Chapter 149 - 149. Kehangatan sebuah keluarga

Dari luar ruang kerja Bibi Yun datang menghadap. "Permisi Tuan Lu, Tuan Muda Azell datang berkunjung dan menunggu anda di ruang tamu".

"Panggil Silvia untuk menemaninya sebentar, aku akan segera turun kebawah. Bi.. Jangan lupa siapkan sarapan, Aku ingin Azell lebih dekat dan mengenal baik dengan Silvia".

"Baik Tuan, Keputusan yang Tuan ambil sudah benar. Memberikan kasih sayang lewat Nyonya Silvia akan membangun kepercayaan Tuan Muda Azell pada Nyonya. Dan tidak menuntut kemungkinan, Tuan Muda Azell suatu saat akan menerima Nyonya Silvia dengan baik. Saya permisi!".

"Terima kasih Bi atas sarannya, Yang dikatakan Bibi Yun ada benarnya. Aku harus memberi ruang pada Azell dan Silvia untuk bersama agar mereka mengenal satu sama lain".

Ludius menatap Laptop dan mengecek kembali semua data Perusahaan yang beberapa kali dia abaikan. Dalam waktu dekat, Perusahaan Jiang yang Ludius beli akan di serah terima pada Kakak Lian. Secara otomatis Perusahaan Tangshi Grup akan sepenuhnya kembali menjadi urusannya.

"Sudah lama aku tidak bertemu Kakak Lian, aku harus membicarakan beberapa hal dengannya. Terutama masalah dalam kantor yang selama ini aku tinggalkan. Semoga kinerja Kakak tidak mengecewakan!". Ludius berinisiatif menelpon Kak Lian untuk mengajaknya bertemu.

["Ludius.. Sudah selama ini, mengapa kamu baru mengabariku?. Apa ada hal yang ingin dibicarakan?".]

[ "Iya.. Ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan dengan Kakak. Sudah lama aku tidak mengecek keadaan Perusahaan, mungkin sore nanti aku akan ke kantor untuk menemui Kakak".]

["Baiklah.. Aku tunggu. Beberapa hari ini Perusahaan sedang menjalin kerjasama dengan Perusahaan Huangshi Grup. Dan yang mengejutkan, sekarang Huangshi Grup secara resmi di Pimpin oleh Li thian".]

[ "Benarkah? Sudah lama tidak mendengar kabar Li thian, dia sudah melangkah jauh. Sampai disini dulu pembicaraan kita kak. Azell sepagi ini datang berkunjung, walau hasil tes DNA belum keluar tapi perasaanku masih sama tentang Azell".]

Tut.. Tut.. Tut..

Setelah membuat janji dengan Kak Lian, Ludius keluar dari Ruang Kerja untuk menemui Azell.

-Ruang tamu.

Diruang tamu Azell menunggu Ludius menemuinya, namun yang datang adalah Silvia. Silvia datang membawa beberapa bingkisan dan duduk di sampingnya.

"Bibi Silvia, dimana Papa?". Tanya Azell ketus.

Kening Silvia berkerut mendengar perkataan ketus Azell. 'Anak ini tidak hanya penampilan saja yang mirip. Bahkan karakter sombong dan angkuhnya juga sama. Semakin jelas Azell adalah putra dari Ludius'.

"Azell, Bibi membawa sesuatu untukmu. Aku harap kamu suka pemberianku". Dengan senyuman Silvia memberikan bingkisan pada Azell.

"Apa kamu sedang mencari perhatian Papa dengan cara mendekatiku?. Modus seperti ini memang sering di lakukan banyak wanita saat melihat pria tampan!".

Perkataan ketus Azell terdengar oleh Ludius yang baru saja turun dari lantai atas. "Azell, jaga ucapanmu! Jika ingin mengunjungiku, kamu harus bisa menerima Silvia sebagai Istriku. Azell, apa kamu faham!". Tegas Ludius.

Silvia menatap Ludius dan menggelengkan kepala, dia berjalan keaeah Ludius. "Jangan terlalu kasar pada Azell, bagaimanapun dia masih anak-anak. Dia bersikap seperti itu pasti karena kurang mendapat kasih sayang dari orang sekitar. Bersabarlah sedikit lagi Ludius".

