Perlahan Ludius melumat bibir manis Silvia dengan lembut. Tanpa pemberontakan Silvia menerima ciuman tanpa sengaja itu. Wangi nafas Ludius bahkan tercium jelas hingga membuat Silvia perlahan menikmati manisnya bibir suaminya itu.
Beberapa saat telah berlalu, Silvia yang telah melepas ciumanya beranjak dari tubuh Ludius. Dia terduduk dengan perasaan malu yang tidak bisa dia ungkapkan memilih membelakangi suaminya.Ludius beranjak dari ranjangnya, dia berjalan kearah lemari untuk mengambil bajunya.
"Sayang, Apakah kamu mau membantuku beribadah?. Aku sudah mempelajari nya, tapi sepertinya tidak semudah itu". Kata Ludius,
Silvia yang masih terduduk Sendiri menyembunyikan wajahnya. Mengangkat dan Memalingkan pandangannya pada Ludius,
"Aku tidak sepandai itu. Kita akan belajar bersama untuk memulai kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah". Balas Silvia lembut.
Dengan telaten dan penuh kesabaran Silvia mengajari semuanya kepada Ludius dalam hal beribadah. Mulai dari berwudlu dan menjalankan Sholat.
Setelah 1 jam lamanya, Ludius yang baru saja selesai Memanjatkan doa di penghujung malam dengan Silvia yang meng 'amini saling memandang. Ludius mengulurkan tangannya, dengan lembut Silvia menerima uluran tangan Ludius dan mencium punggung telapak tangannya.
Ludius mendekati Silvia, dengan hati yang tenang dia mencium kening Silvia lembut. Dengan mata tertutup dan hati berdoa Silvia menerima ciuman Ludius. Setitik embun surga seperti merasuk kedalam hati Silvia. Ludius mengangkat Silvia dan membawanya keatas ranjang.
Dengan hati penuh ketenangan Ludius membuka jilbab Silvia, memandang jauh kedalam sorot mata indah istri tercinta nya. Jemari Ludius menari di bagian wajah Silvia, lalu turun kebagian mata, hidung, dan bibirnya.
Perasaan Silvia mulai berdebar, jantungnya berdetak cepat. Dengan cinta yang mulai tersemai hatinya bertasbih.
"Sayang, terimalah dengan sepenuh hati jamuan Malam yang sudah aku persiapkan untukmu". Bisik Ludius.
Dengan lembut Ludius membelai rambut Silvia dan menciumnya. Perlahan Ludius membaringkan tubuh Silvia. Jemari Ludius mulai menari membuka kancing baju tidur Silvia, satu persatu kancing mulai terlepas. Dia melepas pakaian Silvia dan memberi pembuka Jamuan dengan mencium bibir, dan leher Silvia.
Disaat Ludius memberi pembuka jamuan malam, dia memberikan beberapa bait syair yang membuat keadaan menjadi semakin romantis.
Wahai Bidadari Surga ku..
Dalam linangan air mata doaku panjatkan,
Dalam kesejukan cinta, mata saling memandang.
Dalam ketenangan jiwa hati saling bersandar.
Wahai Permaisuri ku..
Ku belai lembut Mahkotamu..
Ku urai lembut setiap derup nafasmu..
Ku jelajahi lembut setiap kesempurnaanmu..
Terimalah jamuanku wahai kekasih hati..
Jemari ini menari menjelajahi setiap kesempurnaanmu,
Mata indahmu seindah bunga plum,
Bibir manismu semanis madu kumbang,
Rambut panjangmu bagai kain selembut sutra,
Harum tubuhmu bagai wewangian dari surga,
Biarlah Malam menjadi saksi,
Akan buah cinta yang telah ku taman.
Biarlah udara menjadi saksi,
Akan kasih sayang yang ku semaikan,
Jamuan ini ku persembahkan padamu wahai Bidadari yang ku rindukan.
By.. LUDIUS LU.
