Chapter 469 - 3 Nenek Sihir

Melihat Alisya yang menuju ke dalam toilet, dengan gaun mereka yang cukup sempit, mereka mempercepat langkahnya untuk menghampiri Alisya. "Jalannya cepet sekali sih, dia benar-benar sudah ingin segera buang air kecil yah?" Seorang dari mereka mendengus kesal melihat Alisya sudah menghilang ke dalam toilet. "Sudahlah, ayo cepat. Aku sangat ingin melihat wajahnya dari dekat sekarang." Tambah yang lainnya dengan setengah berlari sambil mengangkat tinggi roknya. "Puftttt…. Hahahaha, untuk urusan seperti ini memang selalu seru dan menarik." Ucapnya mengikuti temannya. Setelah mereka masuk, salah seorang dari mereka mengambil sebuah papan pemberitahuan bahwa toilet tersebut sedang di bersihkan agar tak ada yang mengganggu mereka. "Jangan lupa kunci pintunya, biar tak ada yang masuk kedalam toilet ini." Ucapnya dengan cepat. Alisya tak terlihat di sana karena dia sedang berada di dalam toilet. Begitu mereka masuk, Alisya bisa merasakan niat jahat mereka yang langsung membuat Alisya tertawa pelan. Mereka terdengar ribut mempermasalahkan untuk salah satu dari mereka naik dan menyiramkan air yang sudah mereka kumpulkan dari dalam kloset. "Sebentar, gaunku susah buat aku naik ke atas nih. Bisa bantuin pegangin nggak." Bisiknya pelan, namun apa yang sedang mereka bicarakan sebenarnya dapat di dengar oleh Alisya dengan sangat baik. Alisya sudah tidak memakai alat peredam yang dulu diberikan oleh Adith lagi karena sekarang ia bisa memilah mana yang ingin ia dengar dan sampai frekuensi mana yang tidak ingin ia dengar. Dengan tidak terburu-buru, setelah menyelesaikan urusannya di salah satu bilik tersebut, Alisya perlahan berdiri dan melihat mulut ember yang perlahan-lahan akan di jatuhkan kepadanya. Hanya dengan sedikit tekanan dari Alisya, perempuan itu akhirnya kehilangan keseimbangan karena ia memakai sepatu heels yang membuatnya terjatuh dan menyiram satu ember penuh air kloset ke wajahnya dan sedikit lagi terciprat ke baju gaun mahal teman-temannya. "Eh… apa kalian baik-baik saja? Apa yang terjadi?" Tanya Alisya bersikap seolah tak mengetahui apa yang sedang terjadi. "Sial.. apa kau sudah gila, kau pikir gaun ini berapa harganya? Ini sangat maha tau!" Makinya kepada temannya yang wajahnya telah basah kuyup. Wanita itu bahkan sampai muntah-muntah karena merasakan air itu sedikit masuk kedalam mulutnya. "Kau sengaja yah melakukan ini pada kami?" Tatap salah seorang di antara mereka kepada Alisya. "Dari mana sih sebenarnya asal dari 3 nenek sihir ini. Kenapa mereka tiba-tiba memiliki niat jahat kepadaku!" Batin Alisya melihat mereka bertiga yang sama sekali tidak dikenalinya. Alisya mendesah mendengar apa yang sedang mereka bicarakan karena sudah bertanya untuk memperlihatkan sikap pedulinya dan mereka malah kembali menyalahkan dirinya, Alisya akhirnya jadi tidak memperdulikan mereka. "Hei, apa kau tidak dengar? Kau sengajakan membuat kami basah karena air itu." Salah seorang dari mereka langsung menghentikan Alisya yang dengan kasar menarik bahunya. Tepat saat itu Alisya melihat kalau mereka benar-benar sudah sengaja mencari masalah dengan bersikap seolah-olah bahwa hal itu terjadi karena kesalahan Alisya. "Oke, jujur saja! Apa yang kalian inginkan sebenarnya? Aura tubuh kalian terlihat hitam dan busuk bahkan dengan kuat memperlihatkan niat jahat kalian." Tanya Alisya mencoba ingin mengetahui apa yang menjadi permasalahan mereka. "Humph.. puhahahaha.. ini bagus, sepertinya kita tak perlu menyembunyikannya