Randika tidak menutup teleponnya, dia menunggu Deviana dengan sabar. Tak lama kemudian, Deviana menemukan sesuatu.
"Dari yang kuperiksa, ada segerombolan orang yang mendobrak masuk alamat yang kamu sebut itu. Tetapi mereka semua memakai topeng dan tidak memperlihatkan wajah mereka." Kata Deviana.
Mendengar hal ini membuat Randika sedikit gembira, setidaknya dia memiliki sesuatu sekarang.
"Apa kamu bisa mengecek rute pergi mereka?"
Kemudian telepon kembali sunyi, namun setelah beberapa saat suara dingin Deviana dapat terdengar kembali. "Bisa."
"Setelah kamu keluar dari rumah beloklah ke kiri, berjalanlah 200 meter lalu belok ke kanan. Setelah itu telusuri jalan itu dan nanti …. "
Dengan arahan yang diberikan Deviana, Randika berlari dengan terus menggenggam erat HPnya.
Di sisi lain, di sebuah hotel, beberapa orang kekar masuk ke dalam kamar dan melepas topeng mereka satu per satu.
"Aku tidak menyangka akan semudah ini."
Seseorang mengikat boneka ginseng dengan tali, yang terlihat pusing di sebuah pilar. Sepertinya boneka ginseng itu tidak sadarkan diri. Dia terkadang hanya mengeluarkan suara seperti sedang mengomel, sepertinya dia tidak bisa membedakan mana yang mimpi dan mana yang nyata.
Seseorang tertawa. "Misi ini benar-benar gampang dan imbalannya benar-benar besar."
Kemudian dia melempar senjata apinya ke lantai.
Teman-temannya ikut tertawa. Jika mereka bisa menyelesaikan misi ini, mereka akan makan kenyang selama beberapa bulan ke depan.
Salah satu dari mereka lalu meletakan sebuah tempat bakar dupa di depan boneka ginseng. Di dalamnya terdapat seperti serbuk kayu yang terbakar, serbuk itu memberikan wangi asap yang kuat. Hidung dari boneka ginseng itu berkedut dan menghirup semua asap tersebut, hal ini membuatnya makin pusing.
Serbuk kayu itu adalah rempah-rempahan dari Thailand yang diracik khusus untuk menangkap boneka ginseng.
Para penjahat ini bercanda ria beberapa waktu lalu tiba-tiba mata mereka terpaku pada boneka itu.
"Aku tidak menyangka ada makhluk aneh seperti itu di dunia ini." Kata seseorang dari mereka. Sebelum ini dia tidak menyangka ada kehidupan intelektual seperti boneka ginseng ini.
"Menurut kalian, apa benar jika kita memakan boneka ini kita bisa memperpanjang umur kita? Seharusnya klien kita tidak keberatan jika makhluk itu kehilangan satu kakinya." Penjahat lainnya menelan air ludahnya. Sejujurnya, dia tidak pernah makan makanan kelas atas sebelumnya jadi dia penasaran dengan rasa makanan orang kaya. Seharusnya rasanya lebih enak daripada ayam ataupun steak daging.
Untungnya boneka ginseng ini sedang tidak sadarkan diri, kalau tidak ia akan kabur terbirit-birit jika mendengar dirinya akan dimakan.
"Benar juga. Bagaimana kalau kamu mencobanya terlebih dahulu?" Salah satu temannya setuju. Makhluk supernatural seperti itu bukanlah hewan ataupun tanaman, bisa dikatakan bahwa ia itu spesial.
Tidak ada satu pun dari mereka yang tidak terkejut ketika melihat keberadaan boneka ginseng itu. Kalau saja tidak ada bantuan asap dupa mereka, menangkap makhluk aneh itu mungkin mustahil bagi mereka.
Setelah menatap boneka itu, Reno, salah satu dari mereka, berpikir sebentar dan menggelengkan kepalanya. "Aku takut nanti klien kita akan sangat marah."
"Hahaha sejak kapan nyalimu jadi ciut seperti itu." Salah satu temannya tertawa. "Klien kita tidak memberikan detail sama sekali bahwa benda itu hidup, kita bisa beritahu bahwa kita memotong kakinya agar tidak bisa kabur lagi. Lagipula coba perhatikan, benda itu masih bayi jadi lebih baik kita potong kakinya sama rata dan tidak ada yang tahu selain kita. Setelah kita menyerahkannya dan menerima uang kita, baru kita merayakannya dengan memakannya."
