Chapter 471 - Jangan Lupakan Kami

Pesta Yogi yang telah berakhir segera membuat para tamu undangan meninggalkan tempat tersebut satu persatu. Begitu pula dengan Alisya dan teman-temannya yang lain.

Beberapa berita yang memuat mengenai Alisya telah terhapus secara permanen dan bahkan gambar wajah Alisya pun tak mereka temukan dimanapun lagi. Akan tetapi kejadian mengenai Adora dan Zein yang merupakan seorang gubernur segera menutupi artikel yang lainnya dan menjadi trending topi utama di media sosial.

"Aku sangat terharu melihat mereka berdua. Terlihat betul bagaimana gubernur kita berusaha meyakinkan kedua orang tuanya untuk memberikan restu kepada wanita yang di cintainya." Salah seorang dari mereka memberikan komentar positif.

"Akhirnya kita bisa melihat gubernur kita bersanding juga di pelaminan." Tambah yang lainnya lagi.

"Aku sangat suka dengan jawaban wanita itu, jawaban sederhana yang diucapkannya sangat luar biasa. Tidak semua orang akan berpikir memberikan jawaba se sederhana itu." Terang yang lainnya pada postingan lain yang memperlihatkan video Adora yang sedang menjawab pertanyaan ibu Zein.

"Semoga mereka diberikan kelancaran dan orang tua gubernur dapat memberikan restu kepada keduanya." Tambah yang lainnya lagi yang mendoakan hubungan Zein dan Adora.

Postingan yang membuat tentang Adora dan Zein dibanjiri dengan banyak beberapa komentar positif meski adan beberapa dari mereka yang mencela Adora yang duduk di paha Zein, namun dibalik semua itu komentar itu secara perlahan tenggelam dan banyak yang mendukung penuh keputusan Zein.

"Ada apa dengan bajumu?" tanya Ayah Alisya melihat Alisya sudah memakai Jas milik Ryu.

"Oh… aku tidak sengaja terkait oleh paku yang berada di toilet sehingga bajuku sedikit sobek karenanya. Ryu memberikan Jasnya untuk menutupi sobekan tersebut." Seru Alisya merasa tak perlu mengatakan hal sepele itu kepada Ayahnya.

Ayahnya hanya mengangguk paham meski sebenarnya apa yang dikatakan oleh Alisya tidak akan sesederhana itu, namun melihat Alisya yang tak ingin membuatnya khawatir akhirnya tak ingin bertanya lebi lanjut.

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di rumahnya. Alisya dengan setia menggandeng Ayahnya masuk kedalam rumah. Disana terlihat ibu Yul yang baru saja selesai menyiapkan makan malam untuk ayah Alisya mengingat Ayah Alisya tidak memakan makanan pesta yang dipenuhi dengan banyak makan yang kurang sehat untuknya.

"Kalian sudah pulang, tuan sudah saatnya anda minum obat." Ucap Ibu Yul mengingatkan Ayah Alisya untuk meminum obatnya.

"Terima kasih banyak ibu Yul, Alisya akan mengambilkan obat bapak sekarang." Alisya segera masuk kedalam kamar Ayahnya dengan cepat setelah ayahnya duduk di kursi makan.

"Makanlah bersama kami dulu sebelum pulang, aku sudah menyiapkan beberapa makanan yang kamu sukai." Seru ibu Yul begitu melihat Alisya kembali dari kamar Ayahnya.

"Benarkah? Tentu saja aku akan ikut makan." Ucap Alisya dengan penuh semangat sudah tak sabar ingin makan.

"Jangan lupakan kami.." Akiko masuk bersama Karan dan Karin.

"Muncul satu orang yang membuat porsiku akan berkurang." Karin segera tersinggung dengan ucapan Alisya yang di arahkan kepadanya.

"Tenang saja, kau boleh memakan semuanya termasuk piringnya. Aku sedang diet." Tegas Karin kesal mencoba membuat alasan.

"hahahaha, kalian tidak perlu khawatir. Aku masak cukup banyak untuk kalian semua kok!" seru ibu Yul mulai terlihat sibuk menyediakan mereka makan.

