Chapter 474 - Menculik Alisya

Alisya tak bisa berkata apa-apa mendengar apa yang dikatakan oleh Yani. Menurutnya, apa yang dikatakan oleh Yani terlalu riskan dengan sedikit merendahkan dirinya padahal dia adalah wanita yang tak kalah cantik dan memiliki budi pekerti yang baik. Dia yang sangat perhatian, sopan serta santun itulah yang membuat Alisya tertarik untuk terus berada di dekat Yani.

Yani adalah seorang wanit yang pekerja keras dan semangat juang yang tinggi, sehingga Alisya yang saat itu tidak mengenalinya merasa sangat ingin melihat sampai mana Yani bisa terus menapaki kehidupannya tersebut.

Karena keadaan kantor yang sedikit sibuk, mereka akhirnya dengan serius melakukan pekerjaan masing-masing begitu pula dengan Adith. Konrak kerja sama yang sedang mereka jalani ternyata membutuhkan banyak hal dalam persiapan sehingga tanpa sadar mereka bekerja hingga matahari tampak semakin condong ke arah barat.

"Apa masih banyak?" Adith hanya menggerakkan bibirnya tepat saat Alisya tak sengaja mengangkat wajahnya. Alisya langsung terlihat melambai dengan keningnya kepada Adith yang berada di luar kaca.

"Sedikit lagi selesai." Alisya juga melakukan hal yang sama dengan tersenyum simpul. Adith akhirnya menangguk pelan dan berjalan menuju ke parkiran mobilnya menunggu Alisya disana.

"Akhhh… akhirnya selesai juga. Setiap kali kau dari luar, kau selalu berhadapan dengan waktu yang sibuk. Kamu selalu datang di waktu yang tepat, dengan kedatanganmu kami semua jadi merasa sedikit terbantu." Yani merasa sangat lega saat telah menghirup udara segera di luar kantor.

"Apakah kau menyukai pekerjaan ini? Harus aku akui pekerjaan ini memang membuatmu jadi sedikit memiliki waktu untuk bisa bersama dengan ibumu, tapi apakah itu baik-baik saja bagimu?" tanya Alisya terhenti dari jalan mereka dan menatap Yani dengan sangat dalam.

Alisya memang menginginkan Yani dapat berpijak di atas kakinya sendiri karena dari awal Yani tak ingin membuat orang lain terbebani olehnya dan tak ingin menggantungkan diri kepada orang lain. Akan tetapi, jika memang hal ini terlalu buat untuk Yani, Alisya bepikir untuk mencarikan jalan yang mudah baginya agar ia bisa bekerja sembari tetap merawat ibunya.

"Kau benar, aku juga mengakui kalau pekerjaan ini sedikit membuat aku menjadi sedikit lebih jarang berinteraksi dan merawat ibuku, tapi aku sudah membicarakannya dengan ibu dan dia tetap mendukungku sepenuh hatinya. Ibu paham akan situasi ku saat ini sehingga ketika aku bekerja dia juga berusaha sekuat tenaga untuk secepatnya sembuh." Jelas Yani dengan senyuman penuh syukurnya.

"Dan aku sangat menikmati pekerjaan ini karena disinilah aku mendapatkan jiwaku yang sesuai dengan apa yang aku kerjakan. Selain itu, saat aku bisa bersamamu, aku akan merasa selalu nyaman dengan tempatku." Tambahnya lagi sembari menatap Alisya dengan genangan air mata penuh syukur dengan adanya Alisya dalam hidupnya.

Alisya memeluk Yani dengan sangat erat. Karena berkat Yani pula dia bisa bertahan selama beberapa tahun sebelumnya.

"Tak terasa kita juga keluar sudah sampai akan segelap ini." Ucap Vindra saat melihat keluar langit yang terlingat kemerahan akan gelap sebentar lagi. Ia sengaja mengalihkan suasana agar keduanya bisa menjadi lebih cerah.

"Umm.. aku permisi, jemputanku sudah datang." Yayat tampak sudah melambai ke arah Lian yang keluar bersama dengan Alisya dan yang lainnya.

