Chapter 119 - 119. Bar Angel bag 2

"Tuan Ludius sedang mengancamku?. Apa kamu takut Silvia akan berpaling dari pria bajing*n sepertimu?. Ketua Mafia Naga Imperial Tuan Ludius Lu!... Aku tidak perduli dengan ancamanmu, yang aku perdulikan adalah kebahagiaan Silvia. Jika dia bahagia dan tidak dalam keadaan bahaya maka aku akan tetap diam ". Zain meminum wine yang Ludius berikan. Dia berkata dengan tegas walau tanpa menatap Ludius.

"Dari awal aku sudah curiga kamu bukanlah pria biasa. Siapa kamu sebenarnya?. Mengapa kamu bisa mengetahui aku begitu baik Tuan Zain? ". Tanya Ludius dengan sedikit menyindir. Ludius mulai geram dengan Zain yang berbicara tanpa rasa takut sedikitpun.

"Entahlah..! ". Jawab Zain santai.

Tiba-tiba ponsel Ludius berdering, ada pesan masuk dari Wangchu.

[ Bos, aku baru saja mendapat jawaban dari pertanyaanmu. Pria yang sedang bersamamu dia Zain Malik. Kamu pasti tidak percaya dengan yang aku katakan kali ini. Zain adalah Tentara Rahasia Pasukan Khusus Badan Intelejen Keamanan Negara kode number 17 dengan Nama samaran Zain sang Pemangsa. Dia juga seorang Hacker handal yang dilatih secara khusus oleh Badan Intelejen Negara. Aku hanya bisa mengatakan, Bos.. Kamu sepertinya harus hati-hati dengannya, Dia bukanlah orang sembarangan. ]

"Heh.. Jujur aku sedikit terkejut. Awalnya aku sedikit heran, Bagaimana bisa pria biasa sepertimu mengetahui Identitasku yang sebenarnya. Ternyata kamu tidak jauh berbeda hanya saja kamu bekerja untuk Pemerintah. Zain Malik Tentara Pasukan Khusus Badan Intelejen Keamanan Negara Kode Number 17 Zain sang Pemangsa. Apa aku benar? ".

"Sepertinya kita tidak perlu saling menutupinya lagi. Ada hal yang ingin aku tanyakan". Zain memandang Ludius tajam.   "Ini masih ada hubungannya dengan Silvia, Apakah kamu mengenal Organisasi Black Emperor?. Akhir-akhir ini mereka melakukan pergerakan dengan melakukan transaksi gelap jual beli senjata hingga bernilai Triliunan. Aku mendapat kabar bahwa salah satu pembelinya adalah Paman dari Silvia yang bernama Tuan Brahmantya, paman yang selama ini membiayai sekolah dab kuliah Silvia. Kemungkinan Brahmantya memiliki rahasia yang membuatnya mempertahankan hubungan baik dengan Bibi Yuliana disaat semua anggota Alfarezi mengeluarkan Bibi dari daftar Keluarga. Aku diperintahkan oleh atasan untuk menyelidiki Pergerakan mereka. Dan aku dengar Ketua mereka mengincar salah satu senjata Rahasia yang masih tersembunyi keberadaannya ". Zain mengatakan panjang lebar apa yang dia ketahui.

"Lagi-lagi Silvia terikat dengan hal yang berbahaya. Tapi Tidak disangka, Organisasi Intelejen Negara ini begitu spesifik. Bahkan mengenai Ketua dari Black Emperor yang mengincar sesuatupun seperti sudah menjadi rahasia umum bagimu. Aku hanya bisa mengatakan Pemimpin Black Emperor telah tewas ditanganku. Jika ingin mengetahui lebih detailnya temui aku setelah aku kembali ke China. Sekarang, apa kamu masih berani mengatakan aku tidak pantas untuk melindungi Silvia setelah aku mengetahui dirimu yang sebenarnya? ".

"Aku akui, aku terpaksa menjadi Pemangsa bahkan Pembunuh karena aku sudah terlanjur terikat oleh Badan Intelejen Negara yang mengharuskan menerima misi Rahasia dan bekerja di belakang layar. Itu memang hal yang sangat memalukan karena terlihat seperti pengecut. Aku belum bisa percayakan Silvia padamu dan aku harap kamu tidak mengatakan apapun pada Silvia, jika kamu berani berucap aku juga tidak akan segan padamu! ".

"Aku tidak janji, itu tergantung padamu. Sepertinya pembicaraan ini cukup sampai disini. Dan aku ingatkan sekali lagi! Walau setelah semuanya, Aku tidak segan untuk mengambil tindakan jika kamu berani mendekati Silvia kembali! ". Ancam Ludius sebelum akhirnya beranjak dari tempatnya dan berniat keluar dari Bar.

