Shanghai China,

Setelah menempuh perjalanan selama 5 jam lamanya pesawat akhirnya take off di bandara Shanghai China. Selama di perjalanan Ludius lebih banyak menghabiskan waktu dengan Laptopnya karena pekerjaan yang seharusnya Mu Lan kerjakan dia harus mengerjakannya sendiri.

Di bandara Shanghai Ludius beserta Silvia dan Julian turun untuk dari pesawat. Kedatangan mereka di sambut oleh LongShang, WangChu dan beberapa orang organisasi dengan pakaian rapih berjajar untuk mengawal Silvia agar terhindar dari hal yang tidak pernah diinginkan seperti tempo hari. LongShang sudah mempersiapkan beberapa mobil untuk mengantar mereka ke tempat tujuan.

Ludius mendekati LongShang "LongShang siapkan mobil untuk mengantar Tuan Julian ke tempat tinggalnya". Perintah Ludius dengan dingin. Dia seperti masih marah dengan pemberian Asisten Mu Lan itu.

LongShang dan WangChu menyapa Julian ramah "Selamat Sore Tuan Julian, Perkenalkan saya LongShang Asisten Direktur Tuan Lu. Saya  mendengar banyak hal tentang anda dari Tuan Lu. Mari.. Saya telah menyiapkan kendaraan untuk mengantar anda ke tempat tujuan".

"Silvia, apa tidak apa-apa kalau Kakak tidak mengantarmu?" Tanya Julian khawatir menyerahkan tanggung jawab Silvia pada Ludius.

"Jangan khawatirkan Silvia Julian, aku akan menjaganya. Aku juga sudah menyiapkan beberapa orang untuk menjaga Silvia dari hal yang tidak diinginkan. Silahkan kamu kembalilah dahulu, setelah itu kamu boleh datang kerumahku untuk melihat keadaan Silvia. Aku tidak akan melarangmu untuk menemuinya".

"Baiklah,  Silvia jaga dirimu baik-baik. Kakak akan mengantar barang-barang Kakak dahulu. Setelah itu Kakak akan mengunjungimu".

Julian pergi diikuti LongShang yang menjadi wakil Ludius menemani Julian ke tempat tinggalnya.

Find authorized novels in Webnovel,faster updates, better experience,

"WangChu, perintahkan orang untuk membawa semua barang-barang milikku dan Silvia. Aku akan membawa mobil sendiri. Pengawalmu boleh mengikuti kami dibelakang".

Ludius membawa Silvia masuk kedalam mobil, Terlihat Silvia keheranan melihat Ludius mempunyai bawahan begitu banyak dengan segala fasilitasnya.

"Ludius, apa kamu tidak terlalu berlebihan membawa bawahan begitu banyak untuk mengantar kita, Sebenarnya kamu orang seperti apa sih?" tanya Silvia membuka percakapan di tengah perjalanan mereka.

Mendengar pertanyaan konyol Silvia Ludius justru menahan tawa karenanya. "Coba kamu tebak, menurutmu aku orang seperti apa?" Tanya Ludius balik.

"Ehm.. Entahlah. Sejauh ini menurutku kamu orang yang hangat". Jawab Silvia secara sederhana.

"Hanya itu, Apa aku tidak terlihat tampan dimatamu?" Goda Ludius. Sesekali dia melihat wajah Silvia dengan senyum mautnya.

"Sejak kapan kamu menjadi terlalu percaya diri? Apakah sebelum aku hilang ingatan kamu juga sering menggodaku seperti ini?" Tanyanya kembali, rupanya kata-kata Ludius mampu membuat wajah Silvia merona merah. Silvia sedikit kaget melihat Ludius yang dia lihat selama di Indonesia berbeda dengan dia yang sekarang ada di sampingnya.

"Jangan memasang wajah menggemaskan seperti itu sayang. Apa Kamu sedang menggodaku?" Ledek Ludius kembali.

Silvia memanyunkan bibir melihat sisi Ludius yang lain "Siapa yang sedang menggodamu, Apakah seperti ini caramu merayu wanita? Berarti levelmu masih Terlalu rendah!" ledek Silvia.

"Tergantung, kalau itu kamu maka aku akan memakai level tertinggi untuk menggodamu". Jawab Ludius balik. Dia tersenyum simpul melihat Silvia terdiam.

