Chapter 117 - 117. Petikan Gitar yang mengusik hati bag 2

Pria tanpa nama menghentikan Petikan gitar dan lirik yang sedang di nyanyikannya. "Jaga dia baik-baik ". Kata pria itu lirih. Dia membiarkan Ludius pergi membawa Silvia dan hanya melihat kepergian Silvia dari dalam rumah.

Tanpa Ludius sadari, Silvia meneteskan air mata saat keadaannya masih dalam keadaan pingsan.

"Tak pernah ku ragu dan selalu ku ingat..

Berlinang matamu dan sentuhan hangat..

Ku.. Saat itu takut mencari makna..

Tumbuhkan rasa yang sesakkan dada..

Kau datang dan pergi oh.. Begitu saja..

Semua kuterima apa adanya..

Mata terpejam dan hati menggumam..

Diruang rindu kita bertemu.. ".

Dalam perjalanan tidak sengaja Ludius memperhatikan Silvia. Dia baru menyadari wajah Silvia basah oleh air mata.

"Apa arti pria itu dalam hidupmu Sayang?. Mengapa kamu sampai meneteskan air mata bahkan dalam keadaanmu yang sedang tidak sadar? ".

Perhatian Ludius sempat teralihkan hingga hampir saja dia menabrak pembatas jalan. Dengan cepat Ludius membanting stir dan mengerem mobil secara mendadak.

Ludius yang melihat Silvia masih belum terbangun memeluknya. Perasaan Ludius terasa seperti tersayat melihat Silvia menangis dalam diamnya.

"Mengapa begitu sakit melihatmu  seperti ini?. Ini bahkan lebih menyakitkan dari sebuah luka yang selama ini aku rasakan. Baru kali ini aku melihatmu menangis bahkan dalam kondisi tidak sadar. Apa yang sebenarnya terjadi pada kalian sebelum ini?".  Ludius membelai wajah Silvia, dia menyeka air mata Silvia dengan ujung jemarinya. "Sayang, aku baru menyadari satu hal, ternyata aku masih belum bisa membuatmu bahagia. Aku baru mengerti bagaimana kamu menahan perasaan terluka setiap kali melihat wanita masalalu datang padaku. Maafkan aku.. Kamu pasti cukup menderita saat hidup bersamaku. Maafkan aku.. ".  Perasaan terluka Ludius berubah menjadi sebuah rasa bersalah.

Tanpa terasa satu bulir air mata Ludius jatuh membasahi wajah Silvia dan membangunkannya dari pinsannya. Perlahan Silvia membuka kelopak matanya, dan melihat wajah Ludius tepat didepan matanya. Silvia menyadari air mata Ludius lah yang membangunkannya dari pingsan.

"Ludius, mengapa kamu meneteskan air mata?. Apa tanpa sadar aku telah melakukan sesuatu yang melukaimu? ". Tanya Silvia lirih. Rupanya Silvia belum menyadari dirinya telah di bawa seseorang yang membuatnya meneteskan air mata.

"Aku hanya mengkhawatirkanmu, kamu tiba-tiba pingsan di Restaurant. Sayang apa selama ini aku telah membuatmu menderita? ". Tanya Ludius tiba-tiba,

"Mengapa kamu berbicara seperti itu? Apa ada sesuatu yang mengusikmu tanpa aku tahu?. Ludius, Aku tidak tahu apa yang menyebabkanmu berkata seperti itu. Aku adalah istrimu itulah kenyataannya, yang berarti aku siap menanggung apapun bersamamu. Jika aku melakukan hal yang salah tanpa aku sadari, kamu bisa mengatakannya padaku". Mata Silvia memandang Ludius lembut, dia membalas pelukan Ludius.

Lama mereka terdiam dalam pelukan yang mendalam. Tidak ada kata romantis atau suatu yang mewah, tapi setiap kali mereka bersama selalu ada keromantisan yang sulit untuk di jabarkan.

"Sudah lama aku merindukan pelukanmu dalam ketenangan . Biarlah seperti ini untuk sementara waktu ".

Drrrt.. Drrrt..

Tiba-tiba ponsel Ludius berdering, Silvia melepas pelukannya dan memberi isyarat untuk mengangkat telefonnya. Terlihat kontak Longshang yang menelfon.

[ "Ludius, proposal pengajuan pembelian saham Jiang yang diajukan Kakakmu sudah disetujui dewan direksi. Apa kamu benar-benar akan memberikannya pada Kakakmu nantinya? ". ]

[ "Longshang, kamu menelfonku hanya untuk memberitahu di jam segini?. apa kamu sudah bosan hidup? ". ] Kata Ludius tegas.

