Chapter 489 - Tetap Berada di Belakangku

Dengan mengandalkan tempat yang gelap serta sempit di sekitar gang tersebut, jati dapat dengan mudah melancarkan serangannya untuk melumpuhkan mereka satu persatu.

Dia yang mengingat Feby mendapatkan perlakuan yang sangat kasar dari mereka saat ia melihatnya dari jauh, semakin menambah rasa kesal di hati Jati. Jati tak setengah-setengah dalam menghadapi mereka.

Dalam satu kali lesatan cepat, jati dapat dengan mudah melumpuhkan mereka. Beberapa dari mereka ketakutan melihat teman-temannya yang jatuh satu persatu dengan teriakan di dalam kegelapan.

Terlebih lagi, Jati sengaja memperlihatkan bagaimana salah satu dari teman mereka terlihat mengenaskan dengan beberapa bagian tubuh mereka yang terpelintir dengan sangat mengerikan.

"Ternyata kau disini, aku pikir Ada apa sampai kau tiba-tiba menghilang begitu saja." Rendy kembali dengan beberapa orang yang telah melarikan diri dari Jati.

Rendy datang bersama dengan Elvian dan Rafli setelah menyelesaikan hukuman mereka. Mereka dapat mengetahui lokasi Jati dari alat komunikasinya yang dilakukan oleh Elvian.

Mengetahui kalau Jati sedang melakukan sesuatu kepada mereka, membuat Rendy segera menghambat mereka untuk tidak melarikan diri. Akan tetapi beberapa saat kemudian mereka muncul dengan sangat banyak bahkan dengan senjata laras yang menghujani mereka dengan peluru panas.

"Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Kenapa kau sampai harus berhadapan dengan situasi seperti ini terlebih dengan orang-orang yang memiliki kekuasaan tinggi di daerah ini." Elvian bertanya dengan penasaran kepada Jati.

"Kenapa kau berurusan dengan hal yang merepotkan saat kita sedang dalam keadaan liburan seperti ini?" Tanya Rafli sembari terus menghindari hujaman peluru panas tersebut.

"Aku tahu kau bukan orang yang ceroboh, Aku akan mendengarkan penjelasan nanti tapi setelah kita membereskan mereka terlebih dahulu." Rendy tidak bisa mengeluarkan senjata mereka sebab mereka tak ingin peluru mereka menjadi hal yang dapat dilacak oleh organisasi lain dan tentu itu sangat menyusahkan.

"Aku akan menjelaskan semuanya kepada kalian nanti. Dan seperti yang kau katakan, prioritas utama kita adalah mereka dengan secepatnya." Ucap Jati dengan terus mengingat Feby yang berada di balik tembok di belakangnya.

Pada akhirnya mereka sengaja membiarkan hujan peluru panas tersebut selesai dengan sendirinya. Setelah itu mereka berdiam diri dalam gelap dan tak bersuara bagaikan sedang menunggu mangsanya untuk masuk ke dalam perangkap mereka.

Tak merasakan adanya bunyi dari pergerakan sebagai tanda kehidupan membuat mereka semua masuk ke dalam gang sempit tersebut secara perlahan-lahan untuk memastikan mayat mereka.

Dengan menyalakan handphone mereka, satu persatu dari mereka memasuki gang tersebut. Namun setelah beberapa langkah mereka masuk, tiba-tiba saja 1 orang temannya berteriak dan menghilang di dalam kegelapan.

Berikutnya temannya yang lainnya pun juga ikut menghilang dalam kegelapan diikuti dengan sisi-sisi yang lainnya dengan sangat cepat. Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk menyelesaikan dan melumpuhkan semua orang tersebut tanpa menyisakan satupun dari mereka.

Begitu selesai, Jati segera kembali ke tempat dimana Feby berada. Ia sangat khawatir dan takut kalau jangan sampai Feby mendapatkan tembakan dari hujan peluru sebelumnya.

"Feby, kau baik-baik saja?" Jati dengan segera menghampiri Febi yang sudah terduduk di lantai.

"Ada apa dengannya?" Elvian langsung melakukan sedikit penerangan di sekitar mereka.

"Dari mana dia mendapatkan luka-luka tersebut?" Rafli langsung bisa melihat seluruh luka-luka di tubuh Feby begitu cahaya mulai menerangi mereka.

