"Tenangkan dirimu dulu, sepertinya kamu salah paham." Salah satu dari pebisnis berdiri dan tersenyum ke arah Randika.
"Benar katanya, jangan terlalu membuat keributan di tempat umum seperti ini. Semua bisa diselesaikan dengan baik bukan? Katakan berapa jumlah uang kau butuhkan untuk melupakan ini."
Pada saat ini, manajer dari bar ini datang bersama beberapa orang. Mereka semua terkejut melihat Randika berdiri di hadapan para pebisnis ini, terlebih lagi pelanggan setianya yang bernama Aldo itu tergeletak tak sadarkan diri.
"Ada apa ya ini? Mengapa kalian membuat ribut di tempat ini?" Kata si manajer sambil terlihat cemas.
Awalnya Randika tidak menjawab, tetapi dia samar-samar berkata pada para pebisnis itu. "Siapa yang ngide untuk mengajak pacarku untuk minum sebelumnya?"
Billy lalu tersenyum dan mengatakan. "Bagaimana kalau kita mencari cara damai dan melupakan semua ini? Kau akan kuberi 25 juta dan kita akan kembali minum di meja masing-masing, bagaimana menurutmu?��
"Aku tanya siapa yang berani mengajak pacarku tadi?" Tatapan mata Randika terlihat dingin dan aura membunuh yang sebelumnya dia tahan telah merembes keluar. Dalam sekejap, orang-orang ini merasakan udara menjadi berat dan mereka tidak bisa bernapas.
"Sudah, sudah, tenangkan dirimu dulu." Seseorang mulai menengahi. "Pak Billy yang awalnya ingin mengajak pacarmu untuk minum, tetapi kita hanya ingin berteman dengannya tidak lebih. Betul begitu kan pak Billy?" Billy langsung mengangguk dengan keras. "Benar, tidak ada maksud lain. Aku hanya ingin berkenalan dan minum bersama pacarmu yang cantik itu."
"Jadi kamu yang bernama Billy?" Mata Randika terkunci pada sosok Billy.
Billy merasa punggungnya sudah basah oleh keringat, dia tidak menyangka pemuda ini akan semengerikan ini. Dia belum pernah menghadapi orang dengan aura mengerikan seperti ini. Dia sudah lama menjadi pebisnis dan bisa membaca sifat orang dari hawa keberadaannya. Dan hawa keberadaan pemuda di depannya ini benar-benar mengerikan, itu cukup menunjukan bahwa pemuda di depannya ini bukanlah orang lemah.
"Sebagai permintaan maaf bagaimana kalau aku gandakan uangnya menjadi 50? Seharusnya itu cukup sebagai kompensasi." Kata Billy sambil tersenyum.
Tetapi, wajah Randika masih terlihat dingin. Dia sama sekali tidak tertarik dengan uang yang ditawarkan oleh Billy. Randika justru berdiri di hadapan Billy persis dan memegangi kursinya dengan satu tangan. Sebelum siapapun bisa bereaksi, Randika menjambak rambut Billy dan menghantamkannya ke meja.
DUAK!
Wajahnya membentur gelas hingga pecah dan sekarang wajah Billy sudah dipenuhi darah dan pecahan kaca. Kejadian ini membuat orang-orang di meja itu ketakutan.
Manajer dari bar ini terkejut bukan main. Dia tidak menyangka Randika akan berani berbuat seperti itu di tempatnya, keringat dingin mulai mengalir di dahinya.
"Wow, orang itu benar-benar punya nyali."
"Sudah gitu dia juga sangat kuat!"
Para pengunjung yang memperhatikan secara diam-diam sudah terkagum-kagum. Jika mereka yang diusik oleh para pebisnis itu, mereka mungkin tidak punya nyali untuk berbuat seperti yang dilakukan oleh Randika.
Para pebisnis yang lain mulai marah, Billy adalah tamu kehormatan mereka untuk hari ini dan sekarang dia malah terluka.
"Kau benar-benar gila bocah! Kita bisa menyewa pembunuh untuk membunuhmu tahu!" Kata salah satu dari mereka dengan wajah bengis.
"Riwayatmu benar-benar tamat. Aku kasih tahu, kota ini sudah ada di tanganku dan percayalah bahwa tidak ada tempat untukmu bersembunyi."
"Itu semua tergantung," Randika menatap mereka semua dengan tajam. "Itu tergantung apakah kalian bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup."
Ketika mendengar hal ini, wajah si manajer menjadi pucat pasi. Kau ingin membunuh di barku? Bagaimana mungkin dia bisa menjelaskan hal ini pada bosnya?
