Chapter 121 - 121. Mantan sahabat, perebut mantan kekasih

Silvia pergi meninggalkan Zain yang masih berdiri terpaku melihat kepergiannya. Dia keluar dari Cafe dan mengambil kunci yang ada di tas. Silvia menghampiri mobilnya, seketika Silvia menjadi pusat perhatian. Dia membuka pintu dan menaiki mobilnya untuk pergi ke Mall kelapa Gading, demi mencari hadiah untuk Ludius dan anak-anak panti. Silvia menyalakan mesin dan pergi dengan tatapan orang lain yang memandangnya heran. Mungkin mereka berfikir ada orang kaya baru di Jakarta hingga mampu membeli mobil limitide.

Tidak butuh waktu lama untuk menuju Mall, cukup seperempat jam perjalanan, Mobilnya akhirnya sampai didepan Mall.

"Rasanya sudah lama sekali aku tidak jalan-jalan seperti ini, dan sekarang aku pergipun sudah menyandang status Nyonya Lu. Entah apa yang akan temanku fikirkan jika melihat Silvia yang miskin karena keluar dari Al Farezi Grup kini datang dengan penampilan baru. Aku harap tidak bertu mereka ".

Silvia memarkirkan mobilnya dan keluar dengan anggunnya. Silvia masuk ke pusat perbelanjaan dan tempat yang pertama kali dia tuju adalah butik pusat pakaian batik. Dalam sekejap Silvia terpikirkan untuk memberikan membeli pakaian Batik couple dan hem batik slim fit untuk Ludius.

"Selamat datang.. Ada yang bisa saya bantu Nona? ". Tanya pelayan butik. Dia memperhatikan Silvia secara mendetail. "Bukankah kamu Silvia? ".

" Aku baru sadar, Natasha.. Bagaimana bisa kamu bekerja sebagai pelayan disini?. Ohya.. Tolong tunjukkan dimana baju batik Couple untuk prianya lengan pendek dan hem batik slim fit untuk pria berkulit putih. Tentu dengan bahan yang terbaik, kalau bisa bahannya yang dingin dan nyaman dipakai ".

"Jangan berlagak didepanku Silvia, kita sudah 5 tahun tidak bertemu tapi kamu tetap tidak berubah. Ah.. Sudahlah.. Aku akan tunjukkan tempatnya ". Pelayan yang bernama Natasha mengantar Silvia masuk lebih dalam dan terlihat banyak baju bermerk dan tentunya merogoh kocek tidak sedikit.

Disaat Silvia diantar Natasha ke sebuah tempat, dia melihat sekilas sebuah Hem berwarna hitam dengan sentuhan batik jawa dibagian samping kanan.

"Mba, saya ingin lihat yang itu ". Kata Silvia menghentikan langkahnya dan menunjuk ke arah Hem yang berada di lemari khusus.

Natasha memperhatikan dengan seksama penampilan Silvia yang terlihat sederhana. "Silvia.. Apa kamu yakin akan membeli Hen itu?, Hem batik itu adalah barang Branded. Silahkan konfirmasi harga sebelum kamu ingin mengambilnya ". Kata Natasha yang melihat Silvia menunjuk kesebuah barang Branded. Mungkin dia berspekulasi bahwa Silvia masihlah dia yang dulu tanpa status dan kekuasaan.

"Memang berapa harga untuk satu pakaian Batik yang aku inginkan? ". Tanya Silvia merendahkan diri. Dia ingin tahu seberapa lancangnya seorang penjual yang melihat pembeli hanya dari tampangnya.

" 1 Hem yang kamu tanyakan berkisar 2 juta Rupiah. Silvia, kamu tidak perlu khawatir, kami memiliki Hem yang memiliki motif hampir sama namun harganya lebih bersahabat. Apakah kamu mau melihatnya?". Tanya Natasha yang mulai menampakkan wajah ketidak sukaannya pada Silvia.

"Tapi aku menginginkan Hem itu, tolong ambilkan dan kemas dengan rapih karena akanku berikan sebagai hadiah untuk suamiku ".

"Nona.. Aku sudah bersikap rendah dihadapanmu yang terlihat hanya memakai dress tidak lebih dari 100 ribu. Jangan bersikap seolah kamu mampu membayarnya, karena kami harus melayani pelanggan yang lain. Jangan mempersulit kami, atau kami panggil satpam untuk mengusirmu Nona ". Kata pelayan meluapkan emosinya.

Dengan perasaan geram Silvia mengambil kartu Gold yang diberikan Ludius untuknya. Silvia dengan tatapan dingin memberikan kartu Gold itu pada pelayan yang angkuh. Pelayan itu mengambil kartu itu dengan sombongnya.

