Chapter 116 - 116. Petikan Gitar yang mengusik hati

"Aku baik-baik saja, mungkin sedikit lelah karena perjalanan jauh. Ohya, bukankah kamu lapar? Lebih baik kita segera memesan makanan". Silvia mencoba mengalihkan perhatian Ludius.

"Kamu yakin, kamu tidak apa-apa Sayang? Wajahmu terlihat pucat. Setelah kita makan malam, kita akan langsung ke Apartement untuk istirahat ". Ludius memegang wajah Silvia dan memperhatikannya. Silvia hanya membalas dengan senyuman.

Dari depan datang seorang pelayan. "Selamat Datang, Tuan dan Nyonya. Adakah yang bisa Saya bantu? ". Tanya pelayan Restaurant yang datang menyambut mereka.

"Tunjukkan tempat yang santai dan tidak terlalu ramai. Istri Saya sedang lelah dan membutuhkan ketenangan ".

"Mari, Saya antar ketempat yang Tuan inginkan ". Pelayan berjalan di depan menunjukkan tempatnya.

Pelayan membawa Ludius dan Silvia melewati sebuah tempat yang begitu ramai dengan anak muda yang sedang berkumpul. Karena faktor kelelahan, pandangan Silvia tiba-tiba kabur. Silvia tidak bisa melihat jelas apapun yang ada didepan ya. Dia hanya berjalan mengandalkan tangan Ludius yang selalu menggenggamnya. Tubuhnya kini hampir tidak bisa berdiri tegak, perlahan dia merasakan tubuhnya terasa berat dan tanpa sengaja Silvia melepas genggaman Ludius menyebabkan Silvia hampir terjatuh.

Dengan cepat pria yang sedang bersama teman-temannya menaruh gitar yang sedang di pegangnya setelah melihat wanita yang sedang berjalan tiba-tiba oleng dan akan terjatuh. Beruntung pria itu menangkap Silvia sebelum akhirnya Silvia benar-benar pingsan.

"Silvia, Bagaimana bisa kamu ada disini? Apa kamu tidak sadar, selama 4tahun ini aku selalu menunggumu? Setelah kita lulus SMA, kamu pergi tanpa kabar. Dan sekarang aku melihatmu sudah milik orang lai ". Gumam sang pria,  "Aku harus segera membawa Silvia keluar dari sini. Wajahmu terlihat pucat, dan kamu bahkan terlihat lebih kurusan dari terakhir kali kita bertemu. Apa yang membuatmu seperti ini Silvia? ". Pria tanpa nama itu menggendong Silvia dan hendak membawa Silvia keluar dari Restaurant.

"Hei Zain, siapa wanita yang ada dalam pelukanmu itu? ". Tanya teman dari pria yang menggendong Silvia.

"Dia sepertinya pingsan, aku akan membawanya pulang. Lagi pula ini juga sudah waktunya aku untuk kembali. Kalian teruskan saja tanpa aku". Pria itu pergi membawa Silvia dan meninggalkan gitar serta teman-temannya yang masih asyik mengobrol.

Disisi lain, Ludius yang sadar dia tidak menggenggam tangan Silvia membalikkan badan,. Ludius tersentak tidak mendapati Silvia dibelakangnya. "Sayang, mengapa kamu senang sekali membuatku panik dan cemas seperti ini? ".

Ludius terus berjalan keluar dengan melihat kesekeliling, tapi dia tidak mendapati Silvia dimanapun. Ludius mengambil ponsel yang ada disakunya dan menelfon nomor ponsel Silvia.

Tut.. Tut.. Tut..

Tersambung, hanya saja tidak terangkat. Ludius mencoba menelfon berkali-kali dengan terus mencari Silvia disekeliling Restaurant. Setelah 3 kali menelfon, akhirnya Telefon terangkat.

[ "Sayang, mengapa kamu pergi tanpa berbicara?. Apa kamu tidak mengerti betapa aku sangat mencemaskanmu?(dengan menggunakan bahasa China). ". ] Ludius langsung berbicara tanpa mendengar siapa yang dia ajak bicara. Lama sapaan Ludius tidak dibalas. Diujung Telefon hanya terdiam membuat Ludius curiga.

[ "Sayang, mengapa kamu diam saja? Apa terjadi sesuatu padamu? ". Panggil Ludius kembali. ]

[ "Maaf, wanita yang memiliki ponsel ini tengah berada dirumahku. Saat di Restaurant aku melihatnya pingsan. Karena aku tidak melihat dia bersama seseorang aku membawanya kembali (Menggunakan bahasa Inggris) ". ]

[ "Siapa kamu sebenarnya? Apa aku bisa mempercayai ucapanmu? ". ]Tanya Ludius dingin penuh selidik.

