Chapter 490 - Impaks dan Komunitif

"Ada apa?" Tanya Adith saat melihat Alisya yang baru berganti pakaian tiba-tiba terburu-buru keluar dari kamarnya. "Sesuatu sedang terjadi pada yang lain. Sekarang mereka sudah berada di rumah sakit milik Karan." Terang Alisya yang langsung di jawab anggukan pelan lalu mengambil jacket dan kunci mobilnya. Mereka segera keluar dari apartemen menuju ke rumah sakit dan sudah menemukan teman-temannya yang lain disana. Mereka semua sudah berkumpul di satu ruang dimana Feby masih terbaring lemah dan tak sadarkan diri. "Bagaimana kondisinya? Dimana Yani sekarang?" Tanya Alisya begitu sampai disana dengan raut wajah yang sangat khawatir. "Tidak perlu khawatir, kondisi Feby sudah jauh membaik sekarang. Berkat seseorang yang mengantarnya kemari dengan tepat waktu dan begitu heboh." Tatap Karan kepada Jati yang sedang berdiri di sudut ruangan. "Yani sedang dalam penanganan Karin sekarang, luka-lukanya tidak separah Feby dan dia baik-baik saja. Hanya sedikit luka sayatan saja pada bagian bahunya." Jelas Emi yang duduk di dekat ranjang memegang tangan Feby dengan erat. "Syukurlah kalau begitu, aku harap tidak terjadi sesuatu yang berbahaya dengan mereka." Terang Alisya menarik nafas legah. "Sejauh apa luka yang di derita oleh Feby?" Tanya Adith ingin memastikan kondisi Feby. "Dia mengalami impaks, yaitu retak tulang dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang yang lain akibat tabrakan yang di alaminya ditambah dengan komunitif, yaitu retak tulang dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen karena terjatuh dengan sangat keras." Jelas Karan sembari memberikan hasil rontgen kepada Adith. "Melihat kondisi ini, sepertinya kita perlu sedikit bersyukur karena tidak terjadi hal yang cukup parah berbahaya baginya. Entah ini karena suatu keberuntungan atau memang dia memiliki tulang yang cukup kuat." Tegas Adith melempar padangannya kembali ke Feby setelah melihat hasil rontgen milik Feby. "Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Bagaimana bisa dia mengalami semua ini?" Alisya menggenggam erat tepi ranjang begitu melihat kondisi Feby yang terbaring tak sadarkan diri. "Itu karena dia berusaha menyelamatkan aku." Ucap Yani datang bersama dengan Karin dan Rinto. Alisya memicingkan matanya saat melihat Yani yang datang dengan bahu yang terbalut dan baju yang tampak sobek di beberapa bagian. Tampak jelas bagian bawah bajunya kotor karena darah. Melihat itu Alisya berusaha menekan amarahnya. "Apa yang kamu maksud dia menyelamatkan mu dari Ayahmu?" Tatap Alisya mencoba untuk melunakkan amarahnya. Tebakan Alisya tepat pada tempatnya. Alisya memang sudah lama mengetahui mengenai apa yang dilakukan oleh ayahnya setelah mendengar cerita dari ibu Yani. "Ya… Jika bukan karena Feby, aku mungkin sudah akan di jual oleh ayahku. Meski sebenarnya aku memang sudah di jualnya." Yani merasa miris menceritakan kepedihan tersebut kepada mereka semua. Suara Yani yang sebelumnya berusaha menekan rasa takut dan sedihnya mulai terdengar runtuh saat menceritakan hal tersebut kepada Alisya. Alisya dengan segera memeluk Yani dengan sangat erat karena penuh syukur akan keadaan Yani yang baik-baik saja. Baginya keadaannya seperti itu sudah cukup. "Maafkan aku! Jika bukan karena aku Feby mungkin tidak akan mengalami semua itu." Yani menangis dalam pelukan Alisya menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian tersebut. "Kau akan membuat Feby sakit hati jika dia mendengarmu mengatakan itu." Alisya melepaskan pelukannya dan menasehati