Chapter 158 - 158. Kondisi Silvia

Setelah Zain membawa Silvia kekamar, Bibi Yun menelfon Dokter untuk memeriksa keadaanya. Tidak butuh waktu lama Dokter datang untuk memeriksa.

"Bagaimana keadaannya Dok?". Tanya Zain khawatir.

"Kondisi Nyonya sangat lemah diakibatkan terlalu banyak fikiran dan tekanan. Keadaan seperti ini akan mempengaruhi kondisi janin yang ada didalam rahimnya. Ditambah dari laporan sebelumnya yang menyatakan kondisi rahim yang terluka masih dalam tahap pemulihan menyebabkan rahim Nyonya rawan keguguran". Terang Dokter.

"Tadi Dokter mengatakan janin, Apakah Nyonya Silvia tengah mengandung?". Tanya Zain memperjelas.

"Benar, Usia kandungan Nyonya menginjak 3 minggu. Untuk sementara kondisi rahim Nyonya masih aman. Saya akan memberikan infus, dan membuatkan resep vitamin untuk memperkuat janin". Dokter memasang jarum di pergelangan tangan Silvia untuk di sambungkan dengan selang infus, setelah itu Dokter menulis resep obat dan diserahkan pada Zain.

"Ini resep vitamin untuk memperkuat Janin dan rahim. Pastikan Nyonya untuk meminumnya secara rutin. Saya sarankan Tuan menjaga Mood Nyonya tetap baik dan hindari banyak tekanan serta kurangi pekerjaan yang membebani tubuh. Jika ada keluhan, Anda bisa menghubungi saya kembali. Kalau begitu saya permisi".

"Mari Dok, saya antar sampai kedepan". Bibi yang menunggu di kamar mengantar Dokter keluar.

Sejenak Zain memandang gurat yang tersirat di wajah Silvia, "Jika saja waktu itu aku menemuimu, Akankah saat ini aku yang menjadi suamimu?". Gumam Zain. "Silvia, kamu sudah cukup terluka dan menderita. Jika saja kamu masih menyimpan sedikit perasaanmu padaku, mungkin saat ini aku akan membawamu pergi jauh dari kehidupan yang kejam ini". Zain beranjak dari tempatnya dan menarik selimut untuk menutupi tubuh Silvia.

"Sekali saja, biarkan aku mencium keningmu". Zain mencium kening Silvia sebelum keluar dari kamarnya.

****

Hotel Star Night

Bang.. Bang.. Bang..

Mendengar suara tembakan Ludius menarik Bianca dan berguling untuk menghindari tembakan. Ditengah party yang berlangsung tiba-tiba dari segala arah muncul beberapa orang bertopeng hitam mengarahkan pelurunya kearah Ludius dan sekretaris barunya. Dalam sekejap gedung riuh oleh suara tamu yang panik dan tunggang langgang.

"Arrrgh..!". Bianca merintih kesakitan. Ludius yang sedang memeluknya mengangkat Bianca dan membawanya ke tempat yang aman.

"Apa kau terluka?. Kau tenang saja! Aku akan memerintahkan seseorang untuk mengantarmu pulang dengan selamat".

"Aku tidak apa-apa, hanya sedikit terkejut dengan keadaan barusan. Presdir Lu tidak perlu mengkhawatirkanku". Meski Bianca berkata seperti itu, nyatanya dia terus menempel di samping Ludius dan membuat Ludius merasa risih.

"Longshang, segera perintahkan anggotamu untuk keluar dan mengevakuasi tamu". Perintah Ludius yang berada tidak jauh dari Longshang.

Segera Longshang menghubungi anggota Naga Imperial yang bersembunyi untuk datang mengamankan semua orang yang ada didalam gedung. Disaat genting Ludius teringat dengan Silvia yang pergi tanpa sepatah kata. Tidak berselang lama Longshang bersama beberapa orang datang menghampirinya.

"Longshang, Bagaimana keadaan Silvia! Apakah Zain ada bersamanya?". Tanya Ludius dengan penuh kekhawatiran.

"Untuk sementara waktu Silvia aman bersama Zain, tapi sepertinya mereka menyadari bahwa Silvia sudah tidak ada ditempat. Dan setengah dari mereka sudah meninggalkan gedung untuk mengejarnya". Meski sudah menyadari ada pergerakan dari Organisasi lain, dan menjadikan sekretaris baru sebagai umpan. Tapi diluar dugaan, mereka menyadari begitu cepat dan pergi mengejar kemana Silvia dibawa pergi.

