Chapter 513 - Menyelamatkan Rinto

"Rinto.. Hentikan, Kau bisa mendengar suaraku bukan? Semuanya sudah baik-baik saja sekarang. Kau tak perlu khawatir, karena Yani juga baik-baik saja. Dia hanya pingsan, jadi sadarlah!" Teriak Yogi kepada Rinto yang tampaknya telah mulai mengalami sedikit perubahan pada bagian kakinya. "Sepertinya dengan apapun yang kamu lakukan, saat ini jika hanya suara saja tidak akan mampu mencapai Rinto. Dia benar-benar tenggelam sepenuhnya dalam amarah." Ucap Zein mengingatkan Yogi tentang kondisi Rinto saat ini. "Tapi aku takkan menyerah, aku takkan mungkin membiarkan dia berubah menjadi seorang mutan. Baru kali ini aku melihatnya sampai semarah itu, sepertinya apa yang telah mereka lakukan pada yang memang benar-benar sangat kejam." Yogi mengepalkan tangannya membayangkan apa yang sudah dilihat oleh Rinto, sampai ia semarah itu. "Melihat kondisi Yani yang seperti tadi, aku juga mungkin akan merasa sangat marah jika hal tersebut terjadi pada Adora. Tapi bagaimana cara kita untuk bisa menyadarkannya?" Tanya Zein merasa tak ada cara yang bisa mereka lakukan untuk bisa mencapai Rinto. "Aku tak yakin ini akan berhasil, tapi sepertinya satu-satunya cara adalah dengan mendekatinya secara langsung." Terang Yogi membulatkan tekadnya untuk menerobos pisau yang mengelilingi Rinto. "Tidak, itu terlalu berbahaya untukmu. Pisau yang sedang dipakai Rinto adalah pisau khusus yang dibuat menggunakan energi nano nya sendiri. Sehingga dia mampu menembus apapun yang datang menghampirinya." Terang Zein tak ingin hal buruk menimpa Yogi karena keinginannya untuk menyelamatkan Rinto. "Tapi kita tidak akan mungkin membiarkan dia seperti itu terus, Apa kau memiliki cara yang lebih baik?" Tatap Yogi kepada Zein untuk meminta solusi. Zein seketika terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Yogi, sebab Ia pun tidak memiliki solusi yang tepat untuk bisa menyelamatkan Rinto saat ini. Jika mereka melakukan hal yang sangat gagah, tentu saja hal ini akan sangat menyakiti Rinto kemudian hari ketika ia sadarkan diri. "Rinto akan menyalahkan dirinya sendiri jika hal yang buruk terjadi lagi padamu karenanya. Tentu saat ini dia sedang melawan energi yang sangat besar, oleh karena itu kita berharap Alisya dan Adith akan segera datang secepatnya." Pinta Zein segera menghentikan Yogi untuk sementara. "Tidak, kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Kau lihat perubahan yang semakin cepat? Jika kita menunggu Adith dan Alisya datang, maka bisa jadi dia sudah dalam keadaan perubahan sepenuhnya." tegas Yogi sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi melihat Rinto terus menderita seperti itu. Zein pasrah mendengar apa yang diucapkan oleh Yogi, memang benar melihat apa yang sedang terjadi pada Rinto saat ini, jika menunggu kedatangan Adith dan Alisya sepertinya sudah tidak akan cukup lagi. Rinto sudah mengalami setengah perubahan menjadi mutan, sehingga sangat dikhawatirkan jika Rinto sudah tidak bisa mengendalikan dirinya sepenuhnya lagi. Yogi akhirnya berjalan secara perlahan mendekati Rinto. Dia berharap, Rinto mampu mendengarkan ketulusannya saat akan menghampiri kilatan kecepatan pisaunya yang menebas sekitarnya. "Rinto, Apa kamu masih bisa mengenali suaraku?" Ucap Yogi yang secara perlahan sudah mendekati pusaran pisaunya yang seolah dilihat oleh Zein bagaikan putaran angin puting beliung yang tajam yang dapat menebas apapun yang ingin menghampirinya. Meski merasakan bahaya yang sangat besar, Yogi sudah tidak memperdulikannya lagi dan lebih memilih untuk tetap terus berjalan hingga tepat saat ia sudah benar-benar