Yani. "Feby melakukan semua itu karena dia tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk kepadamu. Apa kamu akan berlalu begitu saja saat melihat orang yang kau sayangi mendapatkan masalah?" Aurelia menatapnya dengan penuh perhatian karena merasa kalah Yani telah salah jika menyalahkan dirinya sendiri. "Kau tentu akan melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Feby jika kau melihatnya sedang dalam masalah bukan?" Tanya Adora kepada Yani dengan mengusqp punggungnya dengan lembut. "Sepertinya dia adalah orang pertama yang akan melarikan diri karena bersikap pengecut." Pancing Karin kepada Yani dengan tersenyum nakal kepada Adora dan Aurelia. "Tentu saja tidak, meski aku mungkin hanya menjadi bebannya jika ikut campur, tapi aku tetap tak ingin membiarkan hal yang buruk terjadi pada orang yang ku sayangi di hadapanku." Yani membantah Karin dengan cepat dan berusaha menjelaskannya dengan setengah terbata-bata. "Haahhahaha.. kau gampang sekali terpancing oleh Karin. Kami semua tahu itu, aku yakin jika kau tidak melindungi Feby dia mungkin sudah mendapatkan masalah yang lebih besar lagi." Terang Gina tertawa pelan melihat sikap gagap dari Yani. Beberapa saat kemudian, Feby terlihat mulai sadarkan diri dan membuka matanya dengan begitu susah payah. Kepalanya sedikit pening dan pandangannya masih sedikit kabur. "Feby? Kau baik-baik saja? Bagaimana perasaanmu?" Tanya Emi dengan sangat khawatir ketika menyadari Feby mulai sadarkan diri. "Tolong ambilkan aku cermin." Itulah hal yang pertama kali dikatakan oleh Feby ketika sadarkan diri. Semua orang yang berada di dalam ruangan itu tiba-tiba membeku dan tak tahu apa maksud yang dikatakan oleh Feby. Mata mereka berkedip-kedip secara kompak masih memproses apa yang dikatakan oleh Feby, namun setelah 1 menit berlalu mereka masih tidak paham dan hanya suara burung gagak yang terdengar. "Apa yang kau lakukan? Tolong ambilkan aku cermin dulu." Ucap Feby sekali lagi kepada Emi yang membuat Emi dengan segera memukul Feby dengan keras. "Auccchhh… apa sih Emi! Bukannya ngambilin malah mukul sekarang." Feby mengeluh kesakitan dibagian bahunya. "Kau itu sedang terluka parah, masih sempet nya kamu mikirin cermin. Emang buat apa'an sih?" Tanya Emi dengan kesal sementara yang lain hanya menarik nafas gemas dengan sikap Feby. "Aku baru pertama kali merias wajah yang langsung dilakukan oleh make up artis ternama Indonesia tau nggak sih, setidaknya aku harus menjaga hasil karyanya. Kau ingin membuatku terus menjomblo seumur hidup?" Cerocos Feby dengan kesal sembari berusaha bangkit dari pembaringannya. "Biar aku bantu…" Jati dengan cepat menghampiri bibir ranjang Feby untuk membantunya bangkit. Begitu Jati sudah berada tepat di sampingnya dengan jarak wajah mereka yang sangat dekat segera membuat keduanya mengingat kejadian di dalam gang gelap dimana Jati menciuminya dengan begitu lembut. Keduanya langsung terkaget dan tampak memerah malu-malu. "A… aku baring saja, sepertinya aku butuh banyak istirahat." Ucap Feby dengan cepat kembali merebahkan diri dan menutup wajahnya menggunakan selimut seolah ingin melarikan diri. "Ya, kau benar. Sebaiknya kau berbaring saja!" Jati langsung membelakang dan berlagak tidak terjadi sesuatu. "Apa-apan itu, apa kalian tidak merasa sikap mereka aneh?" Seru Emi dengan merinding hebat yang langsung di anggukan oleh para penonton tanpa terkecuali. Untuk beberapa saat, perseteruan atas apa yang sebelumnya terjadi antara Adith dan Alisya, serta Aurelia dan Yogi tampaknya tidak dipikirkan lagi oleh mereka.