan seperti apa dia, untuk itu biarlah ibu yang mengenalnya secara langsung." Zein mengambil tangan Adora dan membuatnya duduk di pahanya agar ia bisa sejajar dengan ibunya.

Adora cukup malu dengan posisi mereka saat itu, masih ada kursi kosong di sampingnya tapi ia lebih memilih membuat Adora duduk di pahanya dengan ia bersikap setengah berlutut dihadapan orang tuanya. Sangat terlihat kalau Adith sangat menghargai Adora karena ia tidak benar-benar menepatkan tubuhnya dekat dengan Adora dan tak melakukan sentuhan-sentuhan yang berlebihan.

"Apa yang sedang kau lakukan? Aku bisa duduk di kursi itu." Adora segera berdiri karena merasa kurang sopan melakukan hal seperti itu di hadapan kedua orang tua Zein dan di hadapan banyak orang.

Zein tak peduli dan kembali menarik Adora dengan lembut. "Tidak apa-apa, aku lebih suka kau duduk disini karena aku tak ingin kau duduk berlutu di hadapan keduanya." Zein mengucapkan dengan tulus sebab tak ingin membuat harga diri Adora jatuh.

"Adora, sebelum kita mengenal lebih jauh dan Zein benar-benar membawamu ke rumah, ibu ingin bertanya satu hal sebagai syarat untuk dapat meyakinkan ibu. Jika kau bisa menjawabnya dengan benar, maka ibu akan mengizinkanmu bersama dengan Zein." Ucap Ibu Zein langsung mengambil keputusan.

"Kayak lagi ujian CPNS saja pake tes Esay!" gumam Zyzy dengan sangat jelas yang membuat Ayahnya tertawa pelan.

Semua orang tak bisa berkata apa-apa dan hanya menatap ibu dan anak yang terlihat sangat serius tersebut. Mereka larut dalam ketagangan terhadap semua yang terjadi dan benar-benar menikmati apa yang sedang terjadi.

Meski tak tahu apa yang sedang di maksudkan oleh ibu Zein, namun dia tetap mengangguk pelan menyanggupi apa yang di inginkan oleh ibu Zein. Zein terus memandang Adora dengan lembut dan tersenyum simpul karena bisa mendengar detak jantungnya dengan sangat jelas.

"Apa yang kau membuatmu cinta kepada Zein dan memberanikan diri untuk melagkah bersamanya? Dan…. Apa juga yang kadang bisa membuatmu jengkel terhadap sikap Zein kepadamu. Kau harus mengatakannya dengan jujur dan tak melewatkan sesuatu. Semuanya tergantung dari jawabanmu." Ibu Zein bertanya dengan sangat tegas.

Pertanyaan ibu Zein segera membuat semua orang bergumam pelan, mereka mulai rebut karena tak menduga kalau pertanyaan ibu Zein sangat mudah. Mereka semua terseyum sinis mendengar pertanyaan tersebut. Mereka tak tahu kalau pertanyaan ibu Zein adalah sebuah jebakan mematikan yang bisa mengakhiri hubungan keduanya saat itu juga.

"Pikirkan baik-baik, perntanyaannya mungkin terdengar mudah. Akan tetapi jika kau salah dalam menjawabnya maka bahkan Zein sekalipun takkan bisa menyelamatkanmu lagi." Tegas Ayah Zein memberikan peringatan kepada Adora karena tahu maksud dari pertanyaan istrinya.

"Kau sebaiknya berhati-hati dalam menjawabnya, jangan pernah berpikir kalau pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sederhana. Hanya orang-orang yang berhati dangkal yang menjawab dengan asal." Komentar pedas Zyzy segera membuat diam semua orang yang berada disana.

Adora masih terdiam dan tertunduk dalam, awalnya ia juga berpikiran sama kalau pertanyaan ibu Zein cukup sederhana namun berkat peringatan dari ayah Zein, dia akhirnya tidak bertindak gegabah.

"Jika aku bilang mencintainya tanpa alasan, maka itu terdengar munafik, karena alasan terbesarku mencintainya adalah semua yang ada dalam dirinya. Dia menghargaiku seperti dia menghargai ibunya." Jawab Adora singkat dengan tatapan yang sangat tulus tanpa menoleh sedikitpun kepada Zein. Zein tersenyum mendengar jawabab dari Adora.

Tak disangka jawaban Adora diluar bayangan ibu Zein. Dia tidak menyebutkan banyak hal mengenai Zein ataupun menceritakan bagaimana sikap Zein terhadapnya mengingat ia tahu betul kalau anaknya itu suka bersikap dingin kepada setiap wanita.