Chapter 470 - Memberi Pelajaran Penindas

Melihat perubahan ekspresi di wajah Alisya membuat Tia tahu bahwa dia benar-benar telah salah dalam mencari masalah dengan seseorang. Melihat Alisya yang memakai kaca mata dan tersenyum dengan begitu polos telah membuatnya berpikir bahwa Alisya adalah wanita yang lemah.

"Si.. siapa kau sebenarnya? Kau bukanlah manusia, kau adalah monster. Tidak mungkin seorang ma.. manusia bisa melakukan ini." Ucap Tia dengan suara yang tercekat dan tak bisa mengatur kata-katanya dengan baik.

"Siapapun aku juga bukan urusanmu, sebaiknya apa yang sudah kau lakukan hari ini tidak akan terjadi lagi kedepannya. Dan satu lagi, Adith bukanlah barang yang bisa kalian klaim sesuka hati seolah dia adalah milik kalian dengan begitu mudahnya." Setiap kata yang mengalir dari bibir Alisya terdengar seperti sebuah ancaman yang menakutkan.

Tia tidak berani berkata-kata lagi karena lidahnya kelu dan ketakutan. Wajahnya menjadi pucat pasih dan menyesali apa yang sudah ia lakukan pada hari ini. Jika saja ia masih bisa menahan diri, dia mungkin tidak akan menjadi seperti itu.

Alisya segera keluar dari toilet tersebut dengan tatapan datar. Ia masih sedikit kesal sikap Tia dan yang lainnya yang berprilaku dengan sangat tidak baik. Alisya berpikir bahwa mungkin saja ketiga orang tersebut sudah melakukan hanl yang sam akepada banyak orang sehingga Alisya benar-benar memberikan mereka pelajaran yang sangat berharga kali ini.

"Nona!" Ryu segera mendekati Alisya dan melilitkannya dengan jas miliknya.

"Sepertinya kau semakin peka saja sekarang! Tidak ku sangka kau bisa merasakan energi samar tadi, padahal aku pikir sudah menekannya dengan cukup baik." ucap Alisya memakai Jas milik Ryu.

Ryu yang merasakan energi amarah yang keluar dari Alisya segera menuju ke tempat dimana Alisya berada dan menunggunya di luar sana. Dia bisa merasakan bahwa amarah Alisya yang meledak saat ini cukup terkendali karena masih samar dan takkan dengan mudah dirasakan oleh orang lain.

"Sepertinya kau akan menghadapi banyak orang seperti mereka. Aku cukup banyak mendengar komentar tajam mereka mengenaimu" Terang Zein yang juga samar-samar merasakan amarah Alisya.

"Aku pikir ada apa, tidak seperti biasanya kau jadi sedikit gampang marah seperti itu. Ternyata mereka memang sudah salah dalam mencari masalah." Karin sempat melihat Ryu yang menutupi tubuh Alisya yang sobek sebelumnya.

"Aku tidak perduli jika hal ini hanya terjadi padaku, tapi mengingat cara mereka yang terlihat sudah terbiasa melakukannya kepada orang lain membuatku sangat marah. Bisa kau pikirkan bagaimana perasaan orang-orang yang sudah mereka bully." Geram Alisya mengingat sikap mereka yang terbilang cukup pro dalam menindas orang lain.

"Apa kau ingin aku berbuat sesutau kepada mereka? Setidaknya dengan ini mereka bisa belajar bagaimana sakitnya jika mereka menjadi orang yang juga di bully oleh orang lain." Terang Ryu mencoba memberikan saran kepada Alisya.

"Sanksi sosial sepertinya akan sangat baik untuk mereka. Cari tahu siapa dan dimana mereka bekerja dan buat mereka agar bisa benar-benar jera dengan hal ini." Tatap Alisya dengan tajam.

Mereka yang sama sekali tak merasa bersalah ketika sudah melakukan penindasan kepada orang lain membuat Alisya semakin marah dan kesal dan merasa perlu memberikan mereka pelajaran setimpal yang dapat membuat mereka benar-benar sadar.

