Randika membuka matanya dan menatap Inggrid yang tidur dengan nyenyak di lengannya. Randika tersenyum dan mencium dahi Inggrid. Namun, Inggrid benar-benar kelelahan karena serangan Randika yang intens dan tanpa henti itu jadi dia masih tertidur dengan lelap.
Ketika Randika memikirkan kejadian tadi malam, semuanya berjalan dengan sempurna. Terlebih, Inggrid memanggilnya tuan dan mau memakai dress maid yang dia belikan. Tentu saja, roleplay kemarin bukanlah satu-satunya kejadian menarik. Randika mencoba beberapa posisi yang tidak biasa dan hasilnya benar-benar bagus.
Apalagi ketika desahan Inggrid lebih keras daripada sebelumnya, Randika mengangguk puas.
Inggrid masih tertidur dengan lelap, Randika memindahkan kepala Inggrid secara perlahan. Namun, tubuh telanjang Inggrid tiba-tiba dapat terlihat. Sambil menelan air liurnya, tangan Randika mulai meraba-raba.
Meskipun sedikit linglung, Inggrid merasakan rangsangan ini dan terbangun.
"Selamat … " Bahkan sebelum dia selesai berbicara, Randika sudah menciumnya. Inggrid menyambut ciuman pagi ini dengan baik, memang rutinitas suami istri sesudah bangun adalah ciuman.
Benar-benar situasi yang menghangatkan hati.
Setelah melepaskan bibirnya, Randika berbisik di telinga Inggrid. "Sayang, apa kamu suka posisi kemarin?"
Wajah Inggrid menjadi merah ketika dia memikirkan sex mereka yang tidak biasa itu, tetapi dia harus mengakui bahwa kemarin malam benar-benar luar biasa.
"Biasa saja tuh." Inggrid memalingkan wajahnya, dia malu untuk mengakuinya.
Mengetahui sifat istrinya yang malu-malu itu, Randika tersenyum. Tanpa ragu-ragu, dia mencium Inggrid kembali. Pada saat ini, tangannya ikut berenang-renang di tubuh indah Inggrid. Tak lama kemudian, tangannya sudah menuju ke arah paha Inggrid.
"Kamu mau melakukannya lagi?" Inggrid terkejut.
"Kita harus olahraga pagi sebelum memulai hari biar segar." Randika tertawa dan memberikan stimulus agar Inggrid menjadi basah. Setelah itu mereka kembali berhubungan badan.
...…..
Akhirnya perang mereka berdua telah selesai. Randika dan Inggrid segera menuju lantai bawah untuk sarapan; Ibu Ipah sudah kembali pagi tadi dan sudah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Melihat makanan yang layak makan itu, Randika menghela napas lega. Untungnya saja dia tidak perlu memakan masakan buatan istrinya lagi.
Di meja makan, Ibu Ipah menatap wajah Inggrid lekat-lekat. Dia lalu berkata sambil tersenyum. "Nona, Anda terlihat cantik hari ini."
"Benarkah?" Inggrid langsung memegang wajahnya. Kemudian dia menatap Randika dan dia menyadari bahwa Randika berkedip ke arahnya. Sepertinya protein yang disuruh telan oleh Randika membuat wajahnya makin kencang? Tidak, tidak, tidak mungkin!
Wajah Inggrid terlihat merah dan dia makan sarapannya sambil menundukan kepalanya.
Setelah sarapan, Inggrid langsung bergegas menuju kantor karena ada rapat pagi-pagi. Setelah memberi Randika sebuah ciuman, Inggrid langsung pergi. Randika sendiri tidak terburu-buru dan mandi terlebih dahulu.
Setelah keluar, Randika berniat untuk jalan-jalan. Suasana hatinya sedang baik karena kejadian semalam dan juga dia belum beristirahat sejak kembali dari Jepang.
Ketika dia berjalan di area mall, Randika memperhatikan perempuan-perempuan cantik yang melewatinya. Pada saat ini, seorang lelaki muda melewati dirinya dan menutupi pemandangannya. Sambil memaki dalam hatinya, tiba-tiba ada mobil yang berhenti di sisi jalan. Sesudahnya pintu mobil terbuka, pria berbadan besar memakai topeng kain berjalan keluar dan menghampiri dirinya.
Ekspresi Randika sama sekali tidak berubah, matanya masih tertuju pada kaki-kaki perempuan yang berjalan itu. Sedangkan pemuda yang melewati dirinya itu sudah ketakutan setengah mati, apa mereka datang untuk menculikku?