"Cukup, cukup, tolong lupakan saja masalah ini." Kata si manajer pada Randika. "Terima saja uang yang mereka tawarkan dan kita semua bisa pergi secara damai.��
"Buat apa aku menerima uang mereka?" Wajah Randika terlihat bengis. "Aku akan mengambil uang mereka ketika mereka sudah menjadi mayat."
"Menyewa pembunuh untuk membunuhku? Jika kalian tidak punya 1 triliun dollar Amerika, jangan banyak bacot. Satu-satunya cara kalian untuk membunuhku adalah menyewa seluruh prajurit PBB untuk memburuku." Mungkin kata-kata Randika ini terdengar sarkas, tetapi mengingat daya tempurnya dan pasukan yang dia miliki, hal ini tidaklah berlebihan.
Triliun dollar Amerika?
Semua pebisnis itu tertawa keras, sudah lama mereka tidak mendengar lelucon lucu seperti ini.
Melihat para pebisnis yang tertawa itu, Randika juga ikut tersenyum. Dia lalu berjalan ke lantai dansa dan mematikan musik lalu berkata dengan keras di mikrofon. "Berapapun kerugian bar hari ini, semua akan kubayar!"
Si manajer bar menghembuskan napas lega ketika mendengarnya, setidaknya kerugian barnya akan diganti apabila situasi menjadi buruk.
"Dan semua minuman hari ini gratis!" Kata Randika sambil tersenyum.
Ketika kata-kata ini masuk ke telinga mereka, semua orang berteriak dengan semangat. Beberapa perempuan mulai menggila, mereka jatuh cinta dengan sultan satu ini.
"Dan semua orang yang hadir hari ini akan pulang dengan uang 10 juta!" Lanjut Randika.
Kali ini bukan hanya teriakan yang terdengar, seluruh lantai ikut bergetar. Sultan satu ini benar-benar murah hati!
"Nikahi aku sultan!"
"Tidak, nikahi aku saja!"
Para pebisnis itu bingung harus berkomentar apa ketika mendengar kata-kata Randika. Mereka mulai penasaran dengan identitas Randika. Kalau semua orang yang datang di sini diberi 10 juta, totalnya seharusnya 1 miliar lebih.
Mereka bertanya-tanya, apa orang itu mampu membayarnya?
Randika kembali menghampiri mereka di bawah tatapan kagum orang-orang bar ini.
"Kau berani ngomong tetapi apakah kau mampu memenuhinya?" Kata salah satu pebisnis dengan nada mengejek.
"Siapa yang bilang aku akan membayar mereka?" Randika tersenyum. ���Bahkan jika aku punya uang, aku tidak akan sebodoh itu jika menghambur-hamburkan uangku. Tentu saja, uang kalian lah yang akan membayar mereka."
Uang kita?
Para pebisnis ini sekali lagi tertawa keras. Randika juga ikut tersenyum. "Jika kalian tidak membayar, kalian tidak akan pernah bisa keluar dari bar ini."
"Kau kira aku takut dengan …."
Bahkan sebelum dia selesai berbicara, Randika melayangkan sebuah pukulan tepat ke tembok. Tinjunya itu berhasil membuat lubang yang cukup besar dan seluruh tembok mulai retak.
Randika lalu duduk di sofa dan berkata dengan santai. "Kalian kira aku bercanda? Kuberi kalian 2 pilihan, bayar atau seumur hidup kalian akan berbaring di rumah sakit. Pilihlah dengan baik."
Melihat lubang di tembok itu, ekspresi wajah para pebisnis ini menjadi buruk rupa.
"Aku tidak punya waktu menunggu kalian." Randika menghela napas. "Akan kuberi kalian satu menit untuk memutuskan, jika tidak ada keputusan maka akan kupatahkan kaki kalian satu per satu. Dan jika sudah lebih dari 2 menit, kusarankan untuk ucapkan selamat tinggal pada dunia ini."
Orang-orang ini mengerti bahwa kata-kata Randika bukanlah omong kosong. Ketika para pebisnis ini ragu-ragu, suara Billy, yang wajahnya masih penuh dengan kaca itu, berkata pada Randika. "Baiklah, kami akan membayarnya."
"Pak Billy ini…" Yang lain terlihat tidak rela. Tetapi pak Billy menatap tajam mereka lalu mengeluarkan HP miliknya dan menelepon sekretarisnya untuk mengirimkannya sejumlah uang.