Ryu dan Karan akhirnya mengambil tempat untuk duduk di sebelah ayah Alisya. Alisya dan yang lainnya dengan begitu semangat membantu ibu Yul untuk menyiapkan makanan di atas meja.

"Melihat mereka bertiga bisa berkumpul seperti ini membuatku sangat senang dan terharu. Andai saja nenek dan kakek Alisya masih hidup, keduanya mungkin akan merasakan apa yang aku rasakan saat ini." Ayah Alisya terlihat sangat terharu melihat merea bertiga berebutan untuk membantu ibu Yul.

"Paman…" Karan segera mengingatkan Ayah Alisya agar tidak larut dalam pikirannya yang dapat menganggu kesehatan jantungnya.

"Maafkan aku, aku telalu terbawa suasana." Ayah Alisya segera tersadar dan segera mengambil nafas dalam dan mengatur emosinya.

"Setelah ini apa yang akan kamu lakukan Karan? Kau tau keluarga Yamada cukup sulit untuk di hadapi terlebih karena Akiko adalah satu-satunya cucu perempuan mereka sehingga tentu saja kau perlu usaha lebih untuk bisa meyakinkan mereka." Ayah Alisya segera mengingatkan Karan tentang keluarga Akiko.

"Iya paman, saya juga sudah memikirkan hal tersebut. Aku dan Akiko juga sudah mendiskusikan hal ini, untuk itu agar aku juga bisa memudahkan Karin dan Ryu, aku akan segera ke Jepang secepatnya." Terang Karan yang sudah memiliki rencana untuk apa yang harus ia lakukan.

"Sepertinya kami berdua bisa menemanimu, aku hanya akan membantumu mengenali mereka satu persatu dan sisanya bisa kau urus sendiri." Alisya mendengar apa yang mereka bahas saat datang meletakkan makanan di atas meja.

"Benar, selain itu akan lebih aman jika kami ikut bersamamu. Bukannya kami tidak percaya kalau kamu tidak bisa melakukannya, akan tetapi mereka sangat berbahaya." Tambah Ryu juga membenarkan apa yang dikatakan oleh Alisya.

"Paman juga setuju, apa yang sedang aku hadapi sekarang adalah satu hal yang sangat sulit. Meski pada akhirnya kau harus melakukan semua sendiri, kau butuh mereka berdua untuk melindungi Akiko saat kau harus berhadapan dengan mereka. Dengan begitu kau tidak perlu takut akan hal apapun yang terjadi, selain itu aku bisa pastikan kalau kau pasti membutuhkan bantuan." Tegas Ayah Alisya memberikan bantuan kepada Karan.

"Iya kak, apa yang dikatakan oleh paman benar. Sewaktu kita ke Jepang, kita memang tidak sempat bertemu dengan mereka. Tapi aku sudah mengetahui banyak hal mengenai mereka dari Kakek Alisya dan juga Alisya." Karin yang membawa beberapa makanan lain dengan cepat membuat Ryu membukakan Kursi untuk Karin duduk.

"Baiklah, sepertinya memang itu yang terbaik harus dilakukan." Ucap Karan tertunduk memikirkan hal yang harus ia lakukan kedepannya.

"Kakak tidak perlu khawatir, meski mereka semua cukup tegas dan sedikit menakutkan. Aku yakin mereka pasti akan mengerti dan menghargai keputusanku." Akiko menghampiri Karan untuk meyakinkannya dan menenangkannya.

"Sudah saatnya makan, semuanya sudah siap. Kalian makanlah dulu, setelah itu baru bisa kalian lanjutkan lagi pembahasannya. Kalau tidak makanannya bisa dingin dan tidak akan sedap lagi untuk di santap." Ibu Yul segera mengingatkan mereka semua.

Dengan begitu semangat, mereka semua akhrinya makan bersama. Ibu Yul yang tadinya ingin memisahkan diri akhirnya ikut makan bersama mereka setelah di paksa dan di Tarik oleh Alisya. Sebelumnya, Alisya juga sudah memisahkan beberapa makanan yang akan diberikan kepada Adith.

Alisya yang kembali ke apartementnya setelah mengatarkan Ayahnya pulang merasakan hawa dingin yang menandakan Adith tak berada disana.