"Ouuhhh.. kalian ternyata udah terang-tengan nih jadinya sekarang?" kerling Alisya dengan sedikit menggoda kepada Lian. Lian yang semula tidak begitu menyukai Yayat akhirnya terlihat sedikit jauh lebih membuka diri kepadanya.

"Sampai jumpa lagi." Ucap Lian sambil tersenyum-senyum malu.

"Ehem, sepertinya kau juga sudah mendapat jemputan." Senggol Yani kepada Alisya menunjuk kea rah Adith yang tak jauh dari hadapan mereka sedang berdiri bersandar di mobilnya sembari menatap Alisya. Adith melipat keduanya tangannya dengan gagah membuat Alisya sedikit terpana karenanya.

"YO! Mister Jenius…" sebuah mobil Van yang cukup besar tiba-tiba berhenti tak jauh dari hadapan Alisya tepat di depan mobil Adith.

Aurelia keluar dari mobil tersebut menatap kearah Adith dengan tatapan licik yang membuat Adith sedikit bingung di buatnya. Adith yang sebelumnya masih bersandar di mobilnya merasakan ada suatu rencana licik yang sedang dilakukan oleh Aurelia.

"Haiii…" Gina keluar dari Van dan melambai kepada Adith yang kebingungan dengan sikap mereka yang seidkit mencurigakan.

"Oke, jangan kaget dengan apa yang akan kami lakukan." Emi juga mulai keluar dari Van menuju ke Alisya dan Yani.

"Kami akan meminjamnya sebentar!" tunjuk Feby dan Akiko kepada Yani dan mengusir Vindra yang berada di sebelah Yani.

"Apa yang sedang kalian rencanakan?" Adith tampak berdiri dengan tegak sekarang. Meski ia tahu kalau mereka takkan menyakiti Alisya, namun tatapan licik mereka jadi membuatnya khawatir.

"Yo, untuk malam ini kami akan menculik permaisurimu terlebih dahulu. Kami sudah lama tidak menikmati kualiti time bersama, jadi maafkan kami." Karin yang keluar dari Van dengan cepat menari Alisya dan Yani kedalam mobil.

Dengan menatap bingung, Alisya tak bisa melawan saat melihat Yani sudah terlebih dahulu masuk kedalam mobil tersebut.

"Ummmm.. apa aku perlu melakukan sesuatu?" tanya Vindra kebingungan menatap Adith. Mendengar apa yang dikatakan oleh Karin membuat Adith melambai untuk menghentikan Vindra melakukan apapun.

"Kita akan bertemu di acara perayaan, nikmati waktu kalian saat kami bersiap." Teriak Aurelia kepada Adith yang beberapa saat kemudian Yogi sudah datang dengan tatapan setengah tertawa kepada Adith di ikuti Rinto yang berada disebelahnya.

"Apa kau bisa jelaskan apa yang sedang terjadi? Pertama mereka meminta untuk mendapatkan Quality time bersama Alisya, namun kemudian berikutnya ia berkata kalau kita akan bertemu di acara perayaan." Tatap Adith kepada Yogi yang seperti mengetahui Sesuatu akan apa yang baru saja terjadi.

"Mereka ingin kita pergi ke perayaan malam. Berkumpul dan bersenang-senang setelah banyak hal yang sudah kita lalui, jadi kenapa kita tidak ikut menikmatinya juga?" terang Yogi menjelaskan situasinya kepada Adith.

"Tingkah mereka semakin aneh saja!" Rinto seolah ikut terseret dengan pasrah.

"Sejak kapan mereka belajar bersikap bar-bar saat usia mereka sudah bukan remaja lagi? Melihat mereka seperti tadi membuatku seperti sedang melihat kenakalan sekelompok remaja yang masih mencari jati diri." Adith hanya bisa menepuk jidatnya menggeleng tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Aurelia dan yang lainnya.

"Maaf tuan, saya permisi mau pamit dulu sekarang!" Vindra yang datang mengahampiri Adith dan yang lainnya ingin berpamitan dengan sopan.

"Kau ikut bersama kami." Tarik Yogi pada kerah Vindra yang membuat Vindra sedikit kebingungan dengan apa yang sedang terjadi.

Pada akhirnya mereka segera pergi ke tempat yang sudah di tunjukkan oleh Aurelia.