[ "Slow boss.. Sorry, sepertinya aku menelfonmu disaat yang tidak tepat. Baiklah aku tutup dulu. Selamat bersenang-senang boss ". ]

"Kurang ajar, dia benar-benar ingin cari mati ya? ". Gerutu Ludius. Kelihatannya dia sangat kesal karena Longshang menelfon disaat yang tidak tepat.

"Pfft.. Wajahmu yang seperti ini lucu sekali Tuan Lu, ehm.. Kapan lagi aku bisa melihat wajah marah Tuan Lu yang terlihat menggemaskan? Aku jadi penasaran, Apa yang sebenarnya Longshang katakan padamu? Sepertinya aku harus berterima kasih padanya nanti ".

Ludius mendekat kearah Silvia dengan tatapan  yang berubah Liar "Sayang, apa kamu sedang menggodaku?. Sepertinya tidak ada salahnya mencobanya, kebetulan disini lumayan sepi dan hanya ada kita berdua ".

'Eh.. Mengapa sekarang aku yang terpojok, padahal barusan aku menertawakannya. Ludius.. Mengapa kamu selalu bisa membalikkan keadaan. Sekarang bagaimana aku menghindari tatapan liarnya '. Batin Silvia.

"Tuan Lu, hehe.. bisakah kita bergegas pulang. Apakah kamu tidak lapar dan ingin memakan sesuatu? ". Kata Silvia dengan ragu-ragu.

"Kamu tahu saja Sayang, aku memang sangat lapar dan ingin segera menikmatinya. Karena kamu yang menawarkan diri, tentu saja aku tidak akan menolak". Kata Ludius, dia tersenyum jahil dan seperti yang dikatakannya. Dia bergegas menyalakan mobilnya untuk segera ke Apartement.

"Maksud mu Apa Tuan Lu?, aku sungguh tidak tahu apa yang kamu katakan ". Kata Silvia yang memalingkan wajah malu nya.

"Benarkah?. Apa aku perlu sedikit memberi pelajaran awal agar kamu memahaminya? ". Perkataan jahil Ludius semakin membuat Silvia tidak bisa lepas darinya.

Tepat didepan gedung Apartement Ludius turun, dia membukakan pintu untuk Silvia dan menggendongnya keluar dari mobil. Dia membawa Silvia masuk kedalam Apartement. semua orang yang melihat Ludius seorang pria kewarganegaraan asing menggendong Silvia masuk kedalam Apartement berfikir tentang banyak hal. Sikap Ludius telah menyita banyak perhatian orang.

"Ludius, turunkan aku. Semua orang sedang memperhatikan kita saat ini ". Kata Silvia. Di berusaha memberontak untuk bisa turun dari gendongan Ludius.

"Jangan banyak bergerak, apa kamu ingin semua orang memperhatikan kita?.  Ya walaupun aku memang tidak perduli tentang itu karena kamu Kamu adalah Istriku ".

Didepan Lift, Ludius menunggu Lift terbuka. Dia masuk dan menekan tombol 50. Apartemen mereka berada dilantai 50.

"Apaan perkataanmu itu, jelas-jelas kamu yang menarik perhatian mereka. Mengapa kamu

"Perkataan apaan itu barusan. Jelas-jelas kamu yang menarik perhatian orang. Dasar pria pandai bersilat lidah. Apapun yang aku katakan, kamu selalu bisa memutar balikkan fakta. Lebih baik aku diam!".

"Eh.. Apa kamu sedang merajuk?. Boleh juga.. ". Gumam Ludius.

Pintu Lift terbuka, dan hanya berselang beberapa pintu Apartement yang pernah Ludius tinggali sewaktu pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia. Ludius membuka pintunya yang memang sengaja tidak dia kunci dr sejak awal, agar orang yang membawa barang-barang mereka bisa masuk.

"Sepertinya orang yang membawa barang-barang kita telah sampai duluan ". Ludius membawa Silvia kekamar dan membaringkannya. "Istirahatlah sayang, besok kita akan fitting baju yang sudah di persiapkan. Dan menemui ibu untuk menanyakan beberapa hal tentang upacara pernikahan adat yang akan dilaksanakan untukku di pelajari".

'Eh.. Dia melepasku? Aku kira dia akan benar-benar melakukannya. Mengapa aku sedikit kecewa yah? '. Batin Silvia.

"Ya sudah aku mau istirahat. Selamat malam!!? ". Kata Silvia ketus.