Reno mengerutkan dahinya dan berpikir keras. Kemarin malam, seorang perempuan berbaju hitam yang wajahnya ditutupi oleh kain menghampirinya dan memberinya sebuah misi dengan harga 5x lebih mahal daripada biasanya.
Dalam sekejap Reno menyanggupinya dan menerima dupa yang dia berikan. Tugasnya benar-benar mudah dan sekarang boneka ginseng itu terikat di ruangannya.
Setelah dipikir-pikir, dia merasa misi kali ini aneh dan terlalu mudah. Baginya yang paling aneh adalah ketika dia bertemu dengan kliennya, dia sama sekali tidak bisa mengukur kemampuan kliennya itu.
"Ren, aku tahu apa yang kamu pikirkan." Teman di sampingnya ikut angkat bicara. "Klien itu cuma seorang perempuan. Meskipun dia berusaha menutupinya dengan kain dan suara yang diberat-beratkan, buat apa kita takut sama seorang perempuan?"
Temannya menambahkan. "Apa yang dikatakan Fahar itu benar. Aku punya ide yang lebih baik, bagaimana kalau setelah kita mendapatkan uangnya, kita bunuh dia. Setelah itu kita bisa menjual makhluk aneh itu dengan harga yang lebih mahal lagi."
Bisa dikatakan bahwa saran salah satu temannya ini benar-benar menggiurkan, keserakahan mereka dapat terlihat jelas di mata mereka.
Makhluk supernatural ini seharusnya bernilai ratusan juta bukan?
Banyak orang kaya yang rela membayar mahal jika mereka tahu apa yang akan mereka dapat.
Otak Reno sudah berputar dengan sangat cepat, dia sama sekali tidak berkata apa-apa. Yang menjadi pertanyaannya adalah seberapa kuat kekuatan si kliennya itu. Jika kliennya itu memiliki latar belakang yang kuat, kematian hanyalah jalan keluar bagi mereka.
Mengerti siapa yang dihadapi merupakan kunci dari pekerjaan seperti ini.
"Reno, apa yang kamu khawatirkan? Sudah jangan berpikir terlalu jauh, kita tinggal kabur saja dari negara ini kalau memang keadaan menjadi buruk. Dunia ini luas dan kita bisa pergi ke mana saja jika kita punya uang. Bukannya kamu ingin pergi ke Rusia? Aku dengar perempuan-perempuan di sana cantik-cantik."
Ketika teman-temannya mendengar ini, semuanya tertawa. Kata-kata Fahar itu masuk akal, wajah Reno langsung tersenyum menandakan bahwa dia setuju untuk melakukan rencana Fahar.
"Kalau begitu, bagaimana kita akan memakannya? Rebus? Atau tumis?" Reno menatap boneka ginseng yang tertidur pulas itu.
"Serahkan itu pada Fahar, dia pintar memasak."
Fahar menatap temannya yang menyuruhnya masak itu. Baginya membunuh itu gampang, tetapi memasak? Apa dia ingin dirinya meracuni mereka?
"Hei, aku khawatir kalau kita memasaknya maka efek memperpanjang umurnya itu hilang." Salah satu dari mereka menyuarakan pendapatnya. "Bagaimana kalau kita memakannya mentah-mentah?"
Mentah?
Semuanya terlihat bingung, tetapi alasan itu cukup masuk akal.
Mereka segera mengeluarkan pisau mereka dan mengeluarkan penggaris, agar mereka bisa memotongnya dengan rata. Boneka ginseng sama sekali tidak sadar bahwa nyawanya terancam, namun tiba-tiba ia bersin dan ketakutan ketika melihat pisau yang tertuju padanya.
"Karena kamu yang menerima pekerjaan ini, silahkan kamu duluan yang mencicip." Temannya memberikan Reno sebuah pisau. "Ingat jangan potong terlalu banyak, kita masih perlu menipu klien kita itu dulu."
Fahar di samping Reno terlihat tidak sabar, makanan kelas atas seperti ini merupakan kesempatan sekali seumur hidup. Namun, ketika Reno hendak memotong kaki si boneka ginseng, tiba-tiba terdengar suara pintu yang didobrak.
DUAK!
Pintu ruangan hotel ini terpental begitu saja, ketika mereka semua menoleh, terlihat sesosok pria berjalan masuk.
"Nyari mati ya kau bocah?"
Beberapa dari mereka langsung mengepung Randika, baru pertama kali ada yang berani melawan mereka.
Randika yang terkepung itu menatap boneka ginseng yang terikat, sekarang dia benar-benar marah.
Nyari mati?
Kalian lah yang akan mati!
