Tangan kiri Randika berhasil menangkap pergelangan tangan lawannya yang di sebelah kiri dan membantingnya. Sedangkan tangan kanannya berhasil menangkap tinju lawannya lalu tangan kanannya sendiri berubah menjadi tinju dan menghantamnya persis di dadanya.
Sambil menahan rasa sakitnya, kedua orang tersebut menatap Randika yang masih duduk dengan tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Namun, suara keras tersebut berhasil menarik perhatian semua orang termasuk pengawal yang lain. Sekarang kurang lebih 12 orang mengepung Randika.
Randika menghabiskan birnya, melepaskan topinya, berdiri dan menatap kedua belas pengawal yang berbadan kekar itu.
Mereka ingin mempermalukan diri mereka?
Si bartender sudah meringkuk di balik meja, dia memiliki firasat bahwa situasi akan berjalan dengan buruk.
Randika menatap mereka semua sambil menguap, sepertinya dia tidak ingin repot-repot mengejar semua lawannya.
Melihat lawannya itu meremehkan mereka, semua pengawal ini marah dan menerjang ke arah Randika satu per satu. Tetapi, Randika nampaknya berhasil menemukan orang yang semestinya menjadi pimpinan mereka. Randika menghilang dari hadapan mereka dan muncul di balik si pemimpin dan mencekiknya. Dia lalu melemparnya hingga ke lantai dansa dengan satu tangan.
Dalam sekejap, orang-orang yang menari berteriak histeris dan akhirnya semua yang ada di lantai dansa menyadari bahwa terjadi perkelahian di meja bar.
Si bartender sesekali mengintip dari balik meja, matanya benar-benar terbelalak. Orang itu bukan manusia, dia pasti jelmaan iblis.
Si bartender melihat Randika menghajar pengawal terkuat mereka satu per satu. Tiap orang yang menghampiri Randika akan terpental ataupun langsung terkapar kesakitan.
Semua orang juga melihat hal yang sama, mereka melihat pria berbadan kekar menerjang ke arah satu pemuda dan mereka semua dihajar dengan mudah. Tidak butuh waktu lama hingga hanya Randika lah yang berdiri dan semua pengawal berbadan kekar itu sudah tidak mampu berdiri lagi.
Semua perempuan mulai tertarik dengan Randika.
Bagaimanapun juga, semua perempuan menyukai seorang pahlawan.
Seolah tidak terjadi apa-apa, Randika duduk kembali di kursinya dan meminta sebotol bir yang baru. Bartender bernama Akira itu mengambilkannya dan menatap Randika dengan tatapan serius. Bukan hanya Akira saja, semua orang menatapnya dengan tatapan yang sama.
Satu orang melawan 12 orang dan semuanya berbadan besar. Pria itu benar-benar kuat!
"Ah… aku ingin tidur dengannya, dia pasti ganas di ranjang." Semua perempuan di situ sudah menarget Randika sebagai pasangan mereka malam ini.
Ketika Randika hendak meminum birnya, tiba-tiba suara tepuk tangan terdengar keras dari belakangnya.
Plak, plak, plak!
Ketika Randika menoleh, dia melihat seorang perempuan memakai mini dress berwarna merah datang menghampirinya sambil membawa gelas wine di tangannya.
Dibandingkan dengan Serena, perempuan semacam ini memiliki kelas yang berbeda.
Selain rambut bergelombangnya yang terlihat indah itu, dadanya yang terekspos setengah itu membuat laki-laki tidak bisa mengalihkan pandangannya. Belum lagi bagian punggungnya terekspos cukup banyak sehingga orang bisa melihat lekukan badannya. Dress yang dia pakai benar-benar mini dan dibalut oleh stoking hitam serta sepatu hak merah.
Hanya dressnya saja sudah mampu membuat si penggunanya terlihat sexy dan dewasa. Jika iman seseorang tidak kuat, mungkin dia sudah tunduk di bawah penampilannya yang sexy itu.
Ketika Akira dan semua orang melihat perempuan itu, mereka menundukan kepalanya dan rasa hormat muncul di tatapan mata mereka. Perempuan itu adalah Azumi, pemilik dari bar ini.
Randika menatap Azumi dari atas ke bawah, tidak ada ekspresi di wajah perempuan satu ini.
Namun, sedikit rasa terkejut melintas di tatapan Azumi untuk sesaat. Sambil membawa gelas winenya, dia menghampiri Randika.
"Kau bukanlah orang yang pertama datang ke tempat ini dan mengobrak-abriknya." Azumi duduk dan meletakan gelasnya, Akira dengan cepat menuangkan wine di gelasnya.
"Oya?" Kata Randika dengan santai. Azumi menatap Randika lekat-lekat, secercah rasa ragu muncul di hatinya tetapi langsung memudar. Perempuan cantik ini lalu tersenyum. "Aku mendengar kau datang mencariku, orang kuat sepertimu biasanya membawa masalah."
"Aku sama sekali tidak menyangkal itu." Tangan Randika tanpa sadar sudah bersarang di pahanya Azumi. Tiba-tiba aura membunuh Azumi keluar dengan cepat yang membuat Randika dengan cepat menarik tangannya kembali.
Sebenarnya, Azumi mengenal Randika. Di saat Randika menjadi Dewa Perang di dunia bawah tanah, Randika dan Azumi memiliki hubungan yang baik. Tetapi sekarang wajah Randika berubah berkat teknik akupunturnya, sepertinya Azumi tidak bisa mengenal dirinya. Randika tidak punya pilihan memberinya petunjuk agar Azumi bisa memecahkan identitasnya.
Azumi hanya tersenyum, dia kemudian menoleh pada pengawalnya. "Pergi dan latih kemampuan kalian lagi. Jangan mempermalukan namaku lagi seperti hari ini."