"Ini terlihat seperti dia telah habis mendapatkan tabrakan yang sangat keras." Ucap Rendy melihat bekas luka-luka yang ada di tubuh Feby.

"Sepertinya sekarang dia mengalami demam tinggi, aku harus segera membawanya ke rumah sakit. Rafli, pergilah mengambil mobil secepatnya." Jati segera menggendong tubuh Feby yang mulai terlihat demam tinggi setelah memberikan perintah kepada Rafli.

"Elvian, tolong lacak dimana keberadaan Rinto saat ini. Aku yakin dia sangat membutuhkan bantuan kalian sekarang. Dia sedang bersama dengan Yani." Ucap Jati sebelum pergi dan melirik kearah Rendy untuk meminta bantuannya.

"Pergilah biar kami akan menyelesaikan secepat mungkin." Tugas Rendy langsung menghilang bersama dengan Elvian ketika dia sudah mendapatkan lokasi di mana Rinto dan Yani berada.

Mereka segera berpenca. Dengan melewati bagian belakang jalan, Rafli sudah datang tepat waktu ketika Jati telah keluar dari gang sempit tersebut. Dengan satu kali pijakan gas, Rafly berhasil membelah jalan-jalan melewati setiap mobil-mobil yang berada di hadapannya.

Nyawa Feby bisa saja dalam keadaan terancam jika mereka terlambat mengantar Feby ke rumah sakit.

"Sreeekkkk… Akhhh!" Yani terjatuh karena telah menginjak gamisnya sendiri hingga sobek. Mereka sudah tidak dapat melarikan diri lebih jauh lagi melihat kondisi Yani yang sudah terlihat sangat kelelahan.

"Tetap berada di belakangku." Tegas Rinto agar ia bisa tetap melindungi Yani.

Satu persatu dari mereka yang mengejar Yani dan Rinto segera mengelilingi dan mengepung mereka. Jumlah mereka yang sangat banyak dengan Yani yang berada di belakangnya membuat Rinto sedikit merasa kesulitan untuk menghadapi mereka.

Orang-orang itu langsung melakukan penyerangan dengan sangat cepat kepada Rinto menggunakan senjata pisau yang cukup tajam. Rinto berusaha sebisa mungkin agar Yani tidak mendapatkan serangan dari mereka.

Dengan terus melumpuhkan mereka satu persatu, Rinto tampak mulai dapat mengendalikan keadaan. Melihat jarak yang sedikit jauh dari Rinto dan Yani, seseorang melihat peluang untuk menyerang Yani.

"Lepaskan!!!" Yani berusaha untuk melepaskan diri dari pria tersebut, dengan melawan semampunya.

Melihat hal tersebut, Rinto segera dikembalikan secepat mungkin untuk mengajar orang yang telah menarik Yani dengan sangat kasar. Dia berhasil memukul pria tersebut, namun pria itu tanpa sengaja melukai bahwa dengan pisaunya.

"Ummpph…" Yani berusaha menahan rasa sakit yang ada di bahunya. Goresan yang ada di bahunya terlihat cukup dalam dan besar.

Melihat Yani terluka seperti itu, Rinto segera membuat Yani sedikit menjauh dari pertempurannya. Dia kemudian mendudukkan Yani tidak jauh dari sisinya ke dekat pagar.

"Duduklah di sini dan jangan melangkah dari sini apapun yang terjadi. Tekan bahumu dengan sangat kuat agar darahnya tidak terus mengalir dengan deras." Perintah Rinto kepada Yani dengan mengumpulkan sebagian gamisnya yang agak panjang untuk menutupi lukanya.

Yani menatap kepada Rinto dengan sangat khawatir namun kemudian mengangguk dengan pelan. "Hati-hati…"

Rinto hanya tersenyum dan mengusap kepala Yani dengan lembut kemudian dia membelakanginya lalu menuju kepada para preman tersebut.

Rinto yang sangat marah langsung mengeluarkan senjata yang telah diberikan oleh ayah Karin sebelumnya. senjata tersebut adalah senjata yang dibuat oleh ayah Karin khusus menggunakan darahnya yang memiliki energi nano di dalamnya sehingga dia bisa membuat senjata tersebut melayang dan menancap dengan sangat kuat sesuka hatinya.

Begitu Rendy dan Elvian sampai, Rinto telah selesai menghabisi mereka semua tanpa tersisa.