Melihat ekspresi Randika yang mengerikan itu, mereka semua merinding. Mereka semua tahu bahwa Randika datang untuk merebut makhluk yang mereka ikat itu. Tanpa perlu aba-aba, Reno dan teman-temannya sudah mengeluarkan pistol mereka dan membidik Randika.
Dengan senjata api di tangan, buat apa kau takut? Dalam sekejap rasa takut mereka hilang.
"Riwayatmu sudah …. " Ketika salah satu dari mereka mulai berbicara dengan arogan, Randika sudah bergerak bagai angin dan menghajar orang itu hingga membentur tembok.
Temannya yang lain langsung menyesuaikan bidikan mereka tetapi mereka tidak bisa menemukan sosok Randika. Tiba-tiba, salah satu dari mereka wajahnya terkena oleh serangan siku Randika. Gigi orang tersebut langsung rontok 3.
Randika tidak diam saja, dia langsung melompat dan melayangkan sebuah tendangan pada musuhnya yang lain.
Dalam sekejap, teman-temannya sudah terkapar tidak sadarkan dan ini membuat Fahar dan Reno ketakutan. Ketika teman mereka terakhir dipukul hingga pingsan oleh Randika, keduanya ini sudah berkeringat dingin dan tangan mereka yang memegang pistol itu tidak tahu harus membidik ke mana.
Randika berjalan pelan menuju Fahar, dalam sekejap suara tembakan dapat terdengar.
DOR!
Namun, justru Fahar lah yang tergeletak karena pukulan di wajahnya dan pelurunya sama sekali tidak menyerempet baju Randika sedikit pun.
Reno mulai merenungkan kejadian ini di dalam benaknya. Perempuan itu memang mengatakan pekerjaan ini gampang tetapi sekarang dia telah menyesal menerima pekerjaan ini. Memang uangnya sangat banyak tetapi kalau dia mati maka semua uang itu akan sia-sia.
Sialan, dia benar-benar dibutakan oleh uang. Seharusnya dia tidak asal menerima pekerjaan ini dan menyeledikinya terlebih dahulu.
"Ambil apa pun yang kamu mau, tetapi jangan bunuh aku. Aku janji kita tidak akan mengganggumu lagi." Reno sudah berkeringat deras.
Pengalaman hidup Reno mengatakan bahwa orang di hadapannya ini bukan orang sembarangan, jika dia menyinggungnya sekecil apa pun maka hidupnya akan melayang.
"Siapa yang mengirimmu?" Tanya Randika.
"Seorang perempuan berbaju serba hitam. Dia menghampiriku kemarin malam dan memberiku imbalan besar untuk menculik benda aneh itu." Kata Reno tanpa menyembunyikan apa pun.
"Ciri-ciri orang itu?" Randika terus bertanya.
"Kita bertemu di gang yang sangat gelap, aku tidak bisa melihat wajahnya. Aku hanya tahu bahwa dia itu seorang perempuan dan aku tidak peduli sisanya asalkan dia mampu membayar jasaku."
Perempuan?
Mendengar hal ini membuat Randika berpikir sedikit. Dia merasa bahwa dia belum pernah menyinggung seorang perempuan akhir-akhir ini. Terlebih, perempuan itu tahu cara menangkap boneka ginseng yang bahkan kakeknya tidak tahu.
Randika tenggelam dalam pikirannya tetapi tiba-tiba, boneka ginseng yang terikat di pilar itu mendadak berteriak. Ketika dirinya menoleh, Randika melihat sesosok orang yang menggenggam erat boneka ginseng di tangannya meloncat turun dari jendela.
Tidak!
Hati Randika mengepal, dia langsung ikut melompat turun tanpa memedulikan Reno dkk lagi.
Dalam sekejap ruangan hotel ini menjadi hening. Kalau saja bukan karena tubuh teman-temannya yang terkapar itu, Reno mungkin sudah berpikir bahwa hari ini adalah mimpi.
Terlebih lagi, mereka berada di lantai 8. Kedua orang yang dilihatnya itu meloncat turun tanpa ragu-ragu sama sekali.
Setelah mendapatkan kesadarannya kembali, Reno menyadari bahwa dia telah mengompol. Orang-orang seperti itu benar-benar berada di level yang berbeda. Sepertinya dia harus pensiun dan melakukan kerja yang halal.
Di lain sisi, Randika dan sosok penculik itu mendarat dan langsung kejar-kejaran. Para pejalan kaki di bawah terkejut bersamaan ketika melihat ada yang jatuh di depan mereka.