Chapter 491 - Jatah Energi Kehidupan

Melihat kondisi Feby yang telah membaik, Alisya memutuskan untuk keluar dari ruangan. Dia di ikuti oleh Adith dan empat orang lainnya yang langsung membuat Alisya tak nyaman karena mereka. Semua orang melihat Alisya dengan sedikit mengerutkan kening karena tidak menyangka kalau ada lima orang tampan sedang mengikutinya dari belakang dengan begitu rapinya. "Tak!!!" Alisya tiba-tiba berhenti dan menoleh kepada mereka secara mendadak. "Sepertinya kalian tidak akan melepaskan ku sebelum aku memberikan kalian hukuman!" Tatap Alisya kepada empat orang tersebut. "Kami menunggu perintah darimu Ka... ehem, Maaf! Ayumi." Ucap Rendy dengan begitu tegas sampai ia hampir lupa kalau sedang berada di rumah sakit. "Baiklah sepertinya tidak ada jalan lain, Jati tugasmu adalah mengamati Febby dan emi. Elvian, cari lebih banyak informasi mengenai apa yang dilakukan oleh ayah Yani. Rafli, terus amati pergerakan dari orang-orang yang yang sudah melakukan penyerangan terhadap Yani. Sedang untukmu Rendy, aku tak perlu menjelaskan untukmu karena kau tahu apa yang harus dilakukan." Tegas Alisya memberikan mereka semua tugas penyelidikan. Rendy paham betul apa yang dimaksud oleh Alisya. Jika Elvian selalu mendapatkan tugas untuk mencari informasi dari luar, maka tugas Rendy lebih berat yaitu mencari informasi dari dalam. Dan resiko yang harus dihadapi lebih lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya. Alisya kembali melangkah ke depan, namun ia seolah mendengar langkah mereka yang masih mengikutinya, begitu pula dengan Adith. "Apalagi yang kalian tunggu. Kenapa kalian masih terus mengikutiku? Kerjakan!" Perintah Alisya dengan sedikit membanting suaranya dengan keras. "Siap Kapten!!!" Ucap mereka dengan sangat tegas membuat beberapa orangtua dan anak-anaknya yang berada di ruang lain terkejut dengan apa yang sedang dilakukan oleh mereka. "Aii yaiii kapten, I can't hear you…" Elvian segera menyanyikan sebuah lagu dengan sedikit lantang. "Ouuuuu….." seru ketiganya dengan kompak sembari berlalu pergi seolah tidak terjadi apa-apa. "Waah.. mereka lagi main sepombob sepomboban ma…" ucap anak itu dengan polosnya. "Ah.. hahahahha… maaf yah dek, mereka itu lagi ada sedikit gangguan mental." Jelas Alisya yang langsung membuat ibu itu menutup pintunya karena takut. Ia melihat Alisya seperti seorang wanita pemimpin sebuah organisasi hitam yang menakutkan. Selain karena di dukung oleh ekspresi wajahnya saat itu yang sedang kesal, dia di dukung juga oleh sikap para lelaki yang begitu menakutinya membuat orang lain jd salah paham ketika melihatnya. Melihat Alisya, ibu itu langsung menutup pintunya dengan sangat keras membuat Alisya merasa pedih dan terbatuk pelan. Ia segera kembali berdiri dengan tegak dan berjalan keluar.  "Apalagi yang kau ingin lakukan?" Alisya kembali berbalik karena kesal saat merasakan masih ada seseorang yang terus saja mengikutinya. "Umm… aku belum mendapatkan hukuman ataupun perintah apapun darimu." Seru Adit saat Alisya kembali menoleh kepadanya. Adith tahu kalau Alisya mau berbicara dengannya hanya karena kondisi Feby sebelumnya. Untuk itu dia tetap mengikuti dimanapun Alisya pergi agar mendapatkan kesempatan untuk bisa memperbaiki permasalahan diantara mereka. "Ternyata kau masih cukup sadar kalau aku belum memaafkanmu?" Lirik Alisya dengan ekpresi yang sangat memancing Adith, terlebih saat ia melipat kedua tangannya di dadanya membuat satu kancing yang sedari awal sudah terlepas itu terbuka dengan sangat lebar