Belum sampai disini Ludius memberi kejutan pada Silvia. Masih ada kejutan terakhir yang menanti malam nanti. Karena waktu sudah sore Ludius membawa Silvia kembali ke Rumah Sakit untuk membersihkan diri. Diam-diam Ludius sudah pesankan Dress yang Silvia inginkan di butik waktu berbelanja dengan suster.

"Kita akan kemana lagi Tuan Lu?" Tanya Silvia bingung karena hari benar-benar penuh kejutan.

"Pulang ke rumah sakit. Ini sudah waktunya kamu di periksa dan membersihkan diri. Suster sudah menunggumu disana.Hehe.. Dokter mungkin akan marah nanti karena aku telah membawa pasiennya kabur". Kata Ludius dengan tertawa aneh.

….

Di rumah sakit, Ludius membawa Silvia ke ruangannya. Tidak disangka Hanson dan Lithian datang menjenguk Silvia. Silvia yang melihat ada dua orang pria datang ke ruang rawatnya membuatnya bingung.

Ludius yang mengetahui kondisi ini langsung bergerak. "Sayang.. Mereka adalah Dosen dan Mahasiswa dari kampus tempat kamu kuliah dulu" kata Ludius memberitahu.

'Aku mengenal mereka? Tapi siapa sebenarnya mereka?'. Silvia mencoba mengingat-ingat.

Silvia memandang lekat-lekat kedua pria yang berdiri didepannya itu. Tiba-tiba sekelebat ingatan masa lalu singgah dari fikirannya. Ingatan tentang pertemuan antara Ludius, Li Thian dan Hanson. Silvia mengerang kesakitan, dia memegangi kepalanya yang terasa sakit.

Ketiga pria yang sejatinya tertarik pada Silvia ini membuat respon yang sama. Mereka bergerak mendeti Silvia dan dan menanyakan hal yang sama.

"Sayang.. Apa ada yang terluka?". Tanya Ludius. Li Thian dan Hanson yang sadar telah memegangi Silvia tersadar dengan perkataan Ludius.

"Tidak.. Aku hanya sedikit pusing. Tapi jelaskan padaku, Sebenarnya siapa kalian?" tanya Silvia lirih

Ludius menggendong Silvia dan membaringkannya di ranjang. Dengan cepat dia menghubungi Dokter untuk datang keruangan Silv

Melihat kesungguhan Ludius dalam menjaga Silvia, Li Thian berbalik arah tanpa memjawab pertanyaannya. Dalam fikiran Li Thian, dia memang sudah harus menyerahkan tanggung jawab menjaga Li Thian pada Ludius.

Disaat Li Thian akan keluar, Julian masuk dengan membawa sedikit cemilan untuk Silvia.

"Silvia.. Mereka siapa?" Tanya Julian sedikit kaget karena melihat beberapa pria di ruangannya

"Ah itu Kak.. Mereka mengatakan kalau mereka Dosen dan teman Mahasiswa di Kampus". Jawab Silvia dengan memasang senyum di paksakan menahan sakit.

Mata pria-pria itu saling memandang dengan sinis, suhu ruangan tiba-tiba berubah menjadi dingin. Seperti terjadi perang dingin antara mereka.

'Situasi macam apa ini? Seseorang tolong, cairkan suasana yang beku ini!'. Batin Silvia.

Tidak lama Suster Jing Mi datang membawa beberapa peralatan medis dan pakaian yang sudah Ludius pesankan.

"Tuan-tuan. Bisakah kalian keluar, biarkan pasien untuk istirahat. Kalian bisa menjenguknya lain waktu". Kata Suster Jing Mi memecah keheningan.

Satu persatu mereka keluar tanpa berbicara sepatah katapun yang membuat Silvia semakin penasaran ada hubungan apa mereka dengannya. Jika hanya sebuah teman dan guru Silvia berfikir tidak mungkin akan seserius ini suasanya.

Kini tersisa Ludius dan suster Jing Mi yang berada di ruangan Silvia.

"Sayang.. Mengapa wajahmu begitu pucat? Apa kedatangan mereka mengganggu fikiranmu?" Tebak Ludius..

"Dari mana kamu tahu aku sedang memikirkan itu?" Tanya Silvia dengan wajah cemberut.

"Aku ada disampingmu tidak sekali dua kali. Kita sudah menghabiskan banyak waktu bersama. Semua tentangmu aku pasti tahu". Kata Ludius dengan mengusap kepala Silvia.

Ditengah-tengah perdebatan mereka, Suster Jing Mi melakukan tugasnya tanpa mengganggu.

"Tuan dan Nona, saya perhatikan kalian semakin akrab". Kata Jing Mi yang melihat mereka saling tarik ulur.

*Drrrt… Drrrt..* terdengar bunyi ponsel milik Ludius. Dia segera mengangkat telefon dari LongShang

???? "Ludius! cepatlah kembali kerumah segera,  Qi'er mengamuk didepan rumahmu. Sebelum dia berbuat hal yang gila kembalilah segera!. Sampai saat ini dia baik-baik saja". Ludius menutup telefonnya.

'Wanita sialan, apa dia sengaja melakukan ini untuk membuatku terpojok?' Batin Ludius.

"Suster, tolong jaga Silvia! Aku ada urusan sebentar". Ludius mencium kening Silvia dan buru-buru keluar.

...

Dirumah Qi'er berteriak sesuka hati memanggil nama Ludius. Dia bahkan tidak mendengarkan perkataan Bibi Yun.

Find authorized novels in Webnovel,faster updates, better experience,

"Ludius sialan. Kamu telantarkan aku hanya karena wanita cacat. Aku apa terlihat lebih rendah darinya?" Teriak Qi'er.

*Plaak..* tamparan melesai di wajahnya.

Ludius memandang Qi'er dengan tatapan mematikan.

"Apa kamu masih mempertanyakan keputusanku? Dengar baik-baik!" Memegang janggut Qi'er dengan kasar  "Aku masih memungutmu karena aku masih menghargai keinginan Silvia. Jika dia menyuruhku untuk membunuhmu saat ini, maka aku tidak segan untuk melakukannya. Dan satu hal lagi, aku masih belum percaya bayi yang ada dalam kandunganmu adalah anakku. Jika kamu terbukti membohongiku, jangan berharap untuk melihat matahari terbit!". Ludius melepas cengkramannya pada Qi'er.

"LongShang, bawa dia dan beberapa pelayan ke Villa. Minta pelayan untuk merawatnya dengan baik. Dan awasi dia jangan sampai kabur dari tempat itu". Perintah Ludius.

"Kamu mau membawaku kemana pria sialan? Apa kamu ingin merungungku. Jangan harap!"

"Dengar Qi'er, seharusnya kamu bersyukur aku hanya mengurungmu. Jika bukan karena aku ingin menepati janjiku untuk tidak membunuh siapapun. Kamu pasti sudah tinggal nama" kata  Ludius lirih di telinga Qi'er.

Beberapa pengawal membawa Qi'er pergi dari hadapan Ludius.

'Aku tidak tahu sampai kapan aku akan terus diam, perasaanku masih belum siap menerima kebencian Silvia jika dia tahu ada seorang wanita yang mengaku hamil karenaku'. Batin Ludius.