Ludius akhirnya keluar dari Bar tanpa membawa Wangchu, Perasaan Geram masih menyelimuti Ludius mengingat perkataan Zain yang terang-terangan melawannya membuat Ludius pulang dalam keadaan Mood yang buruk. Ludius bahkan mengendarai Mobil dengan kecepatan tinggi tanpa memperdulikan keselamatannya.

"Pria seperti Zain, dia benar-benar tidak bisa dianggap remeh ".

Sampai didepan Apartement Ludius turun dari mobilnya dan langsung masuk dengan wajah geramnya. Tepat didepan pintu, rupanya Silvia sudah berdiri menunggunya.

"Tuan Lu, mengapa kamu baru pulang di jam segini? Dan apakah kamu habis meminum sesuatu? ". Tanya Silvia ragu, terlihat wajah dingin Ludius menandakan bahwa Mood nya sedang buruk.

"Ini sudah malam, lebih baik kamu Istirahat. Besok pagi aku akan ada temu janji dengan Klien bersama Wangchu. Kamu pergilah dahulu untuk fitting baju, aku akan menyusul jika urusan dengan Klien sudah selesai". Ludius masuk tanpa memperdulikan Silvia yang baru saja menyambutnya. "Di dalam laci ada kartu Gold, kamu gunakanlah jika ingin berbelanja atau berkeliling selagi aku temu janji dengan Clien ".

Silvia berdiri terpaku melihat suaminya terlihat begitu berbeda, seperti orang asing yang tiba-tiba datang masuk kerumah dan tidur dalam satu ranjang.

'Sebenarnya apa yang terjadi padamu, petang tadi tiba-tiba bersikap lembut dan sekarang dia justru bersikap dingin seperti orang asing. Apa tanpa sengaja aku telah melakukan hal yang salah padanya? '. Batin Silvia mengingat ingat.

Dia berjalan ke arah ranjang yang sudah di tempati Ludius disisi samping kanan. Ragu-ragu Silvia ingin tidur disampingnya, tapi bagaimanapun mereka suami istri. 'Huuft.. Akhirnya aku tetap tidur di sampingnya '.   Silvia tidur disamping Ludius dengan berbaring menyamping membelakanginya.

"Jangan bergerak, atau aku tidak akan bisa mengintrol diriku ". Tiba-tiba Ludius memeluk Silvia dari belakang membuat hati Silvia tidak bisa terkontrol. Dia tertidur kaku, bingung dengan apa yang harus dilakukannya. "Tubuhmu yang harum dan terasa manis, Mengapa aku baru menyadarinya? ".

'Pria ini.. Apa dia sedang mengujiku?. Tadi dia menolakku dan sekarang menggodaku lagi. Apa sebenarnya maumu Ludius?. Dan posisi seperti, lama-lama tubuhku bisa kram karena harus tertidur kaku tanpa bergerak '.

Tanpa terasa waktu terus berlalu hingga membuat mereka tertidur dengan saling berpelukan.

***

Pagi ini saat Silvia terbangun sudah tidak mendapati Ludius disampingnya, sepertinya Ludius pergi pagi-pagi sekali.

"Mengapa dia selalu bersikap seperti ini?. Tiba-tiba baik, romantis dan seketika berubah dingin tanpa tahu apa yang terjadi ". Silvia beranjak dari kasurnya, dia menemukan secarik kertas bertuliskan tangan Ludius.

[ Pagi Sayang.. Aku sudah siapkan sarapan pagi untukmu. Maaf yah.. Aku harus pergi pagi-pagi sekali karena ada urusan yang harus aku selesaikan dengan Wangchu. Kamu bisa pakai mobil yang ada didepan, dan bersenang-senanglah sebelum aku menjemputmu untuk fitting baju dan menemui Ibumu. See You Babe.. ]

"Ludius.. Kamu mengapa sepagi ini begitu romantis?. Aku yang ingin marah padamu karena sikapmu tadi malam seketika hilang dan yang tersisa hanya perasaan bahagia dan rindu ingin memelukmu. Ah.. Mengapa aku jadi tergila-gila padamu sih? ".

Disamping secarik kertas sudah ada Dress sederhana namun terlihat bahwa itu adalah Dress unlimitide dan kunci mobil serta kartu Gold.

"Tuan Ludius.. Kamu memberikan kartumu, Apakah tidak takut aku kuras habis?. Tapi.. Jika sudah begini sayangkan kalau tidak menikmati hidup, baiklah! Karena kamu yang meminta, sesekali aku jadi istri CEO yang sedikit serakah. Kebetulan aku sudah lama tidak mengunjungi panti. Sayangku.. Jangan salahkan aku jika kartumu aku kuras habis. Salah sendiri kamu bikin aku kesal tadi malam". Gerutu Silvia. Dia meletakkan kertas itu dan pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri.