Chapter 99 - 99. Mengunjungi Makam

3 Hari berlalu tanpa adanya Ludius disisi Silvia, perkataan jahil dan tatapan mesum yang biasa Ludius tunjukkan seakan membuat Silvia merasakan sebuah arti dari kerinduan. Dalam 3 Hari ini Ludius terus berada di kantor dan tidak pernah kembali kerumah. Karena tidak di perbolehkan ke kantor olehnya, Hari-hari Silvia menjadi terasa lebih lama karena dia habiskan untuk beristirahat dan melakukan segala hal dirumah, bahkan masalah yang mengganggu fikirannya terakhir kali teralihkan dengan kebosanan dan kerinduannya. Sesekali Silvia keluar itupun untuk menemani Ibunya atau Bibi berbelanja.

Di sore hari Ludius kembali kerumah setelah 3 Hari lamanya tanpa kabar. Dia datang menjemput Silvia untuk membawanya ke sebuah tempat. Silvia yang saat itu tahu Ludius akan menjemputnya seketika hatinya merekah, seakan perasaan rindu yang dia tahan selama 3 Hari terbayar sudah.

"Sayang, Apa kamu sudah siap?". Tanya Ludius yang sudah berada di ambang pintu kamar.

Silvia hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman termanisnya. Ludius yang melihat hanya bisa memandang dengan tatapan kerinduannya. Silvia mungkin menyadari dia akan di bawa ke tempat seperti apa oleh Ludius, jadi dia menggunakan pakaian yang sederhana dan terkesan anggun.

Mereka keluar bersama menuju mobil yang sudah didepan pintu utama. Ludius membukakan pintu dan mempersilahkan Silvia masuk. Kali ini Ludius bersikap bak pengawal pribadi dari Putri di sebuah Negeri Dongeng. Dia masuk dan  menancapkan gas. Dia kali mengendarai mobil dengan sedikit pelan, seakan tidak ingin melewati setiap detik yang dia habiskan bersama Silvia.

"Sayang, 3 Hari tidak melihatmu membuatku sangat rindu. Tidak bisakah aku mendapat sedikit hadiah karena berhasil menahan rindu selama ini?".  Katanya yang masih memegang kemudi. Sesekali dia memandang kearah Silvia.

"Apakah hadiah begitu penting untukmu Tuan Ludius? Lagi pula siapa suruh 3 Hari pergi tanpa kembali dan kabar. Itu salah mu, bukan salahku!". Tolak Silvia dengan memanyunkan bibirnya.  Silvia tidak habis fikir, Ludius pergi selama 3 tanpa kembali walau hanya sekedar menemuinya atau memberi kabar, dan sekarang tiba-tiba datang dan membawanya pergi tanpa mengatakan sesuatu. Lebih menyebalkan lagi, besok adalah hari pernikahan mereka. Silvia merasa seperti sedang di permainkan perasaannya oleh Ludius.

"Apakah kamu sedang marah?. Heh… ternyata Nyonya Lu merindukanku ya? Haruskah aku memberikanmu ciuman untuk bisa meredakan amarahmu? ". Tanya nya jahil.

"Perhatikan jalanmu Tuan,  dan Terima kasih! Tapi sayang, modusmu kali ini tidak mempan terhadapku. Lain kali cari cara yang bisa membuatku tidak bisa menolak mu ". Tantang Silvia ketus dengan tatapan kedepan tanpa sedikitpun melihat kearah Ludius.

"Apakah kamu sedang menantangku Sayang?".   Mobil tiba-tiba terhenti secara mendadak. Ludius mendekatkan wajahnya kearah Silvia, dia memegang janggut Silvia dan memalingkan kearahnya.   "Baiklah.. Aku akan menahannya sampai besok, tapi jangan salahkan aku jika setelah hari esok kamu benar-benar tidak bisa lepas dariku". Balas Ludius dengan senyum jahilnya. Ludius melepas janggut  Silvia dan melanjutkan menyetir mobil dengan tersenyum simpul.

Bluuush….

Wajah Silvia seketika seperti cerobong asap yang sedang terbakar dan memanas. 'Ah.. Mengapa aku langsung seperti ini saat mendengar perkataannya? Jelas-jelas kalau dia sedang meledekku!'. Silvia tidak bisa menyembunyikan perasaan malunya, terlihat jelas bias memerah di wajahnya. Silvia baru menyadari bahwa mereka akan menikah besok.

