Chapter 100 - 100. Menikahimu Secara Sakral

Diluar kamar, Ibu Yuliana dan Bibi sedang menyiapkan makan malam untuk semuanya. Sedangkan Ludius tengah sibuk dengan banyak hal di ruang kerjanya.

Setelah setengah jam kemudian, Silvia keluar kamar dan mencari dimana Ludius berada. Dia berjalan ke dapur untuk menanyakan keberadaan Ludius pada orang rumah. Di dapur sudah ada Ibu dan Bibi Yun yang sedang menyiapkan makan malam.

"Ibu, Bibi.. Apakah kalian melihat dimana Ludius?"

"Nona Silvia, Bibi melihat Tuan masih di ruang kerjanya". Kata Bi Yun memberitahu.

"Ludius!! Apa dia tidak sadar kalau dia sudah terlalu memaksakan diri? Sudah 3 Hari tidak pulang dan sekarang masih lembur di ruang kerja? Sebenarnya apa sih yang sedang dia lakukan sehingga tidak bisa di tunda walau hanya untuk Istirahat?". Gumam Silvia.

Dia Berinisiatif membuatkan Teh herbal hijau untuk menyegarkan fikiran dan tubuh yang lelah. Cocok sekali untuk Ludius yang sedang lembur akhir-akhir ini. Setelah membuat teh, Silvia dengan senyum mengembang  membawanya ke ruang kerja Ludius untuk diberikan kepadanya.

"Apakah dia akan menyukainya? Dia kan pria yang sangat menyukai kopi ".

Tok.. Tok.. Tok..

Didepan ruang kerja Ludius, Silvia mengetuk pintu. Dia membuka pintu dan melihat Ludius sedang menghubungi seseorang.

"Apakah aku mengganggumu? Sepertinya itu sebuah pembicaraan yang penting". Tanya Silvia, dia menaruh teh diatas mejanya.  "Aku bawakan Teh herbal untukku, sudah 3 Hari kamu tidak memperhatikan kesehatanmu dan terus bekerja lembur seperti ini". Kata Silvia penuh kekhawatiran.

Ludius terlihat menghela nafas seperti ingin membicarakan hal penting dengan Silvia. "Sayang, Apa sebaiknya Kita menikah sekarang?. Aku dengar, dalam keyakinan yang kamu anut, Menikah secara agama itu bisa dilakukan dan ini juga menjadi saksi atas keyakinanku". Kata Ludius mantap seperti tidak ada keraguan.

Seketika Silvia tercengang, mendengar apa yang dikatakan Ludius. "Apakah kamu sudah memikirkannya matang - matang?. Ini bukanlah sebuah perkara mudah Ludius!". Silvia mempertanyakan dengan tegas, walau dalam hatinya dia sangat bersyukur dan senang.

"Aku sudah memikirkannya berulang kali. Aku memang belum pantas untuk dijadikan sebagai seorang yang akan memiliki keyakinan karena tanganku masih berlumuran darah. Tapi Jika aku menunggumu sampai di Indonesia, aku takut tidak bisa menjagamu secara menyeluruh. Ini demi kebaikanmu. Aku tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada Pesta Pernikahan nanti, aku hanya tidak ingin kehilanganmu" Ludius menundukkan wajahnya.    "Aku sudah sebisa mungkin untuk menekan terjadinya hal buruk di Pesta nanti. Tapi sepertinya tidak semudah yang diharapkan, karena Pesta Pernikahan adalah sasaran yang paling mudah untuk ditembus. Bahkan aku sudah meningkatkan keamanan, tapi tetap saja perasaanku tidak tenang. Jadi.. Silvia lebih baik kita bicarakan dengan Bibi sekarang bagaimana baiknya".

Silvia masih tidak mempercayai perkataan Ludius, baginya ini serasa seperti mimpi di siang hari. Ludius meminum teh yang dibawakan Silvia, dia beranjak dan  menarik Silvia yang masih terpaku mendengar perkataan yang membuat hati dan fikiran Silvia seakan berhenti bekerja.

Di ruang makan sudah ada Ibu Yuliana dan Bibi yang baru saja menata makanan di meja. Kedatangan Ludius dan Silvia dengan wajah tegang membuat Ibu Yuliana bertanya-tanya.

"Nak, mengapa wajah kalian kaku seperti itu? Apa ada masalah?". Tanya Ibu Yuliana yang bisa melihat kebingungan yang Silvia rasakan.

Ludius menggenggam tangan Silvia dan maju satu langkah untuk mengatakan hal penting.