akan memasuki pusaran tersebut, seseorang dengan segera menghentikannya. Begitu sadar, ternyata Adith dan Alisya berada di kedua sisinya untuk menghentikannya dengan menepuk pundaknya. Alisya memegang pundaknya yang sebelah kanan sedang Adith memegang pundaknya yang sebelah kiri. "Sepertinya kau sudah berencana untuk mati konyol sekarang yah? Apa Aurelia tidak melayanimu dengan baik?" Tatap Adith kepada Yogi yang terlihat sangat khawatir dan gusar. "Jika aku membiarkan kamu masuk dalam pusaran ini, maka kekasihmu yang berada di dalam pesan dalam sana akan mengutukku dengan sangat keras." Terang Alisya dengan tersenyum hangat. "Kenapa kalian baru datang sekarang? Apa kalian tahu bagaimana khawatir nya aku terhadap apa yang akan terjadi pada Rinto?" Yogi tampaknya merasa kesal dengan kedatangan mereka yang sedikit terlambat. "Maaf karena kami terlambat, tapi sepertinya kami datang di saat yang tepat." Tegas Adith mulai menarik mundur Yogi dari dekat pusaran pisau Rinto yang mulai semakin melebar. "Bangunan ini sepertinya akan runtuh sebentar lagi, sebaiknya aku menyelesaikan ini dengan cepat agar kita bisa keluar bersama." Terang Alisya melihat tempat sekitar mereka yang mulai semakin retak dan melebar. "Apakah aku ikut membantumu?" Adith merasa kekuatan Rinto terlalu keluar dengan sangat besar. Alisya mungkin harus membutuhkan seseorang untuk dapat membantunya. "Tidak, biar aku yang masuk ke dalam. Energi dari Rinto adalah pecahan dari energiku. Aku yakin bisa melakukan sesuatu pada besaran energi ini. Melihat energi ini seolah sedikit bereaksi terhadap kehadiranku." Terang Alisya saat melihat pusaran pisau tersebut tampaknya sedikit terkacaukan ketika Alisya menghampirinya. "Maksud kamu?" Tanya Zein tak paham dengan apa yang dikatakan oleh Alisya. "Ummm… bagaimana cara aku mengatakannya yah, sepertinya salah satu cara membuktikannya adalah dengan memperlihatkannya secara langsung." Ucap Alisya mendekati pusaran tersebut. "Hei, apa yang kau lakukan? Jika kau hanya masuk tanpa ada pertahanan seperti itu, kau malah akan mengalami…?" Yogi dengan segera ingin menghentikan Alisya tiba-tiba menganga melihat apa yang dilakukan olehnya. "Seperti ini!!!" Alisya memasukkan tangannya kedalam pusara dan menoleh dengan wajah polos dan santai seolah-olah sedang menembus dinding yang tak memiliki lapisan sama sekali. "Lihat ini… Oy… Oy… Oy… Oke berhasil!" Alisya yang melompat lompat dengan santainya terlihat sedang menangkap pisau milik Rinto yang melayang dengan kecepatan tinggi seolah sedang memetik buah yang ranum. "Apa yang sedang aku khawatirkan sebenarnya?" Yogi memukul jidatnya dengan sangat keras melihat sikap santai Alisya tersebut. "Buakakakakkaka… Kau memang yang terbaik Sayang!" Adith hanya tertawa dengan terbahak-bahak karena mengkhawatirkan sesuatu yang tak perlu. "Ternyata Rinto hanya anjing setia yang takkan menggigit tuannya sendiri." Ucap Zein juga menampar dirinya sendiri melihat sikap Alisya yang sangat santai seolah-olah pisau itu adalah benda hidup yang mengenali tuannya. Alisya pun akhirnya melangkah perlahan-lahan menghampiri Rinto yang setengah bertekuk lutut masih dalam keadaan berteriak histeris dalam diam karena shock. "Plakkkkk! Sampai kapan kau akan begitu terus? Ayo kita pulang, semuanya sudah selesai." Alisya menampar kepala bagian belakang Rinto dengan sangat keras. Tidak ada reaksi membuat Alisya mendesah dan segera meninju bagian perutnya langsung membuatnya pingsan dan menghentikan pusara tersebut dengan begitu mudahnya. Alisya mengangkat Rinto layaknya anak kecil berumur 5 tahun berbentuk karung beras di pinggangnya.