lagi. Ini akan menjadi lebih mudah." Ucapnya menekan Alisya ke dekat westafel. "Aku peringatkan kau untuk jangan pernah menunjukkan wajahmu di hadapan Adith lagi. Hari ini aku akan berbaik hati untuk melepaskan mu, tapi ketika aku melihatmu sekali lagi aku akan membunuhmu." Ucapnya dengan begitu sinis. "Kenapa kalian melarangku untuk bertemu dengan Adith, memangnya siapa kalian?" Tanya Alisya masih terus menunjukkan sikapnya sebagai Ayumi yang cupu. "Huhhh srekkk… tidak peduli siapa kami. Aku sudah memperingatkanmu dengan baik-baik." Karena kesal, wanita itu merobek atasan baju alisya dengan sangat kuat. "Hahahaha.. bagus Tia, dengan begitu dia tidak akan masuk lagi kedalam pesta dengan gaun seperti itu. Tapi ini tidak cukup untuk membuatnya takut, bagaimana kalau kita menghancurkan wajahnya saja sekalian?" Tanya seorang temannya mendekat ke arah mereka berdua. "Aku takkan puas jika dia belum mendapatkan ganjaran sudah membuatku basah dengan air itu, sobek saja semua gaunnya biar dia keluar dari tempat ini dengan tubuh telanjang." Ucap wanita yang sudah membersihkan wajahnya dengan jijik. "Hahahhaaha, kalian benar. Dari mana aku harus memulainya yah.." Wanita yang bernama Tia itu tampaknya tak menyadari perubahan ekpresi Alisya saat ini. "Apa yang kalian berdua lakukan? Kenapa kalian hanya diam saja? Bukankah akan lebih bagus jika kalian merekamnya? Jadi jika dia masih tidak mendengarkan apa yang kita katakan lagi, kita bisa mengancamnya dengan rekaman itu." Ucapnya melirik kepada kedua temannya. "Oh Iya, kau benar!" Dengan cepat mereka mengambil handphonenya. "Brakkkkkk!!!" Tia terlempar dengan cukup keras membentur pintu bilik toilet dan terduduk di atas toilet dengan begitu kerasnya. "Aa aaah… padahal aku sudah cukup bersikap untuk bersabar dengan sikap kalian. Apa kalian pikir mereka yang hanya mendiamkan apa yang kalian lakukan itu adalah orang yang lemah." Alisya berkata dengan suara yang sangat dingin membuat kedua teman Tia mulai sedikit takut. "Apa yang kalian lakukan? Brengsek… serang dia! Akh.." perintah Tia yang meski sedang dalam keadaan terjepit, dia masih saja memerintah kedua temannya dengan begitu kasar. Terlihat sedikit ragu-ragu, mereka akhirnya memberanikan diri untuk menyerang Alisya namun kemudian keduanya terlempar dengan sangat keras. Meski merasakan sakit di tubuh mereka berdua, keduanya tetap berusaha bangkit dan menyerang Alisya sehingga dengan menghempas keduanya membentur satu sama lainnya, Alisya melilit keduanya dengan kertas toilet yang ada disitu hingga mereka tak terlihat sama sekali. Keduanya jatuh berguling ke bawah seperti sebuah mumi dan Alisya hanya merobek di bagian hidung mereka sebagai jalan untuk mereka bernafas.  Tepat saat itu, Tia keluar dari toilet dengan posisi tubuh yang setengah menunduk menahan sakit. "Sial, kau akan menyesal karena sudah melakukan ini padaku!" Ancamnya lagi masih tidak mengetahui posisinya. Merasa kalau Tia sudah terbiasa berbuat semena-mena, Alisya langsung mengeluarkan aura intimidasi yang sangat kuat seolah siap untuk membunuh Tia saat itu juga. Alisya langsung mengeluarkan energinya yang langsung membuat kaca dan tempat itu menjadi kacau balau bahkan lampu di dalam toilet itu tampak koslet dan rusak. Merasa ada sesuatu yang tidak beres dan Alisya bukan wanita biasa, dia yang semula penuh akan percaya diri akhirnya langsung terkulai lemas dan sangat ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat dan terkencing saat melihat tatapan tajam Alisya.