Chapter 114 - 114. Kembali ke Indonesia

Tatapan Silvia masih tidak teralihkan dari pandangan Ludius, sorot mata yang terlihat begitu hangat di bawah guyuran air shower.

"Masih mau berapa lama lagi kamu ingin  memandangku Sayang?".

Pertanyaan Ludius membuat Silvia tersadar dari diamnya yang tengah memandang wajah tampan dan tubuh bidang Ludius.

"Tuan Lu, bisakah kamu keluar dahulu. Aku akan selesai sebentar lagi".

Silvia mendorong Ludius keluar dari kamar mandi, tapi justru membuat Silvia hampir terpeleset.

"Augh.. ". Dengan cepat Ludius menangkap Silvia dalam pelukannya.

Dengan cepat Silvia melepas pelukan Ludius dan mengambil handuk untuk menutupi tubuhnya.

"Sayang, kamu ingin mengusirku tapi justru terjatuh. Sepertinya memang aku harus Menemanimu mandi pagi ini. Lagi pula aku sudah melihat semuanya, mengapa manis menutupinya dariku? ". Kata Ludius terang-terangan.

"Dasar pria tidak tahu malu,  Jangan samakan aku dengan wanita-wanitamu yang dulu. Mereka mungkin mengumbar kemolekan di depanmu. Tapi aku ini Silvia, aku masih memiliki rasa malu, aku masih memiliki hak untuk menutupi tubuhku ini walau didepan mu sekalipun".  

"Antara bibir, mata, dan hatimu tidak mengatakan hal yang sama. Manakah yang harus aku percayai Sayang?! ". Ludius memojokkan Silvia dan membuat Silvia tidak bisa berkutik.

Silvia menghindari pandangan jahil Ludius, dia tahu pria didepannya itu tidak akan melepasnya dengan mudah, apalagi setelah kejadian tadi malam. Pandangannya pagi ini benar-benar liar.

Ludius memegang dagu Silvia dan membuat Silvia menatapnya. "Sayang, Jika kamu mau Berinisiatif mencium ku terlebih dahulu, aku mungkin akan melepaskanmu".

"Ba.. Baiklah.. Tutup matamu maka Aku akan menciummu ". Katanya malu.

Ludius menutup matanya, dengan cepat Silvia mencium pipi Ludius dan pergi meninggalkannya sendiri di kamar mandi.

"Sayang.. Kamu berani mempermainkan Suamimu?. Kita lihat, setelah aku memberikan kejutan di Indonesia nanti. Apa kamu masih bisa menolakku? ".

***

Pagi ini di jam 07.00 Ludius sudah kembali ke kantor bersama Kakak Lian. Dia mengurus segalanya sebelum pergi.

Di ruang Direktur, sudah ada Ludius LongShang dan Lian untuk membahas proyek 1 bulan kedepan.

"Kakak Lian, aku titip Perusahaan ini padamu. Aku percaya Kakak akan mengurus Perusahaan dengan baik".

"Tentu Adik, Disini ada LongShang yang membantuku. Aku pasti tidak akan mengecewakanmu". Balas Lian.

"Ludius, mengenai 7 Hunter dan kasus Pengeboman Hotel Star Victoria, langkah apa yang akan kamu ambil? ". Tanya LongShang.

"Jangan terburu-buru, Menjinakkan Harimau harus dengan perlahan dan penuh ke hati-hatian. Selama aku di Indonesia, lebih baik kamu selidiki secara tertutup siapa dalang dibalik kejadian ini. Aku hanya tidak ingin membuat keributan di rumah Kediaman Keluarga Silvia. Untuk sementara waktu, biarkan mereka tenang seperti kita tidak  membuat pergerakan untuk melawan. Jika saatnya tiba, kita akan memberi kejutan pada mereka dan membuat mereka menerima hukumannya".  Ludius berdiri mengingat suatu hal "Ohya Kakak, pagi ini ada Rapat dengan Dewan Direksi mengenai pengajuan Pembelian Saham Properti milik Perusahaan Jiang di Tiongkok. Untuk detailnya, semua dokumen ada ditangan WangChu. Dia akan mendampingi rapat kali ini".

"Aku akan keluar menemui WangChu terlebih dahulu". Kakak Lian keluar dari ruang Direktur dan meninggalkan Ludius dengan LongShang.

"Ludius, Aku sudah melacak dari mana 7 Hunter berasal. Mereka adalah 7 pembunuh dari Inggris yang terkenal dengan 7 pemburu nyawa. Mereka adalah orang-orang yang setia pada Tuannya. Sulit untuk mengetahui siapa yang memerintahkan mereka untuk saat ini".

