Akhirnya momen yang ditunggu-tunggu telah tiba.
"Sayang, memang sekarang belum terlalu malam, tetapi bagaimana kalau kita tidur lebih awal?" Mata Randika sudah berbinar-binar. Arti dari kata-katanya ini seharusnya dipahami oleh Inggrid.
Inggrid merasa tatapan mata Randika sudah mencabuli dirinya, dia merasa malu. Inggrid tidak berani menatap mata Randika lama-lama, dia hanya menganggukan kepalanya dengan pelan.
"Aku cuci piringnya dulu." Kata Inggrid dengan nada pelan.
"Sayang, kamu tidak perlu khawatir. Aku akan mencucinya besok pagi jadi jangan coba menunda-nunda lagi." Kata Randika.
Inggrid sendiri sebenarnya ingin menggunakan momen mencuci piring ini untuk menguatkan hatinya tetapi rencananya gagal. Dia digendong Randika dan dibawa paksa ke kamar tidur mereka berdua.
Ketika sesampainya di kamar, Randika meletakan Inggrid dengan lembut dan menciumnya.
Inggrid terkejut tetapi dia menutup matanya dan tenggelam dalam sensasi nikmat ini. Setelah berciuman sesaat, Randika melepas Inggrid dan tersenyum nakal. "Sayang, bagaimana kalau kamu mencoba memakai hadiah dariku?"
"Kamu serius?" Wajah Inggrid benar-benar merah. Dia mengingat betapa tipisnya gaun malam yang Randika beli untuknya itu, gaun itu benar-benar tidak menutupi apa-apa.
"Jangan khawatir, kamu pakai saja gaun malam itu dan nanti untuk luarnya pakai baju maid." Kata Randika di telinga Inggrid. Setelah itu, dia menggigit telinganya sambil memainkan dadanya. Dalam sekejap, Inggrid merasa tubuhnya tersengat listrik dan tubuhnya menjadi lemas. Sepertinya rangsangan yang sudah lama dia tidak terima itu membuatnya muncrat lebih cepat.
"Kamu tidak apa-apa?" Randika masih menjilati leher putih Inggrid ketika dia menyadari tubuh Inggrid yang mencengkeram erat dirinya.
Randika sepertinya menyadari istrinya yang muncrat itu dan menjadi senang, tetapi Inggrid tiba-tiba berbisik di telinganya. "Biarkan aku membersihkan diri dulu."
"Baiklah kalau begitu, aku akan menunggumu di sini." Kata Randika sambil mencium dahinya Inggrid.
Kemudian Inggrid menuju kamar mandi sambil membawa hadiah yang diberikan Randika pagi tadi.
Mendengar suara pancuran air, Randika mulai tidak sabar.
Suara detak jantung Randika benar-benar keras, tidak sabar dengan apa yang akan muncul. Dia merasa waktu berjalan dengan lambat. Dia merasa sudah menunggu selama 10 menit meskipun baru 1 menit berlalu.
Randika dengan cermat mendengarkan suara yang muncul dari dalam kamar mandi. Sepertinya suara pancuran air sudah mati dan hatinya mulai mekar. Tetapi pada saat ini, suara pancuran air dapat terdengar kembali.
Hatinya langsung menjadi redup, Randika berharap bisa melihat sosok sexy Inggrid secepat mungkin.
Akhirnya, suara air berhenti mengalir dan pikiran Randika sudah ke mana-mana. Tak lama kemudian, dia dapat mendengar suara Inggrid yang memakai bajunya. Namun, dalam sekejap dia tidak mendengar suara apa-apa dari dalam kamar mandi. Seharusnya Inggrid berusaha memantapkan hatinya.
Mendengar suara langkah kaki Inggrid yang terdengar mondar-mandir, seharusnya sebentar lagi istrinya akan keluar.
Setelah beberapa saat, suasana kembali hening dan Inggrid belum keluar. Randika sudah tidak sabar lagi dan bertanya. "Sayang, kamu tidak apa-apa?"
"Ran, aku tidak mau keluar." Suara Inggrid terdengar malu.