di hadapan Adith. Satu kebiasaan Alisya yang belum hilang sejak lama adalah ketika dia berada dalam kamarnya dan ingin segera tidur, dia akan memakai baju kaos berwarna putih yang yang sangat tipis dan transparan. Darah Adith mendidih dan rahangnya mengeras saat melihat Alisya seperti itu, ia ingat kalau saat Alisya berada dalam kamarnya, ia saat itu memang sudah berganti pakaian dan ingin tidur. Namun karena dia mendapatkan panggilan dari Aurelia, dia akhirnya keluar hanya menggunakan baju jacket tebal dan panjangnya. "Sayang, aku tau kau marah. Tapi sepertinya kamu lupa kalau pakaianmu saat ini sangat tipis dan memperlihatkan lekuk tubuhmu." Jelas Adith mendekati Alisya dan membantunya untuk memperbaiki posisi jacketnya dan mengancing bajunya dengan sangat erat. Alisya hanya tersenyum dengan licik membuat Adith mengerutkan keningnya karena takut akan senyuman Alisya yang seperti itu. "Hukumanmu baru saja dimulai tuan Jenius, mari kita lihat sejauh mana kau bisa bertahan." Terang Alisya pergi meninggalkan Adith yang tertegun disana dengan mata yang melebar dan mulut yang menganga. Dia tidak menduga kalau hukuman yang akan diberikan oleh Alisya adalah jatah energi kehidupannya yang takkan diberikannya selama kurun waktu tertentu. Bagaimana dia bisa berhatan? Saat Alisya hanya tersenyum padanya saja sudah merupakan panggilan terbesar dalam hasratnya. "Arrgghhh Yogi, aku ingin membuat satu boneka Voodo untukmu!" Ucap Adith sembari memukul kepalanya memikirkan hukuman yang akan dilakukan oleh Alisya. Yogi yang sedang berada di dalam ruangan bersama dengan yang lainnya segera bergetar dengan sangat hebat seolah sedang mendengar seseorang telah mengutuknya saat itu. "Ada apa?" Tanya Rinto kebingungan saat melihat wajah pucat pasih Yogi yang langsung menempel ke dinding seolah baru saja melihat sesuatu yang menakutkan. "Aku merasakan kalau seseorang baru saja mengirim kutukan padaku. Rasanya begitu menakutkan dan mengerikan." Terang Yogi menatap pada Rinto dengan ekspresi penyesalan dan permintaan maaf. "Kau pantas mendapatkannya." Ucap Rinto acuh tak acuh kepada Yogi yang langsung membuat Yogi seolah sedang melepaskan rohnya akibat satu komentar jahat dari Rinto. "Hari sudah semakin larut, sebaiknya kalian pulang saja. Aku sudah baik-baik saja disini, lagi pula orang tuaku juga sedang bertemu dengan kak Karan sekarang." Jelas Feby memberitahukan kepada teman-temannya yang lain. Saat itu mereka memang tidak sempat mengirimkan informasi kepada orang tua mereka kalau telah terjadi sesuatu sehingga mereka sekarang masih berada dirumah sakit saat malam sudah mulai semakin larut. "Maafkan aku, aku sebenarnya tak ingin meninggalkanmu. Tapi bapak lagi keluar kota sekarang dan hanya ada Ibu dirumah." Emi terlihat tak ingin meninggalkan Feby disana. "Kau kan bisa datang lagi setelah pulang kerja, jangan khawatir, aku baik-baik saja sekarang." Ucap Feby berusaha meyakinkan Emi agar ia bisa kembali beristirahat dengan baik. "Feby benar, kalian semua bisa kembali lagi besok pagi. Eh.. sepertinya pergantian jam sudah terjadi berarti kalian bisa datang sebentar pagi ataupun siang setelah selesai bekerja." Ucap Ibu Feby masuk ruang anaknya setelah mendengar penjelasan dari Karan. "Malam ini biar kami yang bersamanya, dokter Karan juga sudah menjelaskan kalau tidak ada masalah serius yang perlu ditakutkan, jadi kalian bisa tenang malam ini. Setidaknya dengan begitu dia juga bisa tidur." Tambah Ayah Feby lagi yang langsung mendapatkan jawaban anggukan dari mereka semua.