Chapter 157 - 157. Party Hotel Star Night 2

"Tuan Lu, pasangan anda malam ini benar-benar cantik dan anggun. Sungguh kalian pasangan yang serasi". Ungkap salah satu kolega yang bekerja sama dengan Tangshi Grup.

"Tuan.. Anda bisa saja. Saya hanyalah sekretaris pribadi Tuan Lu, mana bisa saya di bandingkan dengan pendamping hidupnya". Balas Bianca dengan senyuman.

Prank..

Minuman yang masih berada di tangannya jatuh tanpa Silvia sadari.

"Tuan Lu..!! Bagaimana bisa?". Gumam Silvia.

Mendengar suara gelas terjatuh Ludius menoleh kearah suara. Ludius yang sedang berbincang bersama tamu dengan menggandeng Sekretaris barunya Nona Bianca Lin, sesaat tercengang melihat Silvia yang sudah ada didepannya. Ludius yang menyadari apa yang difikirkan Silvia melepas tangan Bianca. Namun apalah dayanya untuk saat ini, Ludius hanya bisa melihat kepergiannya tanpa bisa untuk mengejarnya.

'Ludius… Hal seperti ini, kamu yang memperkenalkan wanita lain sebagai pasanganmu didepan orang lain. Kamu tidak sedang mempermainkan perasaanku bukan. Tapi mengapa aku tetap saja merasa terluka?. Sebenarnya apa yang sedang kamu rencanakan Ludius.

Silvia yang melihat berjalan mundur dan pergi dari kerumunan tanpa mengatakan sepatah kata. Daniel yang ada disampingnya pergi mengikutinya.

Di taman Hotel Star Night Silvia duduk di bangku taman, Daniel yang mengikutinya begitu saja duduk disamping Silvia.

"Nona Silvia, ada apa denganmu?, Apa kamu memiliki hubungan khusus dengan Presdir Lu?".

"Tuan Daniel, untuk apa kamu duduk disini? Jika kamu ingin tahu hubungan kami, lebih baik kamu tanyakan sendiri pada Presdir Lu. Partynya baru saja dimulai. Kamu pergilah, biarkan aku sendiri".

"Baik, aku akan pergi. Tapi jika suatu hari kita bertemu lagi dan melihatmu bersedih, jangan salahkan aku jika aku akan tetap berada disampingmu sampai kamu mengatakan apa yang terjadi". Setelah mengatakan hal terakhir Daniel pergi dari samping Silvia dengan senyum Liciknya.

Silvia masih terduduk sendiri menikmati dinginnya angin malam yang terasa menusuk. Entah dari mana datangnya, Zain tiba-tiba saja duduk disebelahnya.

"Mengapa kamu disini? Apakah kamu ingin menertawakanku karena aku harus melihat suamiku menggandeng wanita baru didepan semua orang?". Tanya Silvia tanpa memandang wajah Zain

"Aku hanya tidak sengaja melihatmu sendiri, lagi pula aku pengawal pribadimu". Zain memandang kearah Silvia dengan memegang kedua pundaknya, sehingga membuat Silvia harus bertatap muka dengan Zain. "Silvia.. kamu sudah memutuskan untuk hidup bersama Ludius. Dan disaat kamu melihat dia bersama wanita lain, Apakah kamu merasa menyesal, Apakah kamu terluka?". Tanya Zain penuh kesungguhan.

"Zain, sepertinya kamu terlalu ikut campur dengan urusan orang lain. Tentang bagaimana hubunganku dengan Ludius kamu tidak perlu memikirkannya. Aku tahu apa yang harus aku lakukan!". Tegas Silvia. Dia memalingkan wajahnya untuk menghindari tatapan Zain. Silvia tahu, dia tidak bisa menyembunyikan apapun dari Zain. Hubungan mereka dimasa lalu cukup untuk membuat Zain mengetahui tentang Silvia.

"Kamu masih saja seperti dulu, menyembunyikan semuanya sendiri. Tapi aku sudah mengenalmu sejak lama, tidak ada yang bisa ditutupi dariku. Silvia, aku hanya mengingatkan! Konsekuensi menikahi seorang Mafia Pembunuh berdarah dingin seperti Ludius adalah siap untuk terluka. Aku berharap kamu lebih memperkuat hatimu, kelak hal seperti ini dan bahkan yang lebih menyakitkan akan datang menghampirimu".