Ketika semua pengawal itu mendengarnya, tubuh mereka merinding dan satu per satu mereka keluar dari bar. Sekarang, Azumi berdiri dan tanpa disangka-sangka, dia duduk di pangkuannya Randika.
Kali ini Randika benar-benar bingung harus berbuat apa.
"Apa yang bisa kulakukan untukmu tuan?" Azumi hampir memakan telinga Randika hidup-hidup, sungguh suara yang menggoda.
"Aku menyarimu untuk mendapatkan informasi." Randika sendiri tidak sungkan-sungkan, tangan kanannya sudah berada di pantat milik Azumi itu.
Azumi tiba-tiba berdiri dan wajahnya terlihat dingin. "Biasanya hanya aku lah yang selalu menggoda para pria, tidak ada pria yang berani merabaku tanpa seijinku. Jika kau berani menyentuhku lagi, aku akan membunuhmu dan membuang mayatmu di jalan."
"Oya?" Randika tampak tersenyum. Dia lalu mengambil gelas wine milik Azumi dan meminumnya!
"Aku percaya kamu tidak akan melakukannya." Randika selesai menegak wine itu hingga habis. Dia lalu membelai pipi Azumi sambil mengatakan. "Lagipula kita ini sudah lama mengenal satu sama lain."
Mendengar kata-kata ini, Azumi benar-benar terkejut. Sudah mengenal satu sama lain? Kenapa dia tidak mengingat wajah ini sebelumnya?
Azumi dengan cepat mengira-ngira siapa orang ini dalam benaknya dan menyadari sesuatu. Setelah membandingkan orang ini dengan Ares, memang perawakan kedua orang ini mirip.
Kali ini Azumi hanya bisa menebak bahwa orang di depannya itu adalah Ares tetapi dia tidak berani menyuarakan pendapatnya.
Melihat keraguan Azumi itu, Randika menghampirinya dan berkata dengan nada sarkas. "Bukannya Azumi selalu bekerja sama dengan orang lain terlepas dari latar belakang orang tersebut."
Mendengar kata-kata ini, Azumi tersenyum dan mengatakan. "Memang benar, jadi apa yang ingin kamu cari?"
Randika duduk kembali di kursinya dan berkata dengan nada yang santai. "Aku ingin tahu bagaimana keadaan istana dunia bawah tanah sekarang?"
Mendengar pertanyaan ini, Azumi bisa mengkonfirmasi identitas orang ini. Tidak heran dia merasa familier dengan orang ini.
Azumi tersenyum manis. "Aku tidak menyangka kamu akan kembali di waktu yang seperti ini, benar-benar menarik."
Azumi kembali menyesap wine miliknya dan berkata secara perlahan. "Istana dunia bawah tanah sekarang bisa dikatakan telah jatuh. Mungkin beberapa minggu yang lalu, Bulan Kegelapan dan anak buahnya menginvasi istana tersebut. Sekarang istananya telah jatuh dan di bawah kekuasaan Bulan Kegelapan. Jadi menurutmu bagaimana keadaan istana itu sekarang?"
Azumi tersenyum, berdiri dan menghampiri Randika, memeluknya dari belakang sambil memegang gelas winenya.
"Menurut informasiku, istana dunia bawah tanah itu sama sekali tidak mudah untuk diserang. Tetapi herannya, tempat itu hancur hanya dalam sehari. Jadi menurutku ada pekerjaan orang dalam yang membantu Bulan Kegelapan, apakah analisaku itu benar Ares?"
Azumi benar-benar menempel dengan Randika dan suaranya benar-benar menggoda saat dia berbicara di telinganya.
Randika menjawab. "Benar, orang itu bernama Shadow."
Sedikit terkejut dengan kejujuran Randika, Azumi tersenyum. "Sekarang setelah istana itu telah jatuh, orang-orang telah mati, para tikus mulai menampakan dirinya, aku bingung siapakah yang masih loyal kepadamu? Apakah mereka bisa memaafkan kamu yang tidak bersama mereka saat istana itu direbut?"
Mendengar kata-kata Azumi ini, Randika sama sekali tidak berekspresi. Tetapi di dalam hatinya, dia sudah menjerit keras.
Bulan Kegelapan benar-benar orang yang licik dan penuh perhitungan. Randika tidak menyangka bahwa dia akan berani untuk menyerang tempat tersebut. Mungkin karena ada Shadow di sisinya sehingga dia berani? Kalau saja bukan karena pengkhianatan Shadow, mungkin istana dunia bawah tanah miliknya itu masih berdiri dengan kokoh?
"Apa kamu tahu di mana Bulan Kegelapan?" Wajah Randika benar-benar dekat dengan Azumi. Tetapi Azumi hanya mencium pipinya sambil mengatakan. "Kamu tahu sendiri kan peraturanku seperti apa? Bukankah aku akan menyinggung perasaan Bulan Kegelapan kalau aku membantumu? Bagaimana nasibku setelah itu? Aku tidak bisa memberikan informasi yang membahayakan diriku."
Di saat mereka berdua berbincang, salah satu pengawal datang dan membisikan sesuatu pada telinga Azumi.
Azumi mengangguk dan melepaskan pelukannya. Kemudian dia berkata pada Randika. "Sepertinya Bulan Kegelapan tidak bisa diremehkan, dia sudah mengirim orang untuk menangkapmu."
Untuk Bulan Kegelapan mengetahui di mana dia berada bukanlah hal yang mengejutkan, tetapi yang membuat Randika sedikit terkejut adalah dia sudah mengirim anak buahnya ke sini secepat itu.
"Baiklah kalau begitu." Randika mengangguk dan berdiri.