"I.. Ini.. Bukankah ini kartu Gold tanpa limit? Bagaimana bisa kamu memilikinya? ". Tanya Natasha tidak percaya.

"Tentu saja ini milikku. Tolong bungkuskan yang rapih karena itu akan aku berikan pada suamiku ".

Butuh waktu satu jam untuk memilih beberapa pakaian untuk anak-anak panti dan baju couple untuk dikenakan nanti saat bertemu Keluarga Al Farezi.

***

"Akhirnya selesai juga memilih bingkisan untuk anak-anak panti. Lebih baik aku menelfon Ludius dan menanyakan dimana keberadaannya.

[ " Ludius.. Kamu sekarang dimana? Aku akan menemuimu sekarang juga, Aku sudah selesai berkeliling ". ]

[ "Sayang, aku masih bertemu Clien di Hotel Cempaka. Kamu datanglah kesini, aku baru menyelesaikan kerjasama dengan seseorang. Setelah ini aku akan menemanimu pergi kemanapun kamu mau. See you Babe.. ". ]Telefon terputus.

Silvia meminta seseorang untuk membawakan belanjaannya ke mobil. Silvia keluar dari Mall menuju mobil yang diparkir dan menunggu orang yang membawakan belanjaannya.

"Tolong taruh semua di bagasi kecuali bingkisan ini, biar saya yang membawanya ".Silvia membukakan bagasi dan orang yang datang meletakkan semua barang Silvia disana.

"Terima kasih atas bantuannya ". Silvia memberikan upah lalu masuk kedalam mobil untuk segera datang ke Hotel Cempaka.

***

Didepan hotel cempaka Silvia memarkirkan mobilnya. Dia keluar dengan membawa bingkisan untuk Ludius dan sudah apa seorang yang menunggu didepannya.

"Nyonya Silvia, Tuan Lu sudah menunggu anda didalam. Mari saya antar ".

Silvia masuk kedalam hotel, dia diantar kesebuah ruang pertemuan yang tertutup. Saat didepan pintu, Silvia samar-samar mendengar pembicaraan Ludius.

"Jangan sampai ada orang lain yang mengetahui ini. Kamu boleh keluar ".

'Sebenarnya apa yang sedang Ludius bicarakan? '. Batin Silvia.

Tok.. Tok.. Tok.. "Tuan.. Nyonya Silvia sudah datang ". Sapa orang yang mengantar Silvia.

Dari dalam pintu terbuka dan seorang pria keluar dari dalam tanpa berbicara. Silvia masuk dan langsung disambut Ludius yang berdiri didepan pintu. Tanpa aba-aba Ludius menarik Silvia dalam pelukannya dan menciumnya.

"Sayang.. Apakah beberapa jam tidak melihatku, kamu sudah merindukanku?. Atau jangan-jangan kamu sedang senang karena habis bertemu mantanmu...! ". Tanya Ludius dengan tatapan jahil.

"Tuan Lu, kamu terlalu percaya diri. Siapa juga yang merindukanmu!. Lagian kamu terlalu pintar intuk menebak".

"Eh.. Masih tidak mengakukah.. Lihatlah wajahmu Sayang, memang kamu fikir aku tidak tahu apah apa yang kamu lakukan seharian ini? ".

"Tuan Lu.. Jangan bilang kamu meminta seseorang untuk bututiku sejak berada di Apartement?. Pantas saja aku merasa diikuti oleh seseorang. Apa kamu ingin melihat bagaimana kelakuanku diluar? ".

"Sayang, apakah kamu tidak bisa berfikir yang positif tentang Suamimu?. Aku meminta orang mengikutimu hanya untuk memastikan kamu dalam keadaan baik-baik saja karena Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ehem.. sayang, apakah itu hadiah yang kamu siapkan untukku? ". Tanya Ludius dengan mata melirik kearah bingkisan yang dibawa Silvia.

"Maukah Tuan Lu menerima hadiah yang tidak seberapa ini? ". Tanya Silvia, dia memberikan bingkisan dengan menundukkan wajahnya.

"Sayang.. Apapun yang kamu berikan itu adalah hadiah terbaik yang pernah aku terima. Terima kasih sayang. Ayo.. Aku akan mengajakmu kesuatu tempat sebelum kita menemui ibu ". Ludius mencium kening Silvia dengan penuh kasih sayang.

'Tuan Lu.. Kamu selalu memberikan kasih sayang yang nyata padaku. Tapi mengapa di balik bayang-bayang kamu masih saja penuh dengan misteri? '.