Sesampainya didepan tempat pemakaman Keluarga, Ludius keluar membukakan pintu untuk Silvia. Dia juga membuka bagasi untuk mengambil serangkai bunga untuk dia bawa kepemakaman orang tuanya.

"Sayang, aku pernah berjanji untuk membawamu menemui orang tuaku sebelum pernikahan. Ayo.. ". Ludius menggandeng Silvia masuk kedalam Area Pemakaman. Mereka menyusuri setiap makam, hingga sampai di makam suami istri yang saling bersebelahan.

Melihat tertulis nama kedua orang tua Ludius Silvia merendahkan tubuhnya dan menaruh bunga yang telah dibawa. Silvia juga menundukkan kepala dan berdoa untuk mereka yang telah tiada.

"Ayah.. Ibu.. Maaf, aku tidak ingin pernah menjenguk kalian. Dan kini aku telah datang kemari dengan membawa calon menantu kalian. Dia adalah Silvia Zhuan, wanita yang 15 tahun lalu telah merawatku disaat aku sendiri. Dia adalah wanita yang baik, jujur dan sederhana seperti apa yang Ibu dan Ayah harapkan". Kata Ludius lembut dan hangat.

"Ayah dan Ibu Ludius, Saya Silvia Zhuan, wanita yang akan dinikahi putra kalian.  Saya kemari untuk memberi salam pada Paman dan Bibi. Semoga kalian melihat disana dan merestui Pernikahan kami". Kata Silvia. Dia berdiri kembali dan seketika Ludius menggenggam tangannya.

"Ayah.. Ibu.. Aku harap kalian merestui pernikahan kami, kami akan menikah besok. Semoga kalian tenang karena Putramu sudah mendapatkan kebahagiaannya". Kata Ludius.

Mereka memberi penghormatan terakhir sebelum akhirnya pergi meninggalkan makam. Mereka meninggalkan makam dengan tangan saling menggenggam, dan kembali ke mobil untuk segera pulang ke rumah. Di detik-detik menuju Pernikahan membuat Silvia merasa waktu begitu cepat lambat berlalu. Ludius bahkan menyetir mobil dengan kecepatan tinggi  seperti biasanya, terasa begitu lama baginya. Di tengah perjalanan Silvia tertidur dan tidak sengaja menyadarkan kepalanya di bahu Ludius.

Setibanya di rumah, bahkan Silvia belum terbangun membuat Ludius tersenyum jahil padanya. "Sayang, Apakah kamu sangat merindukanku hingga keberadaanku membuatmu nyaman seperti ini?. Baiklah.. Aku tidak akan menjahilimu sampai esok tiba wahai Calon Pengantinku ".

Ludius memindahkan kepala Silvia kearah kursi dan turun. Dia mengangkat Silvia dalam pelukannya dan membawanya masuk kedalam. Ludius membawa Silvia menaiki tangga dan masuk kedalam kamarnya. Dia membaringkan Silvia yang tertidur lelap di kasur. Sejenak Ludius menatap dalam-dalam wanita yang sangat dia rindukan itu. Mata indah yang selalu memancarkan kejujuran, bibir manis yang selalu memberikan senyuman, wajah imut yang selalu menunjukkan rasa malu dan perkataan pedas, seakan membuat Ludius melupakan sejenak kemelut dan semua masalah yang ada. Dia membelai kepala Silvia lembut, sesekali tersenyum simpul karena tingkah nya saat tertidur.

"Tetaplah seperti ini Sayang, Silvia yang seperti ini yang selalu menenangkan hati dan membuatku rindu untuk selalu mengingat  pulang  karena masih ada wanita yang aku cintai menunggu dirumah". Ludius beranjak dari sisi Silvia, dan keluar untuk membiarkannya istirahat.

Waktu sudah hampir petang dan Silvia terbangun dari tidurnya. Dia kaget melihat dirinya sudah ada di kasur.

"Apa aku ketiduran sewaktu di dalam mobil? Ya Tuhan.. Aku tidak bertingkah aneh didepannya kan? Apa dia sekarang sedang menertawakan ku?". Silvia menepuk kedua pipinya  "Jangan fikirkan itu dulu, ini sudah petang. Saatnya membasuh diri dan makan malam, aku benar-benar lapar".  Silvia beranjak dari kasur nya dan  berjalan ke kamar mandi.