"Jika benar mereka didatangkan langsung dari Inggris, kemungkinan besar mereka orang suruhan Keluarga Anderson dengan dalih - aku telah mempermainkan Elena. Kemungkinan besar Anderson telah bekerja sama dengan  Rossman untuk rencana yang sudah tersusun rapih itu. LongShang, lanjutkan penyelidikan mengenai pergerakan dari Rossman Nero. Jangan sampai mereka bertindak tanpa sepengetahuan kita. Dan mengenai Perkembangan Penyelidikan Laboratorium peninggalan Kakek, jangan sampai Kakak Lian tahu".

"Baik, serahkan semuanya padaku. Pesawat pribadi sudah aku siapkan, dan akan lepas landas jam 11 siang nanti. Mengenai sekretaris sementara, apakah kamu akan memilih sendiri siapa orangnya? ". Tanya LongShang, mengingat terakhir kali LongShang memberikan sekretaris justru menjebak Ludius dengan memberinya Afrodiac.

"Terserah padamu, tapi jika kamu memberiku sekretaris gila seperti waktu itu kamu harus bertanggung jawab sepenuhnya tentang apa yang terjadi. Aku akan menghadiri rapat untuk melihat hasil dari kinerja WangChu dan Kakak".  Ludius keluar dari Ruang Direktur diikuti LongShang.

Di rumah, Silvia dan ibu Yuliana sedang sibuk mempersiapkan barang bawaan dan hadiah serta bingkisan untuk seserahan yang sudah di persiapkan untuk dibawa ke Indonesia. Ludius yang mengetahui Ibu Yuliana sudah lama meninggalkan keluarga Inti Al farezi, membuat Ludius berfikir untuk membawa beberapa oleh-oleh dan bingkisan sebagai buah tangan untuk bertemu dengan keluarga inti nantinya.

"Silvia, Apa hadiah ini tidak terlalu banyak untuk dibawa ke Indonesia?. Bahkan barang bawaan kita tidak sebanyak ini". Tanya Ibu Yuliana yang melihat begitu banyak bingkisan yang sudah terbungkus dengan rapih.

"Aku juga tidak tahu ibu, Ludius yang sudah memesannya dan aku hanya perlu untuk memberitahu orang suruhan Ludius yang akan mengambil barang ini".

"Tapi barang ini terlalu mewah. Beberapa pakaian dari Kain sutera, satu set perhiasan diamond, bahkan barang-barang antik yang bernilai puluhan juta. Apa Suamimu tidak terlalu menghamburkan uang?! ".

"Ibu, aku juga berpikiran seperti itu. Tapi ini adalah niat baik Ludius untuk dekat dengan keluarga kita, dan jika dia sudah mengambil keputusan mana bisa aku menolaknya. Lagi pula Paman dan Bibi Zhuan juga akan hadir sebagai pihak pria untuk acara sarahan nanti".

Ibu Yuliana yang bersikukuh dengan hal yang menurutnya berlebihan akhirnya terdiam. Wajar bagi Ibu Yuliana berfikir demikian, dia yang selalu hidup dengan kesederhanaan melihat begitu banyak barang mewah, membuatnya berfikir bahwa itu termasuk berlebihan.

***

Waktu berjalan begitu cepat, siang ini di jam 10 Ludius telah kembali dari kantor. Ludius yang masuk ke kamar dan melihat Istrinya sedang merias diri dengan memakai Dress panjang pemberiannya membuat Ludius ingin menggoda nya.

"Sayang, Apa aku sedang mengganggumu? ". Tanya Ludius yang sudah dibelakang Silvia, dia mendekap Silvia. Harum tubuh Silvia seperti buah Cherry membuat Ludius tidak bisa menahan hasratnya dan mencium leher Silvia yang terasa manis.

"Ludius, Apa tidak bisa bagimu untuk tidak menggangguku?. Please.. Jangan meninggalkan bekas apalagi di leher. Kalau ada orang yang melihatnya Bagaimana? ".

"Sayang, Apa kamu lebih suka aku meninggalkan bekas di badanmu dari pada di lehermu?. Baiklah.. Keinginanmu adalah perintah bagiku Sayang". Kata Ludius jahil.

Dia membalikkan badan Silvia, dengan liarnya Ludius mencium Silvia dan tangannya perlahan membuka Sleting Dress yang Silvia pakai.