[ "Kamu tenang saja, Aku hanya menolongnya. Datanglah ke Perumahan A blok D, Di daerah Jakarta pusat. Aku tunggu! ". ] Telefon terputus.

Tanpa pikir panjang Ludius mengambil mobilnya dan bergegas menuju alamat yang diberitahukan. Dengan mengandalkan Google maps Ludius mencari alamat yang di tunjukkan.

"Bagaimana bisa aku tidak sadar telah melepas tangan Silvia?. Apa aku telah memaksakan Silvia hingga membuat kondisinya melemah? ". Gumam Ludius dengan tangan memegang kemudi. Dia mengemudi dengan kecepatan tinggi ditengah gelap dan ramainya jalan.

Hanya butuh sekitar 15 menit untuk sampai ke Perumahan A di blok D. Mobil Ludius terhenti didepan pintu gerbang perumahan elit. Dia keluar dan melihat satpam yang sedang berjaya menghampirinya.

"Please, meet me with this house owner ". Kata Ludius pada satpam yang berjaga.

Satpam yang mendengar Ludius berbicara sepertinya tidak mengetahui apa yang Ludius katakan dan memilih masuk tanpa berkata apapun.

5 menit berlalu, Ludius masih sabar menunggu. Namun kesabarannya mulai habis karena pemilik rumah tidak keluar juga. Dengan sedikit emosi, dia mendobrak pintu gerbang. Ludius berjalan kearah pintu utama dengan wajah dingin dan sorot mata tajam. Tepat didepan Pintu utama, seseorang membukakan pintu untuk Ludius.

Pria yang seumuran dengan Silvia membukakan pintu. Rupanya pria itu tidak menyambut baik kedatangan Ludius. "Apa kamu yang menelfon barusan? ". Tanya sang pria lantang.

"Aku datang untuk menjemput Istriku ". Jawab Ludius tegas.

"Silvia sedang Istirahat!. Jika kamu memang suami Silvia, apa kamu bisa menjelaskan, Bagaimana Silvia bisa sampai seperti ini?. 4 tahun yang lalu Dia masih terlihat gemuk dan ceria. Mengapa sekarang dia terlihat kurus dan memiliki banyak riwayat penyakit?. Terlebih lagi, gurat wajahnya menunjukkan sebuah kesedihan mendalam. Apa yang sebenarnya kamu lakukan pada Silvia? ". Pria yang membukakan pintu berkata tanpa rasa segan sama sekali, seakan dia tahu apa yang telah dialami Silvia selama ini.

"Berhentilah ikut campur dengan urusan pribadi kami. Aku mengatakan ini sekali, dengar baik-baik!". Ludius menjulurkan jari telunjuknya.   "Aku tidak perduli dari mana kamu memiliki asumsi seperti itu. Tapi jika kamu menghalangiku untuk menjemput istriku, maka aku tidak akan tinggal diam! ". Perkataan Ludius tegas, membuat pria yang membukakan pintu terdiam beberapa saat.

"Masuklah, Silvia ada didalam. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan Silvia memilihmu menjadi suaminya. Tapi tidak akan tinggal diam jika mengetahui kalau pria sepertimu berani menyakitinya ".

Pria yang belum menyebutkan namanya mengantar Ludius dimana Silvia berada. "Dia ada didalam". Katanya. Pria itu langsung pergi dan membiarkan Ludius masuk menemani Silvia.

Ludius masuk dan melihat kesekeliling ruangan. Kamar yang terlihat rapih dengan berbagai macam barang milik seorang pria. "Sepertinya ini kamar pria itu". Gumam Ludius. Ludius mengangkat Silvia dalam pelukannya dan membawa Silvia keluar. Namun langkah Ludius terhenti disaat melihat sebuah foto berpasangan dalam bingkai di atas meja belajar.

"Bukankah itu foto Silvia? Bagaimana bisa Silvia berfoto dengan pria tadi?. Apa mereka sebelum ini sudah saling mengenal? ". Perasan Ludius sedikit terganggu melihat foto Silvia bersama pria lain yang terlihat tidak hanya sekedar teman.

Ludius segera membawa Silvia keluar dari kamar itu. Dia berjalan dengan menggendong Silvia melewati pria tadi yang kini sedang memainkan  gitar.

"Didaun yang ikut mengalir lembut..

Terbawa sungai ke ujung mata..

Dan aku mulai takut terbawa cinta..

Menghirup rindu yang sesakkan dada..

Jalanku hampa, dan kusentuh dia..

Terasa hangat oh.. Didalam hati..

Kupegang erat dan kuhalangi waktu..

Tak urung jua kulihatnya pergi.. "

"Terima kasih telah merawat Istriku. Aku akan membawanya kembali". Kata Ludius.