"Sayang, tenang saja. Di rumah ini cuma ada kita berdua, bahkan Ibu Ipah saja tidak ada. Bukankah kubilang kalau baju itu khusus saat kita berduaan saja?" Kata Randika.
Malu? Buat apa malu? Yang tepat adalah menggairahkan!
"Kalau begitu, aku keluar sekarang." Kata Inggrid sambil memantapkan hati.
"Keluarlah." Randika menatap lekat-lekat pintu kamar mandi.
Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka dan hanya kepala Inggrid saja yang keluar.
"Kemarilah sayang, tidak usah malu begitu." Kata Randika sambil berusaha membujuk Inggrid.
Di bawah bujukan Randika berkali-kali, akhirnya Inggrid keluar. Dalam sekejap, sosok maid ala jepang berdiri di hadapan Randika.
Cantik!
Tatapan mata Randika terlihat senang.
Sosok Inggrid yang sekarang benar-benar menggoda. Dress yang dipadukan oleh celemek, rok, aksesoris rambut berupa telinga kelinci itu membuat sosok dewasa Inggrid terlihat cantik. Dadanya yang besar itu mencuat dengan hebat. Di bagian bawahnya, Inggrid memakai stoking jala hitam yang membuatnya makin sexy.
Setiap hari jas yang dipakai oleh Inggrid membuatnya terlihat dewasa dan perempuan yang mandiri, sekarang dia hanyalah seorang maid yang cantik.
Randika merasa puas telah berhasil membujuk istrinya itu memakai baju seperti itu.
Inggrid berdiri kaku di depan Randika, tangannya meraih telinga Randika dan dia berbisik pelan. "Bagaimana menurutmu?"
"Sayang, kamu sempurna." Randika merasa hatinya dibakar oleh api cinta. "Sini kemarilah."
"Ah!"
Tangan Inggrid langsung disambar oleh Randika dan sekarang dia duduk di pangkuannya.
Duduk di pangkuan orang yang dicintainya, Inggrid hanya bisa menundukan kepalanya sambil tersipu malu.
Tidak kuat melihat keimutan istrinya, dalam sekejap Randika memberinya french kiss.
"Sayang…" Randika melepas bibirnya dan mencupang leher Inggrid sambil mengatakan. "Kamu harus memanggilku tuan untuk malam ini."
Tuan?
Inggrid kehabisan kata-kata untuk sesaat, wajahnya kembali memerah. Kenapa Randika ingin mempermalukan dirinya terus seperti ini? Apa dia tidak tahu bahwa hal itu memalukan bagi dirinya?
"Jika kamu tidak mau memanggilku seperti itu, aku akan menghukummu." Kata Randika sambil meremas dadanya.
"Sayang, panggil aku tuan." Randika ingin merubah kebiasaan sex yang dimiliki Inggrid. Dia tidak ingin hanya melakukan penetrasi, terkadang roleplay atau foreplay seperti posisi saling menghisap bisa membuat kehidupan sex mereka makin berwarna.
Oleh karena itu, panggilan tuan untuk hari ini sangatlah penting. Selama Inggrid melakukannya, langkah pertama Randika untuk kehidupan sex yang menggairahkan dengan Inggrid selangkah lebih maju.
Inggrid terlihat membuka mulutnya tetapi tidak ada suara yang keluar.
"Ran, aku tidak bisa." Kata Inggrid dengan suara pelan.
Karena Inggrid dipangku oleh Randika, akhirnya Randika memutuskan untuk menggodanya sampai Inggrid mau memanggilnya tuan.
"Sayang, jika kamu tidak memanggilku tuan, aku akan terus menghukummu." Kata Randika sambil tangannya bermain-main.
Di bawah serangan tangan Randika, Inggrid terus menerima rangsangan yang intens. Inggrid terus bertahan dari serangan Randika, lalu Randika berbisik di telinganya. "Sayang, panggil aku tuanmu."
Inggrid terlihat membuka mulutnya tetapi lagi-lagi tidak ada suara yang keluar.
Tiba-tiba gerakan Randika berhenti total pada saat ini. Inggrid merasa bahwa dia telah kehilangan sesuatu yang berharga dan hatinya menjadi kosong.
