Waktu untuk melakukan uji coba dan penelitian selalu berlalu dengan cepat.
"Vi, tolong ambilkan bahan yang kuminta tadi."
"Vi, ambil dua bahan ini dan tolong campurkan."
"Vi, tolong...."
......
Di bawah arahan Randika, Viona dan orang-orang benar-benar sibuk. Semua bahan yang mereka siapkan tidak luput dari mata Randika dan sekarang saatnya penentuan.
Randika mengeluarkan tabung reaksi dan mencampur bahan-bahan tersebut untuk langkah terakhirnya.
Setelah beberapa saat, sebuah cairan semi padat dan hitam muncul di tabung reaksi.
Randika memperhatikan ramuan X itu di dalam tabung reaksinya. Kerutan dahinya benar-benar dalam, menurut ingatannya, kenapa warna ramuan ini benar-benar berbeda dengan sebelumnya?
Ramuan X milik Yuna tidak sehitam ini, kenapa hasil miliknya ini hitam?
Setelah memikirkannya, Randika menuangkan setetes ramuan X versinya ke jarinya. Setelah menjilatnya, cairan hitam itu segera meluncur ke dalam tenggorokannya.
Ketika ramuan X ini memasuki tubuhnya, Randika menutup matanya dan berkonsentrasi pada ramuan X yang memasuki tubuhnya itu cukup lama. Tetapi tidak ada efek sama sekali yang dia rasakan.
Gagal!
Randika tidak bisa berkata-kata dan tidak tahu harus berbuat apa. Di tengah depresinya ini, Randika merasakan perutnya sedikit bergejolak dan muncul sejumlah tenaga dalam di dalam lambungnya lalu menyebar ke seluruh tubuhnya dan memberikan sensasi menyegarkan.
Sambil menutup matanya lagi, tenaga dalam yang berbentuk gas itu membuat seluruh tubuh Randika merasa nyaman dan tiba-tiba, rasa sakit dari luka di dalam tubuhnya itu sedikit mereda.
Tut!
Setelah kentut, Randika merasa sedikit lega. Untungnya, kentutnya ini tidak berbunyi dan tidak berbau kalau sampai tidak, terpaksa dia harus mengorbankan salah satu bawahannya sebagai kambing hitamnya.
Randika lalu menatap cairan hitam di tabung reaksinya itu, ternyata obat ini tidak gagal sepenuhnya. Masih ada efeknya tetapi sangat kecil, benar-benar kecil.
Dengan rasa semangat ini, Randika bertekad untuk mengeluarkan kemampuannya dan membuat ramuan X versinya dengan sempurna.
Jadi semua orang sibuk kembali.
Waktu berjalan dengan cepat dan Randika tidak ada henti-hentinya memberikan arahan. Sambil terus mengocok tabung reaksinya, Randika berusaha mengambil bahan dengan tidak menoleh. Tiba-tiba dia merasakan kekenyalan luar biasa di tangannya.
Tanpa sadar, Randika meremasnya. Hmmm, kenyal dan enak dipegang.
Randika langsung penasaran dengan apa yang diremasnya ini. Ketika dia menoleh, dia melihat Viona, yang sudah tersipu malu, berdiri diam dan kaku sambil berusaha menahan desahannya. Ternyata tangannya itu sedang meremas pantat Viona!
Viona benar-benar terkejut awalnya dan langsung menutup mulutnya agar tidak ada suara aneh yang keluar. Randika, yang tangannya masih di pantat Viona, memperhatikan sekeliling dan menyadari bahwa orang-orang masih sibuk dan tidak menyadari kejadian ini.
Mengambil tangannya kembali, Randika mengatakan. "Baiklah teman-teman, bagaimana kalau kalian istirahat dulu."
Ketika semua orang berbondong-bondong keluar, Randika mencegat Viona. Hari ini Viona memakai baju ala peneliti dengan rok berwarna biru. Meskipun begitu, dada besarnya itu tetap mencungul keluar dari balik jubah labnya.
Ini adalah pertama kalinya Viona tidak memakai baju terlalu sexy, tetapi semua itu tetap percuma. Tubuh sexy Viona tidak bisa disembunyikan dengan pakaian sederhana apa pun, benar-benar anugerah Tuhan yang luar biasa.
"Viona…" Randika tersenyum nakal dan memeluk Viona dari belakang. Tangannya yang sudah seperti capit itu sudah meremas bokong Viona yang montok.