Dalam keadaan suci dan khidmat, Malam ini Ludius telah memberi Jamuan yang tiada tara pada Istri tercinta nya. Ludius dan Silvia telah menyemai cinta dalam sebuah ikatan suci. Terasa begitu lembut dan hangat hingga merasuk kedalam hati dan jiwa.
***
Pagi ini Silvia terbangun, dia perlahan membuka mata indahnya. Meski seperti mimpi, orang yang pertama kali Silvia lihat adalah Ludius.
"Pagi Sayang.. Apa tidurmu nyenyak?". Tanya Ludius dengan jahilnya. Dia membelai rambut panjang Silvia yang sedikit berantakan.
Silvia tidak bisa berkata-kata, dia hanya memandang Ludius yang masih tiduran miring menghadap nya.
"Apa wajahku terlihat tampan di pagi hari, sehingga istriku yang pemalu ini terus memandang suaminya tanpa mengedipkan mata?".
Seketika wajah Silvia memerah, dia mengingat kembali kejadian tadi malam yang membuat hati dan fikirannya melayang terbang jauh dari raganya.
"Dasar Tuan mesum!! , maksud kamu apa bicara seperti itu?. Sudahlah.. Jangan menggodaku lagi. Aku mau mandi". Kata Silvia mengalihkan pembicaraan. Dia beranjak dari tidurnya dengan selimut yang menutupi tubuhnya yang tidak memakai sehelai kainpun. Baru satu langkah Silvia bergerak, Ludius justru menariknya hingga membuat Silvia terjatuh dalam diatas tubuh Ludius.
"Marmut imutku.. Apakah kamu ingin melakukannya lagi?. Sepertinya rubah jantan ini belum memuaskanmu tadi malam". Kata Ludius jahil.
"Berhentilah menggodaku Tuan Mesum!, bukankah kita akan ke Indonesia siang ini?. Jadi berhentilah main-main". Wajah marah Silvia yang begitu mengemaskan di pagi hari membuat Ludius enggan melepasnya.
Ludius membelai wajah Silvia, dia menyampirkan ujung rambut yang menutupi wajah Silvia. Ludius menarik Silvia hingga tidak ada jarak diantara mereka.
Ludius mengecup kening Silvia dengan ramah hingga menutupi sikap jahil Ludius. "Selamat pagi Bidadari surgaku". Sapa Ludius.
Seketika Silvia tertegun mendengar sapaan lain dari Ludius, walau sederhana namun sangat mengesankan hati Silvia yang kesal karena kejahilan nya.
Karena Ludius sudah bersikap romantis di pagi hari, Silvia membalas mencium pipi Ludius dengan tersenyum simpul. "Selamat pagi juga Pangeran Tampan ku".
Setelah mencium Ludius, Silvia melepas pelukannya dan berlari menuju kamar mandi.
"Sayang, kamu sepagi ini sudah menggodaku dan sekarang pergi begitu saja?. Ehem.. Sebagai hukuman karena telah menggodaku, sepertinya mandi bersama itu tidak buruk. Dan jangan harap kamu bisa kabur kali ini Sayang.. ". Gumam Ludius.
Ludius yang hanya memakai celana panjang dengan telanjang dada membuka pintu yang ternyata Silvia lupa tidak mengunci nya.
"Mau aku temani? Sepertinya Nyonya Lu perlu sedikit bantuan". Kata Ludius yang bersandar di daun pintu.
"Kya.. Mesum!!! ". Spontan Silvia berteriak melihat Ludius dengan santainya memandang Silvia yang sedang membasahi diri dengan shower.
Dengan cepatnya Ludius menutup pintu kamar mandi dan memeluk serta mencium paksa Silvia. Dibawah Shower yang masih mengalirkan airnya, Silvia dan Ludius basah dalam pelukan. Suasana yang tadinya begitu histeris karena teriakan Silvia berubah menjadi sunyi penuh keromantisan, dan yang tersisa hanya suara gemercik air yang terus mengalir.
"Terima kasih, karena telah mencintaiku secara sederhana. Tanpa syarat atau isyarat".