Silvia menyingkirkan tangan Zain yang menyentuh pundaknya, dia kembali menatap taman yang hampa di kegelapan malam. "Aku sadar akan hal itu, setiap hal yang Ludius perbuat pasti ada maksud tertentu. Tapi entah mengapa sampai sekarang aku belum bisa memahaminya. Ludius seperti satu orang yang memiliki 2 kepribadian, disatu sisi dia terlihat layaknya pria lembut yang penuh kasih sayang tapi disisi lain dia juga selalu berbuat hal yang membuatku salah faham terhadapnya dan itu membuatku merasa dia masih menyembunyikan sosok dirinya yang lain yang tidak pernah aku ketahui. Sepertinya aku sudah terlalu lama duduk ditaman, aku harus kembali kedalam". Silvia beranjak dari duduknya dan melangkah pergi.

Dor.. Dor.. Dor..

Belum sempat Silvia meninggalkan taman, terdengar suara tembakan dari dalam gedung hotel Star Night.

"Rupanya mereka sudah bergerak!!". Gumam Zain. Dengan cepat Zain mencekal pergelangan tangan Silvia dan membawanya pergi menjauh dari Gedung hotel.

"Zain, Apa yang kamu lakukan? Lepaskan tanganku!". Silvia mencoba memberontak dan melepaskan cekalan Zain. "Didalam gedung seperti ada suara tembakan. Aku harus memastikan bahwa mereka tidak terluka! kamu akan membawaku kemana?".

"Tentu saja membawamu pergi sejauh mungkin dari tempat ini. Apa kamu tidak sadar, yang mereka incar adalah dirimu!". Zain menarik Silvia menuju mobil yang sudah di persiapkan dan membawanya pergi.

"Jika memang aku yang mereka inginkan mengapa kalian harus melibatkan orang lain. Apakah kalian sengaja mempersiapkan Party ini hanya untuk memancing mereka keluar! Bukankah ini terlalu kejam, Sebenarnya apa yang sedang kalian sembunyikan dariku!". Silvia berbicara dengan nada tinggi, dia melampiaskan amarahnya pada Zain.

Zain yang sedang menyetir hanya bisa diam tanpa menjawab pertanyaan Silvia. Dia terus menambah kecepatan dan membawa Silvia kembali ke Mansion Ludius.

Mansion Ludius

Didepan Mansion sudah di penuhi oleh pengawal dari Naga Imperial. Dalam sekejap Mansion terlihat seperti penjara suci yang dikelilingi penjaga.

"Kalian, perketat keamanan di sekitar Mansion. Jika ada hal yang mencurigakan, jangan ragu untuk memberitahuku!". Perintah Zain pada pengawal yang berjaga didepan Mansion.

"Baik Tuan!". Jawab pengawal serempak.

Zain membawa Silvia masuk kedalam dan Bibi Yun datang menghampiri Silvia dengan membawa Teh untuk menenangkannya.

"Bibi Yun, apa kamu juga mengetahui ini?". Tanya Silvia penuh selidik. Dia menatap tajam pada Bibi Yun.

"Nyonya tenanglah! Jika Nyonya terus berfikiran buruk, saya khawatir itu akan mempengaruhi kondisi kesehatan Nyonya". Bibi Yun membantu Sikvia duduk di ruang tamu.

"Mudah bagi kalian untuk mengatakan tenang, tapi kalian tidak akan mengerti bagaimana perasaanku. Aku sudah cukup melihat mayat bergeletakan didalam lautan darah". Silvia berbicara dengan nada putus asa. Wajahnya terlihat pucat dan cahaya matanya meredup.

"Aku akan kekamar, kalian bisa tinggalkan aku sendiri!". Silvia berjalan meninggalkan ruang tamu dengan pandangan yang mulai kabur. 'Ya Tuhan.. Ada apa denganku, mengapa aku merasa pusing dan pandanganku mulai kabur. Setidaknya biarkan aku berjalan sampai di dalam kamar' batin Silvia. Silvia berjalan kearah tangga, namun kesadarannya mulai berkurang.

Bruk…!

Seketika Silvia terjatuh dan pinsan didepan tangga. Bibi Yun dan Zain yang melihat langsung menghampiri.

"Silvia.. Silvia.. Sadarlah!". Zain mengangkat Silvia dan membawanya kekamarnya.