Kecepatan jalan para pria berbadan besar itu cepat, tidak perlu waktu lama bagi mereka untuk mengepung target mereka. Anehnya, mereka mengeluarkan kain hitam dan membungkusnya ke kepala Randika.
"Akhirnya aku bisa menangkapmu Richard! Kamu kira bisa kabur seperti sebelumnya?"
Pria berbadan besar itu berteriak di samping telinga Randika, dia dengan cepat mengikat tangan Randika dengan tali rafia.
Tidak tahu apa-apa, tiba-tiba kepalanya sudah tertutup oleh kain hitam dan tangannya diikat, Randika benar-benar bingung. Namaku Randika bukan Richard!
Tetapi Randika sendiri tidak bisa berhenti tertawa, dia baru pertama kali melihat penculik yang salah tangkap orang. Mana mungkin dirinya tidak tertawa?
Randika sama sekali tidak melawan, dia dengan cepat diseret oleh penculiknya ke mobil.
Proses penculikan ini berlangsung beberapa detik dan tidak mengundang terlalu banyak perhatian. Setelah mengikat dan menutup kepala korbannya, mereka segera pergi dari tempat itu.
Pemuda yang sebelumnya berjalan melewati Randika itu berdiri kaku di tempat dengan wajah yang bingung.
Setelah dipikir-pikir, kejadian ini benar-benar terjadi terlalu cepat dan hal ini membuat hatinya justru gelisah.
Kenapa begitu? Dia adalah anak dari orang terpenting di kota ini dan tidak ada orang yang tidak mengenal keluarganya. Tetapi dia telah dididik dengan baik dan selalu mengutamakan kerendahan hati. Oleh karena itu, orang-orang banyak menyukai sifat tuan muda satu ini. Dan sekarang penculik itu salah menangkap orang? Dia sama sekali tidak ingin orang tidak bersalah terlibat dalam masalah hidupnya.
Richard langsung mengeluarkan HP miliknya dan menelepon. "Halo ayah? Bisa minta tolong? Aku barusan melihat orang lain diculik dan sekarang aku butuh..."
Di lain sisi, mobil para penculik itu melaju kencang. Randika yang duduk di tengah-tengah oleh pria berbadan besar ini masih tertawa dalam hatinya. Sedangkan para penculik itu terus memperhatikan keadaan. Setelah beberapa saat, mereka menghela napas lega karena tidak ada yang mengejar mereka.
"Hahaha! Kita kaya!"
Salah satu penculik tertawa dan teman-temannya ikut tertawa. Selama bocah bernama Richard ini diserahkan pada klien mereka, mereka akan menjadi kaya raya.
"Aku tidak menyangka bocah kaya sepertimu ternyata penurut seperti ini. Hahaha, ini juga salahmu berjalan sendirian di siang bolong seperti ini. Kau kira rumahmu itu tidak ada yang mengawasi?" Kata salah satu penculik.
Namun, Randika sama sekali tidak menjawab.
Pria paruh baya yang duduk di samping kursi pengemudi itu menyalakan rokoknya. "Sudah kau diam saja, kita tidak dibayar untuk mengoceh."
"Maaf." Kata penculik itu.
Selama perjalanan, suasana benar-benar hening. Setelah beberapa saat, seorang di antara mereka itu merasa ada yang salah. Kenapa bocah bernama Richard ini terlihat tenang? Apa karena dia ketakutan sampai-sampai tidak punya suara lagi? Atau jangan-jangan dia tidak bisa bernapas?
Kalau bocah ini sampai mati, bukan hanya saja uang komisi mereka lenyap, kejadian ini akan menarik perhatian media.
"Hei, cepat lepaskan topengnya! Jangan sampai dia mati karena tidak bisa bernapas."
Mendengar kata-kata ini, mereka semua menahan napas mereka. Mereka tidak boleh membiarkan target mereka ini mati.
Ketika kain hitam itu terlepas dari kepala Randika, wajah Randika dapat terlihat dengan jelas.
Eh?
Seorang penculik yang duduk di samping Randika terkejut. Kenapa wajahnya beda dengan yang ada di foto?
Penculik lainnya juga nampak bingung ketika melihat foto yang telah dibagikan sebelumnya.
Randika menatap para penculik yang sedang linglung itu dan tidak bisa berhenti tertawa. "Kerja yang bagus."
Tiba-tiba, wajah para penculik itu menjadi merah karena malu dan berkata pada bos mereka yang sedang merokok. "Bos, sepertinya kita salah menculik orang."
CKIT!
Mobil yang melaju kencang ini langsung mengerem mendadak dan membuat orang di dalamnya terkejut.