Tidak terasa mobil telah berhenti didepan Kediaman Ludius yang pernah Silvia tinggali. Ludius memarkirkan mobil didepan pintu masuk dan keluar dari mobil. Didepan mereka sudah ada Bibi Yun dan para pelayan lain yang berjajar menunggu kepulangan mereka. Silvia turun dari mobil dibantu Ludius, pelayan sudah menyiapkan kursi roda untuk Silvia pakai.

"Selamat datang kembali Nona Silvia, Saya Bibi Yun, kepala pelayan dari Kediaman Tuan Lu". Sapa Bi Yun hangat.

"Bibi Yun, apa kita pernah bertemu sebelumnya, Mengapa Bibi seperti sangat mengenalku?" tanya Silvia. Dia merasa sangat asing tiba-tiba berada di tempat yang tidak dia kenal.

"Sayang.. Jangan terlalu difikirkan. Kamu memang pernah tinggal disini sebelumnya. Jadi wajar bila Bibi menyapamu".

Silvia mengerutkan kening "Sejak kapan aku memperbolehkanmu memanggilku Sayang. Namaku Silvia Zhu, bukan sayang! Simpan saja panggilan sayangmu untuk wanitamu!" Kata Silvia jutek.

"Baru 1jam kita sampai di China, dan kamu sudah kembali menjadi Silvia yang cerewet dan jutek. Kalau tahu akan secepat ini seharusnya aku membawamu lebih awal ke China. Agar kamu bisa kembali seperti burung yang suka berkicau kalau dekat denganku" ledeknya.

Suasana hati Ludius sedikit lebih tenang melihat Silvia sudah kembali seperti dirinya yang biasanya. Rasanya Ludius ingin setiap hari mengusili Silvia yang mudah tersinggung ini.

"Apa kamu sedang mengolok-olokku? Memangnya kenapa kalau aku seperti burung yang suka berkicau. Orang seperti kamu memang seharusnya di ceramahi biar penyakit usil dan Kepedeannya berkurang!"

Silvia memalingkan wajah dari Ludius, dia baru tahu orang yang kelihatan pendiam saat di Indonesia, ternyata begitu cerewet dan menyebalkan.

Didalam rumah Ludius menyiapkan kamar baru untuk Silvia. Karena dulunya kamar Silvia berada di Lantai dua, demi keselamatan Silvia Ludius menyiapkan kamar di lantai bawah. Dia membawa Silvia ke kamarnya.

"Ini kamar barumu Sayang, apa kamu suka?" Tanya nya.

Ludius sengaja tidak mengubah penataan tempat dan isi kamarnya dengan kamar yang lama untuk membuat Silvia lebih nyaman.

"Ini kamarku, Benarkah?" Katanya tidak percaya.

Ludius membawa Silvia untuk melihat-lihat isi kamarnya.

"Sayang lihatlah, ini adalah beberapa pakaian dan gaun yang pernah kamu pakai, dan ini Laptop serta beberapa Buku yang kamu tinggal disini". Kata Ludius sembari memperlihatkan beberapa barang milik Silvia.

"Istirahatlah! Jangan memaksakan diri, Panggil pelayan jika kamu membutuhkan sesuatu. Aku akan meminta Bibi Yun membawakan makan malam untukmu". Mengusap kepala Silvia dan pergi dengan senyuman.

Silvia masih melihat seisi ruangan, karena Silvia memakai kursi roda dengan tombol otomatis untuk menjalankannya, Dia bisa melakukan banyak hal sendiri. Saat Silvia sudah didepan pintu kamar mandi, dia mencoba untuk berdiri mengandalkan tangan kanannya sebagai tumpuan.

"Aku harus bisa mengandalkan tubuhku sendiri. Kalau aku tidak mencobanya, sampai kapanpun aku tidak akan bisa". Katanya pada diri sendiri.

Perlahan-lahan Silvia mencoba berdiri dari kursi rodanya, dan berhasil berdiri dengan tangan sebagai tumpuan.

"Sedikit lagi, aku harus bisa!" Katanya menyemangati diri sendiri.

Silvia sedikit memaksa menggerakkan kakinya agar bisa masuk kedalam kamar mandi. Disaat sedang mencoba melangkah, tangan kanan Silvia yang dia gunakan sebagai tumpuan tidak kuat menahan beban tubuhnya hingga membuatnya tergelincir dan jatuh. Seketika Silvia pinsan tanpa ada yang mengetahuinya.