"Sayang, berusahalah!" Randika mengelus rambut Inggrid, dia sendiri sebenarnya sudah tidak tahan ingin mengacak-acak tubuh Inggrid. Namun, dia harus menahan diri. Kalau tidak, impiannya tidak akan terwujud.
Tubuh Inggrid seperti sedang terbakar, dia ingin memanggil Randika tuan tetapi suaranya sama sekali tidak bisa keluar. Seakan-akan ada sesuatu yang mencegahnya.
"Sayang, jangan khawatir. Tidak akan ada yang tahu." Randika terus membujuk.
"Tuan…."
Akhirnya, setelah perang batin sekian lama, Inggrid berhasil mengatakannya meskipun dengan suara pelan. Setelah kata-kata itu keluar, hatinya terasa lega seakan-akan beban dalam hatinya sudah terangkat.
"Karena aku tuanmu, kamu harus mendengar kata-kataku." Bibir Randika sudah menempel di telinga Inggrid.
Inggrid mengangguk pelan, hatinya sudah terasa lega. Tubuhnya sendiri sudah terasa panas dan sudah tidak sabar lagi. Apa pun yang diinginkan Randika akan dia lakukan.
Sekarang Inggrid benar-benar tersihir oleh Randika.
"Sekarang, tuanmu ini ingin melihat pakaian dalam apa yang kamu pakai hari ini." Randika menjilati bibirnya. "Lepaslah bajumu satu per satu."
Membantu Inggrid untuk berdiri, Randika lalu berkata. "Lepaslah bajumu itu di depanku."
Hati Inggrid kembali mengepal. Meskipun tubuh telanjangnya sudah pernah dilihat oleh Randika, dia selalu membuka bajunya dalam keadaan gelap. Dan sekarang Randika ingin dia membugili dirinya di hadapannya? Terlebih, dia sekarang memakai pakaian dalam yang diberikan Randika pagi tadi.
Di bawah bujukan Randika, Inggrid perlahan membuka roknya dengan kedua tangannya.
Randika sudah tidak sabar, dia ingin mendorong Inggrid ke tempat tidur. Namun kali ini, dia harus menghancurkan kebiasaan Inggrid yang jadul ini.
Inggrid melucuti dirinya dengan kecepatan yang sangat pelan. Setelah beberapa menit, akhirnya dress maid itu telah terlepas semuanya. Dalam sekejap, pakaian dalam hitam yang dibalut dengan gaun malam berwarna ungu transparan itu nampak indah di mata Randika.
Randika tidak bisa melepaskan matanya sedetik pun dari Inggrid. Inggrid yang merasa malu langsung menutupi dadanya dengan kedua tangannya.
"Biarkan aku melihatnya sayang!" Napas Randika sudah mulai berat, penisnya juga sudah keras dan terasa sakit.
Dengan wajah merah, Inggrid membuka tangannya. Sekali lagi pakaian dalam yang sexy itu memenuhi mata Randika.
"Sayang kemarilah." Kata Randika.
Inggrid yang malu itu datang ke pelukan Randika dan mereka berdua memulai malam yang panjang ini dengan sebuah foreplay yang intens.
Setelah muncrat sekali di dada Inggrid, Randika sudah tidak tahan lagi. Tidak lama kemudian mereka berdua saling menikmati malam yang menggairahkan ini.
Malam itu, teriakan desahan Inggrid benar-benar keras. Burung-burung yang bersarang di rumahnya merasa malu ketika mendengarnya. Inggrid sendiri merasa bahwa hubungan badan mereka hari ini adalah yang terbaik dari yang pernah mereka lakukan. Benturan pinggang itu berlangsung selama 4 jam tanpa henti.
...…
Malam ini benar-benar menggairahkan bagi Randika, dia sudah lama memendam nafsu birahi ini sejak di Jepang. Sedangkan Inggrid yang kelelahan tertidur pulas di lengan Randika. Saat matahari pagi bersinar, kedua orang ini masih tertidur pulas seperti suami istri yang harmonis.