"Seseorang memang takkan pernah merasakan sakit ketika mereka juga tidak diberikan luka yang sama. Orang-orang yang terbiasa membully biasanya semakin kuat untuk menindas orang lain ketika mereka mendapatkan dukungan dari orang lain." Karin terlihat tersenyum dengan begitu menakutkan.

"Benar, perbuatan mereka yang di anggap seolah hal biasa membuat mereka semakin terbiasa dalam melakukan penindasan." Jelas Zein lagi memikirkan tindakan mereka.

"Mendapatkan kesenangan dan kepuasan menindas orang lain adalah satu hal yang sangat salah. Banyak orang diluar sana yang bahkan tak berani lagi untuk menghirup udara luar dan bunuh diri karena rasa traumanya atas penindasan yang mereka dapatkan." Alisya mengenggam jas Ryu dengan begitu erat untuk menekan amarahnya.

"Dan anehnya, orang-orang yang melakukan ini semakin banyak bermunculan dimana-mana. Seolah seperti sebuah tren yang mereka anggap keren. Hal ini juga membuatku sangat membenci orang-orang seperti mereka." Tatap Karin kepada mereka semua dengan rasa kesal yang sama besarnya dengan Alisya.

"Orang-orang seperti mereka memang perlu diberi sedikit pelajaran yang tegas!" terang Zein tampak sedang memikirkan hukuman apa yang patut ia berikan kepada mereka.

"Serahkan padaku, aku punya rencana yang sangat bagus untuk mereka" Jelas Elvian yang sebelumnya melihat ketiganya mengikuti Alisya.

"Melihat kalian bertiga menuju ke satu tempat yang sama membuat kami berpikir kalau sepertinya ada sesuatu yang menarik sedang terjadi, tidak Taunya betul saja. Ada satu pisang molen sudah terbungkus dengan rapi." Seru Rafli setengah tertawa melihat lilitan besar yang sedang tergeletak di lantai dengan satu orang lagi yang terlihat basah dengan cairan kuning.

"Kapten, apa kau tidak terlalu kejam sampai membuat satu orang wanita cantik seperti dia mengeluarkan cairan kuningnya?" protes Jati kepada Alisya yang terlihat masih memasang wajah acuh tak acuh.

"Apa yang harus kita lakukan dengan ini?" Rendy menunjukkan beberapa gambar Alisya yang sudah menyebar dengan begitu cepat dimedia sosial.

"Hapus semua berita mengenai hal itu dan blokir setiap akun yang menyebarkannya. Selanjutnya kalian pasti sudah tahu apa yang harus dilakukan." Seru Alisya memberi perintah kepada mereka semua.

"Apa yang kalian lakukan disini? Kenapa kalian semua malah berkumpul disini?" tanya Adora saat melihat semua teman-temannya sudah bergerak menuju ke satu rah yang sama.

"Sedang melakukan percobaan!" seru Alisya membawa Adora kembali masuk ke dalam dan melambai kepada mereka semua untuk menyelesaikannya.

"Oke, aku serahkan pada kalian. Jangan terlalu jahat, biarkan mereka sedikit bernafas dulu." Ucap Karin berlalu pergi berjalan tepat di belakang Alisya dan Adora.

"Azura, bisakah kau retas CCTV gedung ini? Aku butuh beberapa rekaman dari apa yang baru saja mereka lakukan sebelumnya." Tanya Elvian kepada Azura yang sistemnya sudah Adith tanamkan di tablet milik Elvian.

Adith sengaja menanamkan system Azura pada tablet Elvian untuk memudahkan mereka ketika melakukan misi dengan begitu juga Adith bisa mengetahui apa yang terjadi pada Alisya. Kehilangan Alisya sekali sudah cukup membuat Adith menjadi sangat protektif kepada Alisya.

Dengan bantuan Zein dan yang lainnya, mereka hanya butuh waktu 5 menit untuk menyelesaikan apa yang sudah mereka lakukan. Seorang cleaning service yang datang berteriak dengan sangat keras begitu melihat ada suara teriakan dari dua orang yang terlilit oleh tisu toilet serta seorang lagi yang tampak jatuh pingsan tak jauh dari sana.