"Apa kau memiliki petunjuk, siapa pemimpin dari mereka? Dilihat dari orang dan senajata yang mereka pakai, sepertinya itu bukanlah anak buah dari Rossman Nero". Ludius melepas pelukan Bianca dan beranjak dari tempat persembunyiannya. "Longshang, aku serahkan bagian ini padamu. Perintahkan anak buahmu untuk mengantar Bianca sampai tujuan. Aku akan menemui Silvia untuk memastikan keadaannya. Ingat..! Utamakan keselamatan para tamu, Jangan sampai orang-orang yang bersalah menjadi korban".

"Kau tidak perlu khawatir, serahkan kasus ini padaku. Kau pergi saja temui Kakak ipar".

Ludius keluar dari tempat persembunyian, meski semua pistol mengarah kepadanya, Ludius tetap berjalan perlahan kesalah satu dari mereka yang diyakini sebagai pemimpin penyergapan. "Katakan, apa yang kalian inginkan! Tidakkah kalian tahu, kalian telah membuat mengusik orang yang salah". Tegas Ludius.

"Tuan Lu, Serahkan Nona Silvia tanpa perlawanan, maka anda tidak perlu khawatir dengan tamu yang ada disini. He.. Benarkah! Master tidaklah salah mengusik orang. Hanya Tuan Lu yang pantas menjadi rival dari Master". Ungkap salah satu dari mereka.

"Apa yang sebenarnya kalian inginkan. Mengapa kalian mengincar Silvia?".

"Master kami menginginkan Nona Silvia, dan memerintahkan kami untuk membawanya pergi tanpa terluka sedikitpun".

"Kalian mengatakan hal omong kosong didepan suami dari Silvia Zhu! Apa kalian fikir aku akan melepaskan kalian. Katakan pada Master kalian, Jika dia menginginkan Silvia, minta dia datang sendiri mengambilnya dari tanganku. Aku sebagai suaminya tidak akan pernah melepas apa yang sudah menjadi hakku". Perkataan terakhir Ludius berbuah menjadi sebuah pertempuran.

Negoisasi yang gagal membuat ke- 5 pria bertopeng mengerahkan pistol mereka pada Ludius. Sebelum mereka melepas tembakan, anak buah Longshang yang terlatih lebih dulu melepas tembakan.

Bang.. Bang.. Bang..

Srassh..

Peluru dari anak buah Longshang berhasil mengenai beberapa dari kelompok bertopeng. Dengan cepat Ludius langsung melompat keluar pintu,

Bang.. Bang..

Salah satu dari kelompok bertopeng menyerang balik anak buah Longshang.

"Longshang, aku percayakan anak buahku padamu". Ludius keluar dari hotel menuju mobil yang dia parkirkan di jalan raya.

Namun, Baru saja Ludius keluar dari hotel, tamu sebenarnya dari permainan ini muncul dengan memakai jas Long coach dengan topeng hitam berdiri didepan mobilnya.

"Hallo Tuan Lu, Kebetulan sekali dapat berjumpa denganmu seperti ini". Sapa pria bertopeng.

"Hei.. Hei.. Tuan bertopeng. Apakah ada seseorang yang mengundangmu ke acara Party ini?. Maaf Tuan, Sayang sekali anda datang terlambat dan Partynya sudah selesai. Silahkan anda datang lain kali".

"Anda masih saja kejam seperti dulu, Tuan Lu.. Saya kemari datang hanya untuk menjemput Wanitaku. Bisakah anda tunjukkan dimana tempatnya".

"Tuan bertopeng, bicaramu sungguh tidak masuk akal. Sepertinya anda salah alamat. Silangkan anda menyingkir, karena saya masih ada urusan!". Ludius berjalan kearah mobil dan berhadapan dengan pria bertopeng.

Ludius membuka pintu mobil dengan mata melirik kearah Pria bertopeng. Tangan kiri Ludius membuka pintu sedangkan tangan kanan Ludius menyembunyikan pistol yang ada disakunya. Disaat Ludius menemukan titik buta, dia mengarahkan pistolnya tepat di kepala pria bertopeng.

"Menyerahlah!!!". Ancam Ludius dengan tatapannya mematikan.