Viona merasakan sensasi itu langsung menjalar ke otaknya, wajahnya sudah merah. "Ran, kita masih ada di laboratorium."
Viona memalingkan wajahnya, napasnya sudah terengah-engah dan dia menggigit bibir bawahnya. Wajah nafsu Viona itu justru membuat Randika ingin menggodanya lebih lanjut.
"Sudah jangan khawatir, tidak ada orang selain kita." Randika berbisik di telinganya. Dia lalu menjilat leher putih Viona sambil mengatakan. "Pantatmu benar-benar menggoda."
Viona sudah malu, wajahnya benar-benar merah. Randika memang semakin berani melakukannya terlepas di mana mereka berada.
"Vi, pakaian dalam apa yang kamu pakai hari ini?" Randika masih meremas pantat Viona. Dari balik rok itu, dia bisa merasakan bahwa Viona sepertinya memakai G-string.
Pakaian dalam Viona selalu yang siap bertempur.
Viona menggigit bibirnya, dia memberanikan diri dan berbisik di telinga Randika. "Coba lihat sendiri saja."
Randika terkejut, matanya sudah terbelalak. Viona menjadi berani! Randika makin suka dengannya.
"Kalau begitu kita ke kamar mandi." Randika tersenyum nakal. Viona hendak mengiyakan tetapi tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan. Randika langsung melepaskan tangannya.
"Pak Randika, sepertinya ada yang salah dengan 2 campuran bahan ini."
"Oya? Sini aku lihatnya."
Randika berkedip pada Viona dan mengisyaratkan 'kita lanjutkan ini nanti.'
Namun, pada akhirnya, pertemuan rahasia mereka ini sama sekali tidak terwujud, Randika benar-benar sibuk. Meskipun Randika berhasil membuat ramuan X versi miliknya lebih baik dari sebelumnya, efek yang dihasilkan masih jauh dari kata berhasil.
Randika benar-benar menghabiskan waktunya demi ramuan X. Saat sore hari, Viona ingin mengajak Randika untuk makan malam bersamanya tetapi beberapa temannya mengajak dirinya duluan.
"Vi, kita sudah lama tidak kumpul-kumpul. Sudahlah lupakan cowokmu itu."
Beberapa perempuan itu tertawa dan menggandeng Viona dengan paksa. Mendengar kata 'cowokmu' Viona tersipu malu, apakah orang-orang sudah mengakui dirinya adalah pasangannya Randika?
Randika sendiri langsung keluar dari laboratorium setelah jam pulang. Sudah hampir tidak ada orang di lantai ini, sebagian besar sudah pulang dan hanya sedikit orang yang lembur.
Randika menghirup udara dalam-dalam, berusaha melepaskan penatnya. Tetapi, tiba-tiba dia melihat seseorang berlari ke arahnya.
"Kak Randika, kak Randika!"
Mendengar suara ini, kenapa Hannah bisa ada di tempat kerjanya ini?
Orang-orang yang berjalan dan duduk-duduk mendengar teriakan Hannah ini, semuanya menoleh ke arahnya. Ketika para lelaki melihat bahwa orang yang berlari itu seorang perempuan cantik, mata mereka tidak bisa berhenti melotot.
Kaki panjang dan mulus, dada besar, pantat yang terlihat kenyal dan wajah yang cantik, lelaki mana yang bisa memalingkan pandangannya?
Tiba-tiba, sejumlah laki-laki yang awalnya hendak pulang ataupun lagi sibuk, semuanya memandangi dada Hannah yang mantul tidak karuan itu.
Aku tidak tahu siapa orang itu tetapi aku ingin mendekatinya dan menidurinya! Semua lelaki itu memliki pikiran yang mesum terhadap Hannah.
Semuanya lalu terdiam, siapakah kenalan perempuan itu? Mereka akan meminta kenalannya itu untuk mengenalkan mereka pada perempuan sexy itu.
Yang mengejutkan adalah perempuan itu berhenti di depan Randika!
Randika lalu berkata pada Hannah yang kehabisan napas itu. "Kenapa kamu ada di sini?"
"Memangnya aku tidak boleh datang ke perusahaan milikku sendiri? Kakak tahu tidak kalau aku ini salah satu pemegang saham tertinggi di perusahaan ini?" Kata Hannah dengan wajah bangga.
"Wow aku benar-benar tidak tahu itu!" Randika lalu tersenyum. "Ternyata kamu ini pandai menghayal ya, awas jangan terlalu sering berkhayal nanti tidak ada yang mau lho sama kamu."