Setelah beberapa saat, datang seseorang dengan 2 koper besar. Setelah dibuka, koper tersebut penuh dengan uang.
"Kita akan bertemu lagi." Kata Billy sambil mendengus dingin, dia lalu menyuruh anak buahnya membawa yang terluka ke rumah sakit dan pergi dari bar.
Si manajer terpukau ketika melihat tumpukan uang di dalam koper.
Dari jauh, Viona bisa melihat seluruh aksi Randika. Dia sudah terkagum-kagum oleh Randika, dia makin yakin bahwa Randika adalah pangeran berkuda putihnya.
Pada saat yang sama, suasana bar ini makin riuh dan semua orang bersorak-sorak ketika Randika berjalan naik ke atas panggung. Dalam sekejap, suasana menjadi hening dan semua tatapan mata tertuju pada Randika.
Randika lalu tersenyum. "Hari ini aku ingin menyanyikan sebuah lagu untuk perempuan paling cantik yang pernah aku temui. Semoga dengan lagu ini, perasaanku tersampaikan."
Viona menatap Randika dan Randika menatap Viona. Mereka merasa bahwa dunia ini sekarang adalah milik mereka.
Hati Viona benar-benar bahagia dan hangat ketika mendengar kata-kata Randika berikutnya. "Lagu ini untukmu Viona, aku mencintaimu."
Dalam sekejap, semua orang berteriak histeris dan bersorak untuk Randika. Pengakuan cinta seperti ini biasanya hanya ada di TV.
Beberapa perempuan justru terlihat lemas, kenapa sultan yang romantis seperti itu sudah punya pacar?
Wajah Viona benar-benar merah, dan Randika sudah mulai menyanyikan lagu "Endless Love".
Semua orang mulai melambaikan tangan mereka secara perlahan, suara Randika terdengar benar-benar tulus. Mereka bisa merasakan cinta yang sungguh dalam dari tiap lirik yang dinyanyikan oleh Randika. Mereka semua berpikir dalam hati mereka masing-masing, pacarnya itu sungguh beruntung mendapatkan laki seromantis ini.
Pada bagian reff, semua ikut bernyanyi.
"And your eyes, your eyes, your eyes;
They tell me how much you care;
Ooh, yes;
You will always be…. My endless love."
...
Semua orang mulai ikut bernyanyi bersama Randika dan larut dalam suasana romantis ini. Si manajer sedikit terkejut ketika melihatnya, sejak kapan bar ini menjadi tempat karaoke?
Viona sudah tidak bisa menahan air mata bahagianya, hatinya benar-benar tersentuh. Ini baru pertama kalinya ada orang yang menyatakan cinta pada dirinya di depan umum.
Terkadang, alasan mengapa perempuan secantik Viona ataupun Inggrid tetap melajang seumur hidup mereka adalah karena tidak ada yang berani mencoba merebut hati mereka. Selama kita berani mencoba, kita bisa mencuri hati malaikat-malaikat ini dan memiliki kehidupan yang baik.
Yang paling penting adalah keberanian.
Setelah lagu itu selesai, banyak orang yang meneteskan air mata mereka. Suara Randika benar-benar tulus dan menyentuh hati mereka.
Di bawah tatapan mata orang-orang, Randika berjalan perlahan turun dari panggung. Dia lalu menghampiri Viona dan menariknya lalu menciumnya.
Kali ini semua orang bertepuk tangan bersamaan. Mereka mengucapkan selamat pada Randika dan Viona. Awalnya Viona merasa malu, tetapi dia takluk oleh rasa cintanya pada Randika.
Setelah beberapa saat, akhirnya Randika melepaskan bibirnya dan berbisik pada telinga Viona. "Kamu ingin melakukannya di rumahmu atau melanjutkannya di hotel?"
Viona langsung tersipu malu, dia lalu berbisik pada Randika. "Aku hanya ingin bersamamu malam ini."
"Kalau begitu kita pergi ke rumahmu." Randika menggenggam tangan Viona dan berjalan keluar dari bar.
Setelah keluar dari bar, Viona langsung memeluk lengan Randika dengan erat. Pada saat ini Randika sudah tahu bahwa malam ini Viona akan menjadi miliknya, tinggal satu langkah lagi maka haremnya akan bertambah.
Namun pada saat ini, terdengar suara dari samping.
"Kenapa perempuan secantik kamu jalan sendirian di malam hari? Bagaimana kalau kamu menemani kita bermain?"
Ketika mereka berdua menoleh, segerombolan preman sedang mengepung seorang perempuan yang masih remaja.