Ludius mencium kening Silvia dan tersenyum mendengar kata bijak dari istrinya. "Sayang.. Terima kasih kamu mau bersabar dengan sikap Azell".

"Menghadapi sifat seperti Azell bukanlah hal sulit karena dia memang sifatnya mirip sepertimu. Kalau kamu saja bisa aku taklukkan apalagi Azell". Kata Silvia dengan percaya diri. "Kamu temani Azell, aku akan kedapur untuk membantu Bibi menyiapkan sarapan".

Silvia pergi kedapur, sedangkan Ludius menghampiri Azell dan duduk disampingnya. "Azell, Apakah kamu ingin sarapan bersama kami? Kebetulan Silvia sedang membuat sarapan pagi untuk kita". Tanya Ludius, dari dulu Ludius memang tidak pernah hidup bersama anak-anak membuatnya sedikit canggung dalam berbicara pada Azell.

"Pa.. Maafkan atas perkataanku pada Bibi. Karena Papa yang meminta, aku mau sarapan dengan kalian. Tapi sebelum itu, ada yang ingin aku sampaikan pada Papa. Aku pergi kemari tanpa sepengetahuan Mama, dan beralasan hanya untuk bermain di taman. Aku harap Papa mau memberitahu Mama kalau aku baik-baik saja".

"Azell, kamu kemari sendiri! Bukankah jalan dari rumahmu kemari jauh?. Bagaimana kamu bisa sampai disini?". Tanya Ludius khawatir.

"Aku hanya mengingat rute dari rumah kemari, karena aku baru saja di beri uang saku jadinya aku menaiki taksi agar paman sopir mengantarku kemari". Jawab Azell polos.

"Azell.. Lain kali kalau mau kemari atau pergi kesuatu tempat kamu harus memberitahuku terlebih dahulu. Aku pasti akan meminta seseorang untuk mengantarmu kemanapun kamu ingin. Terlalu bahaya untukmu pergi sendiri, karena kamu adalah putraku".

"Akhirnya Papa mau mengakuiku".

"Sarapan sudah siap.. Ayo.. Ayo.. Kita keruang makan, Aku sudah menyiapkan sup tulang iga untuk kalian". Dari luar Silvia masuk dan memotong pembicaraan mereka.

"Azell, Ayo sarapan.. Papa jamin sop tulang iga buatan istriku adalah yang ternikmat". Ludius menggendong Azell dan membawanya ke ruang makan.

Diruang makan.

Ludius dan Azell duduk bersebelahan dan Silvia duduk didepan mereka. Semua makanan sudah tertata rapi di meja. Silvia mengambil piring dan diisi dengan nasi serta lauk pauknya, Silvia juga mengambil mangkuk kecil dan di isi dengan Sop lalu memberikannya pada Azell.

"Azell.. Ayo dimakan! Karena ini pertama kalinya kamu mencicipi masakan buatan Bibi, kamu harus makan yang banyak. Kalau suka dengan masakan Bibi, Azell boleh tiap hari kemari untuk makan bersama". Bujuk Silvia pada Azell yang masih terdiam memperhatikan makanan yang ada didepannya.

"Sayang.. Apa kamu tidak ingin mengambilkan juga untukku?". Tanya Ludius manja.

"Tuan Lu.. Nasi dan sayur masih banyak, kamu bisa ambil sendiri kan Tuan..!". Jawab Silvia dengan senyum yang di paksakan.

Kehangatan di ruang makan seketika seperti mimpi bagi mereka. Perasaan yang tidak pernah dirasakan sebelumnya membuat mereka dalam sekejap akrab saat diruang makan.

Setengah jam kemudian, setelah semua selesai sarapan Azell masih duduk terdiam di depan meja makan. Silvia yang melihat menganggukan kepala memberi isyarat pada Ludius.

"Azell, apa kamu mau bermain ketaman depan? Karena pagi ini aku ingin menghabiskan waktu bersama Silvia. Sepertinya akan lebih menyenangkan jika kamu ikut".

"Apa aku boleh ikut?". Tanya Azell canggung.