"Bibi Yuliana, Maaf.. Mungkin aku akan berbicara lancang kali ini. Kami meminta nasehat Bibi. Bagaimana pendapat Bibi jika kami menikah secara agama malam ini? Aku sudah memikirkan sejak lama apa yang aku putuskan. Aku mengatakan ini karena mempertimbangkan keselamatan Silvia. Melihat akhir-akhir ini nyawa Silvia selalu terancam, Membuatku berani mengambil keputusan besar ini dan menerima tanggung jawab sepenuhnya".

Ibu Yuliana tersentak kaget dengan keputusan yang Ludius ambil, dia tidak menyangka akan  secepat ini Ludius mengatakannya. Alasan Ibu Yuliana menerima lamaran Ludius karena dia  percaya masa dimana Ludius mengatakan dengan segenap hati tentang keniatannya itu akan tiba.

Huuuft…

Ibu Yuliana menghela nafas, dia tersenyum bangga dengan keputusan yang diambil Ludius.

"Nak, Jika itu dari niatanmu sendiri, Ibu akan mendukung keputusan yang kamu ambil. Tapi bagaimana dengan saksi dan wali nikah?". Tanya Ibu Yuliana heran.

"Aku sudah menemui beberapa orang, mereka salah satu orang dari suku HUI yang akan menjadi saksi dan menikahkan kami. Mengenai wali, Aku secara khusus mengundang Pak Dubes yang akan menjadi wali hakim dari Silvia. Mungkin mereka akan segera datang".

Silvia tidak bisa berkata-kata mendengar semua yang Ludius katakan, yang dia lihat sekarang dari Ludius adalah kekaguman.

'Sejak kapan dia mempersiapkan semua ini?. Mengapa dia tahu banyak tentang hal ini? Apakah diam-diam dia mempelajarinya tanpa aku ketahui?'. Pertanyaan terus memenuhi fikiran Silvia yang masih keheranan dengan yang dia lihat.

Karena sudah ditetapkan, rumah seketika sibuk mempersiapkan hal yang berhubungan dengan Pernikahan, Ludius bahkan sudah memesan makanan Asia Terbaik untuk menjamu tamu. Dia juga sudah menyiapkan mahar, Gaun Pengantin  muslim Khas China bahkan penata Penata Rias untuk Silvia.  Semua sudah Ludius persiapkan tanpa Silvia ketahui.

1 jam kemudian, Pak Dubes dari Indonesia Bapak Husein Alatas datang beserta 5 orang penting dari Ningxia datang. Ibu Yuliana selaku Ibu Rumah tangga menyambut kedatangan mereka dan membawa mereka ke ruang tamu.

"Silahkan masuk Pak Dubes Dan tamu-tamu sekalian. Mohon dimaklumi jika penyambutan dari kami masih jauh dari kata sempurna ".

Tidak berselang lama Kakak Lian datang bersama pasangan Bryan Ling Ling, LongShang dan WangChu. Ludius yang sudah memakai baju muslim Khas China keluar dari Kamar menuju ruang tamu untuk menyambut tamu dan teman yang datang.

"Akhirnya kamu akan menikah juga Tuan Lu". Kata Bryan menepuk pundak Ludius.

"Ohya Tuan Pengantin Pria… Pengantin wanitanya dimana?".

"Dia mungkin sedang di kamar, kamu temui lah dia Ling Ling. Dia pasti sangat membutuhkan teman saat ini". Jawab Ludius. Dia kembali menyambut tamu yang datang.

Ling Ling pergi ke kamar Silvia untuk melihat Bagaimana wajah calon pengantin dari Ludius.

"Permisi..". Sapa Ling Ling, dia membuka pintu dan melihat Silvia sudah memakai baju Pengantin khas China dengan Wajah yang baru saja selesai dirias. Baju merah khas tionghoa dengan penutup wajah untuk menyembunyikan wajahnya, membuat Pernikahan terasa sakral.

"Bagaimana perasaanmu Silvia? Akhirnya Tuan Lu bertindak cepat dan tepat. Bahkan kamu sendiri seperti dibuat kaget oleh keputusannya". Kata Ling Ling yang sudah duduk disamping Silvia.

"Aku juga tidak tahu bisa secepat ini dia mengambil keputusan. Dia benar-benar pria yang tidak bisa di tebak, selalu mengambil keputusan tanpa orang lain ketahui".

'Aku semakin tidak bisa memahami mu, Pria yang sejak dulu misterius dan penuh kejutan sampai sekarangpun tetap sama. Membuatku semakin mengagumi sisi dirimu yang satu ini'.